Ciuman Pertama Aruna

II-15. Rasa Bersalah



II-15. Rasa Bersalah

0Untuk mendalami kisah ini, bagi readers pecinta lagu korea bisa sekalian mendengarkan lagu Lee Hi – Breathe     
0

______________________     

_Kemana Aruna pergi?, Ini bukan jalan menuju pulang?_      

Mobil Hendra terus melaju seiring motor merah itu melesat menyusuri jalanan. Aruna semakin jauh dari jalan menuju pulang. Membuat penghuni mobil yang membuntutinya merasa khawatir. Hingga sampai di suatu tempat gadis berkucir kuda memarkirkan motornya. Lalu berjalan perlahan menapaki tepian jalan raya.       

"tuan apa anda akan turun?" Hery menawarkan pada Hendra.       

"Tidak kita lihat dulu dia mau apa?" Hendra mencoba memperhatikan gerak-gerik istrinya.       

"Masukkan sedikit mobilnya" Bentley continental merayap mengikuti perempuan berjalan.      

_oh, ternyata tempat ini yang kau tuju_ dan mata biru menyadari ternyata gadisnya melakukan hal yang sama seperti apa yang mereka lakukan dulu. Aruna mendatangi tepian jembatan tempatnya mengajari si laki-laki di dalam Bentley menumpahkan gundah gulana.       

Tempat ini cukup menarik, sebuah sungai yang terhampar luas dan membelah kota. Jembatan itu menukik panjang. Sisi kanan dan kiri dari sungai terdapat pepohonan rindang yang memberikan kesan damai. Sedangkan tempat itu sendiri menawarkan udara yang mampu menghempas seluruh serpihan-serpihan rambut di wajah.       

Dari kejauhan tampak jelas gadis itu menatap kosong, mata coklatnya menyusuri sungai tanpa ujung, dan sesaat kemudian dia berjalan tangkas kembali lagi menuju motor matic. Mengambil berkas-berkas yang terselip, lalu membuangnya ke tong sampah.       

"Hery ambil berkas yang di buang istriku!" perintah Hendra. Dan ketika Nona kesayangan tuannya pergi. Hery lekas keluar dari mobil memungut kertas-kertas yang dibuang oleh perempuan bernama Aruna.       

Kemudian Hary membuka pintu mobil segera masuk ke dalam, kembali menekan pedal gas mengajar motor milik istri tuan muda Djoyodiningrat.      

Seiring laju mobil menembus keramaian ibu kota ada pria yang turut gelisah menatap pekerjaan istrinya. Mengabaikan bahwa benda itu berasal dari tong sampah. Hendra membuka satu persatu apa yang tertera pada berkas yang di bawa istrinya ke mana-mana.      

"Ah, kau mengerjakannya dengan sungguh-sungguh" pria ini seolah sadar mengapa istrinya benar-benar ingin pulang. Dia selalu bilang ingin melanjutkan kuliahnya. Hendra tidak tahu apa-apa tentang kehidupan kampus Aruna, pria ini juga menemukan rasa bersalahnya karena tidak begitu peduli dengan apa yang menjadi mimpi Aruna.       

Terlalu sibuk mengaguminya, terlalu bahagia menghirup aroma tubuhnya tiap malam.       

Mata biru menyesal dirinya hanya fokus pada cara terampuh agar tidak kehilangan Aruna. Atau lebih ekstrem lagi bagaimana cara agar Gadis itu menerima dirinya seutuhnya.      

Lalu ketakutan jika perempuan yang tiap malam mengisi hidupnya seperti baterai handphone yang sedang di charger tiba-tiba minta pulang ke rumah ayahnya.      

Perusahaan logika juga punya kehidupan yang ingin di lanjutkan. Dia selalu bersedih hati tiap saat ketika diperlakukan sebagai boneka menarik  yang  berada di dalam rumah mewah tanpa melakukan apa pun.      

"Beri tahu Thomas, aku memerintahkannya menghubungi rektor Tripusaka" Desahan itu berasal dari laki-laki yang duduk di kursi belakang. Dia masih sibuk memeriksa pekerjaan kampus istrinya. Bersama laju mobil yang setia mengikuti matic di depan.       

Tak lama alat transportasi roda dua berwarna merah itu parkir di sebuah kedai makan. Sebuah poster besar mie berkuah pekat menghiasi depan kedai tersebut.       

_Tunggu! sepertinya aku pernah ke sini?_      

Hendra menemukan ingatan lain, mobil roll royce nya pernah parkir di salah satu sudut depan kedai ini, lebih tepatnya kedai mie yang dulu digunakan Aruna bertemu Damar. Dan dia hanya lah penguntit yang bersembunyi di balik koran.       

