Ciuman Pertama Aruna

II-43. Kamuflase



II-43. Kamuflase

"Tolong berhenti di depan! belikan baju untukku"      

"Baik Tuan"       

"Dan lagi aku berharap salah satu dari kalian menggunakan pakaianku setelah ini"       

"Ya tuan"      

.      

"halo Raka"      

"Ya mas Hendra, Ada yang bisa saya bantu" Raka menjawab panggilan dari tuan muda Djoyodiningrat.      

      

"Bagaimana dengan keselamatan istriku? Apa ada pengamanan untuknya?" Seorang suami sedang khawatir memikirkan perempuan mungil yang  berada jauh dari jangkauannya.      

"Tenang saja mas kalau melihat kondisi perpisahan anda dengan nona, nona tidak berada dalam bahaya Jadi kami fokus untuk pengamanan anda"      

"Bagaimana pun juga dia adalah istriku. Aku berharap kamu bisa memenuhi permintaanku, kirim beberapa orang untuk mengawasinya"       

"Oke mas"       

"jangan lupa keluarga Riswan"       

"Dia Seorang Walikota, mereka punya pengamanan sendiri. Aku rasa Anda tidak perlu khawatir" Raka menutup teleponnya sesuai permintaan Hendra.       

***      

[Hai..  Aruna lama banget deh, nggak dengar kabar dari kamu]      

[Bagaimana kabarnya?]      

Aruna mendapatkan pesan dari salah satu pengelola seminar yang dulu sering menggunakan jasanya.       

[Hai Kak Gaby, syukurlah oke-oke aja] balas Aruna. Beberapa saat setelah Aruna kembali lagi ke rumah dan aktif berkuliah maupun kembali sibuk di outlet surat ajaib. Gadis ini sempat bertanya kepada Kak Gaby tentang jadwal coworking yang dulu selalu dia isi sebulan 1 sampai 2 kali.       

Nyatanya perempuan ini minta maaf dan mengatakan bahwa tempatnya sudah diisi oleh orang lain.       

[Aku dengar kabar surat ajaib dapat undangan dari T*Dx ya?]      

[Iya sih Kak, tapi kami belum melakukan konfirmasi, ngomong-ngomong kakak tahu daru mana?] bagaimana mau konfirmasi teman-teman di surat ajaib saja masih uring-uringan siapa yang harus mewakili start-up tercinta ini.       

[Jelas dong kami sudah dengar, telinga kami ada di mana-mana]      

[Oh iya kami lupa, tim kakak punya telinga di mana-mana. emoticon tertawa]      

[Sambil menunggu jadwal T*Dx yang kabarnya akan dilangsungkan bulan depan. Boleh dong kami minta waktunya buat mengisi seminar kami]      

[wah boleh saja, nanti coba aku sampaikan ke teman-teman, siapa yang akan datang ke acara kakak]      

[Tapi maunya Aruna yang jadi pemateri, Aruna masih foundernya, kan?]      

[Iya sih Kak, cuman aku kurang PD untuk tampil lagi di depan teman-teman.. maklum terlalu lama tidak aktif]      

[Sekalian buat persiapan sebagai talks di T*DX Aruna, Coba saja]      

[Begitu ya Kak? coba nanti aku pikirkan ulang]      

Gadis itu menyelesaikan komunikasinya dengan Gaby, dia tidak tahu harus senang atau harus sedih mendapat tawaran sebagai pengisi inspirasi atau pemateri dalam beberapa seminar terkait start up.      

Dulu mungkin dia amat sangat senang, tapi sekarang rasanya sungguh dilema. Menikahi orang kaya setara keluarga Djoyodiningrat, sangat tidak layak untuk menginspirasi mereka yang seolah-olah membangun dari bawah.      

Perempuan ini kembali berupaya menolak permintaan Gaby. Tapi mulut Gaby yang manis mampu merayu Aruna, awalnya mereka sekedar chatting-an dan berujung panggilan telepon : "ayolah Aruna jangan sia-siakan bakatmu, kau sudah kerja keras sampai para wedding organizer menengah atas mulai melirik startup mu sebagai rekan kerja mereka dalam menyiapkan undangan pernikahan"      

"banyak teman-teman kita yang butuh inspirasi darimu"      

Ucapan Geby meilai sulit ditolak.     

***      

Sebuah pintu terbuka. Laki-laki yang berdiri tegap menggunakan setelan jas berwarna putih dipadu padankan dengan gelang jam mewah maskulin membungkus pergelangan tangan, perlahan laki-laki itu memasuki ruang kerja putranya.      

Sang pendatang duduk begitu saja, dia mengayunkan tangan meminta putranya duduk lebih dekat. Aura tajam dan kaku ini tidak lain dan tidak bukan milik pimpinan dewan tarantula Group, Rio.       

Presiden direktur yang dulu pernah dicanangkan sebagai pewaris berikutnya Djaya makmur Group.      

Jika bukan karena kegigihan, keuletan dan kesetiaan orang-orang Wiryo kepada keluarga resmi Djoyodiningrat. Sudah barang tentu saat ini dialah pemangku kekuasaan utama.       

Kepergiannya membawa salah satu perusahaan paling penting di Djoyodiningrat waktu itu, oil company. Sebuah perusahaan pengilangan minyak dan Batu bara dengan masa depan cerah dan profit hampir setengah dari seluruh anak perusahaan Joyo makmur group itu sendiri.      