Pria ini meletakkan kertas-kertas yang dia periksa, merapikan diri dan berniat untuk keluar. Mengetahui gerak-gerik tuannya Hary segera bangkit membuka pintu mobil.       

Belum genap tiga langkah, sebuah motor melaju cepat melewati darinya. Parkir terburu-buru lalu berlari. Gulungan kertas berbentuk tabung dari laki-laki yang baru saja berdiri di depan istrinya, berani diayunkan dan mendarat tepat di ubun-ubun perempuan kesayangan.       

"Sudah ku duga kamu berada di sini!"       

Hendra tidak bisa mendengar apa pun, tapi matanya menangkap ada obrolan akrab di antara laki-laki dan perempuan di ujung sana. Ketika akhirnya pria itu menanggalkan helm yang membungkus kepala. Rambut setengah gondrong terkucir sembarangan, menyunggingkan senyum dan obrolan ringan kepada istrinya. Siapa lagi kalau bukan pesaing yang paling sulit disingkirkan dan entah apa yang terjadi, untuk saat ini Hendra tidak memiliki daya menyingkirkan lelaki itu seperti sebelum sebelumnya.      

Penyanyi pendatang baru yang kini tiba-tiba kembali menjadi penulis dan pencipta lagu Indie. Danu Umar adalah sahabat yang terlihat mampu menghibur Aruna dari pada suaminya sendiri. Hendra kalah cepat untuk ke sekian kali. Pria bermata biru mundur dan kembali masuk ke dalam mobilnya.      

"Tuan anda.." sebuah pernyataan dari seorang ajudan berupaya menangkap kegelisahan tuannya. Baru kali ini Hery mendapati laki-laki keras kepala dan punya pengaruh besar itu terlihat layu dan pasrah.       

"waktuku bukan sekarang, nanti malam ikuti permintaanku dan bantu aku bertemu dengannya"       

"Baik tuan" suara itu mengawali laju Bentley continental meninggalkan tempat yang menggetar hati seseorang.      

.      

"Sudah aku duga kamu berada di sini!" Seru Damar mendapati Aruna makan mie pedas kesukaannya. Si rona kemerahan selalu datang ke tempat yang sama ketika hatinya gundah.       

"Hais' Kau pasti ingin menggangguku, aku sedang males bercanda" sebuah seruputan terdengar nyaring seiring makanan yang mirip benang masuk ke dalam mulut kecil perempuan.       

"Kau menghilang begitu saja, membuat Dea dan.. Damar khawatir (menyebut namanya sendiri). Kita berpencar mencarimu" Damar dan Dea kehilangan perempuan yang baru saja menerima penolakan dari seluruh dosennya. Padahal keduanya tahu anak ini berjuang keras sepekan terakhir.       

"Berapa level yang kamu pesan?" Aruna tidak menjawab pertanyaan Damar, lebih suka fokus meneruskan makan.      

Buru-buru pria ini mengambil sendok dan mencicipi warna merah yang tersaji di hadapan gadis itu.       

_Tidak sepedas biasanya untunglah.._ mungkin Aruna sudah sadar batin Damar.      

Sayangnya ada mata merah dan berair, harusnya jika hal itu terjadi maka kuah yang ada di mangkok Aruna berada di level tertinggi.       

Damar menatapnya jengkel, bisa-bisanya perilaku yang seperti ini diulangi lagi. Ingin menangis tapi disuguhkan dengan cara lain.      

"Kalau kamu ingin menangis, menangis saja!" gertak Damar.      

"Apa sih" Aruna lebih sibuk lagi memasukkan makanan ke dalam mulutnya membuat lawan bicaranya tidak tahan melihat. Disingkirkan mangkuk itu lalu di raih wajah memerah.       

Damar membenamkan Aruna pada salah satu sisi dadanya. Perempuan ini membuat gerakan perlawanan. Mendorong dada Damar, memilih menenggelamkan wajahnya di antara lengan lengannya pada atas meja.       

Pemuda Padang mengelus rambut gadis menangis: "menangis seperti ini lebih melegakan tahu.. jangan di tahan lagi"       

Sepucuk tisu terselip dari bawah meja. 'Bentengterbaik' membantunya menemukan cara menumpahkan kegelisahan yang sering dia sembunyikan. Damar selalu pandai menemani Aruna tiap kali gadis ini gelisah, dia orang pertama yang akan menyadarinya lalu berupaya memberi tahu bahwa menumpahkan kesedihan adalah hal yang wajar.       

"Kamu manusia bukan malaikat, membuat kesalahan, menangis atau marah bukan sesuatu yang memalukan.. Semua itu wajar Aruna.. Berapa kali aku harus ngomong begini ke kamu" belaian pada rambut Aruna setia Damar berikan.       

"Cekrek"       

"Ah sial' mengapa di tempat ini selalu ada fans barbar ku"      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.