Barter ini sengaja dilakukan Wiryo untuk menyelesaikan pertikaian yang tidak pernah ada ujungnya. Joyo makmur group terpecah menjadi dua, para dewan yang waktu itu memiliki beberapa recehan saham berkumpul menjadi satu.       

Saham-saham itu pun sebenarnya merupakan bukti kesungguhan Joyo makmur group untuk para direktur utama anak perusahaan yang sudah bekerja keras memberikan yang terbaik untuk pertumbuhan anak perusahaan Djaya makmur group.       

Nyatanya hal baik itu berubah menjadi senjata makan tuan kepada keluarga Djoyodiningrat itu sendiri. mereka bersatu mencari peluang untuk menjatuhkan Wiryo. Sang presiden direktur yang usianya masih sangat muda. Apalagi putrinya, si cantik manja dan tidak punya spesifikasi yang bagus untuk menggantikan Wiryo dalam memimpin perusahaan multinasional ini.       

Kini yang tersisa adalah permusuhan berkepanjangan, antara keluarga Wiryo dengan adik tirinya Clara. Perempuan satu Ayah tapi beda ibu dengan Wiryo. Wiryo lahir dari pernikahan resmi, sedangkan Clara terlahir dari istri siri ayahnya. Perempuan yang disembunyikan rapat-rapat ayah Wiryo dari keluarganya.       

Tapi tidak disembunyikan dari ibu. Hingga akhirnya ibu Wiryo pernah membawa cucu tunggal berhaga ini melarikan diri, pergi jauh dari keluarga besarnya karena tidak tahan dengan kondisi rumah tangga yang tampak luar biasa namun sesungguhnya sangat menyakitkan. Larinya ibu Wiryo membuka tabir rumah tangganya, dan ayah Wiryo di hapus dari silsilah keluarga dan di hilangkan identitasnya.     

Ketika Wiryo 10 tahun, entah apa yang terjadi sang ibu memilih bunuh diri. Gadis kecil yang memegang tangan Wiryo dalam buku biografi keluarga yang sempat disuguhkan oleh Pradita kepada Mahendra dalam sebuah foto, menghadirkan tanda tanya besar.       

"kondisi semakin runyam akhir-akhir ini. Kamu paham kan maksudku"       

"Iya yah" membalas ucapan ayahnya. Sambil berjalan duduk di dekat sang ayah.       

"aku akan mempercepat pertunanganmu dengan Syakila, supaya posisi keluarga kita semakin kuat. Bergabungnya kita dengan Baskoro akan menjadi dominasi. Dalam pertempuran bisnis di negara ini"      

Gibran terdiam, dia tahu hal semacam ini cepat atau lambat terjadi. Sayangnya akan ada kemarahan dari adik laki-laki yang baru pulang setelah lama menghilang.       

"Boleh saya, minta waktu ayah?"       

"tidak ada waktu untuk mundur lagi, ada yang sudah bersiap-siap bangkit melawan kita. Selama ini mereka hanya tidur. Dan kita tidak tahu, seberapa kuat mereka ketika terbangun"       

"Aku sudah menentukan tanggalnya, pastikan persiapannya baik"  Perintah Rio tanpa jeda.     

Siapa pun tidak ada yang berani melawan keinginan Rio. Bahkan putranya sendiri diperlakukan layaknya para ajudan. Dia hanya bisa menunduk dan mengiyakan perintah sang ayah.       

***      

Bandara Soekarno Hatta, Selasa, Pukul 17.00      

"Tuan, saya baru mendapatkan kabar dari Raka. Para pemburu berita berkumpul di depan pintu keluar"      

"Ya Aku sudah menduganya, tolong pakai kacamata. Dan gunakan masker" Hendra memerintahkan ajudannya untuk menyamar sebagai dirinya.       

Sedangkan pria itu sendiri bersembunyi di kantong kepala jaket Hoodie. Dia keluar belakangan Saat hiruk-pikuk kerumunan massa menerjang ajudan yang berkamuflase menjadi dirinya.       

Pria itu menyelinap menjauh dari kerumunan, kemudian bertemu Surya dan berjalan mengikuti langkah kaki Surya.       

Dia sempat berhenti sejenak menatap betapa riuhnya kondisi di ujung sana. Ajudan yang menggantikannya dikerumuni banyak orang. Anehnya tidak mungkin para wartawan berperilaku seperti itu.       

Dan tidak mungkin juga kerumunan seriuh yang tampak sekarang, ini sungguh di luar prediksi. Biasanya hanya sekelas idol saja yang mendapatkan sambutan demikian ramai.       

Ketika Hendra melangkahkan kakinya lagi, pada langkahnya yang ketiga, ada teriakan memekikkan telinga. Ya, orang di ujung sana yang berperan menggantikan dirinya. Tertikam belati dan bersimbah darah, Hendra sungguh terkejut dan ingin berlari menuju orang yang menggantikan dirinya.       

"Hendra berhenti!" pekikan Surya menghantarkan larinya para pengawal yang lain, menarik tubuh sang tuan muda untuk segera masuk ke dalam mobil.       

Sedangkan penggantinya dilarikan ke rumah sakit.       

"KENAPA KALIAN BISA KECOLONGAN SEMUDAH INI!!" ada yang berteriak-teriak dari dalam aerophone kecil yang terselip pada telinga.  Raka, marah besar kepada seluruh anak buahnya.       

 .      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

-->      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.