Ciuman Pertama Aruna

II-44. Si Bar Bar Manis



II-44. Si Bar Bar Manis

0"KENAPA KALIAN BISA KECOLONGAN SEMUDAH INI!!" ada yang berteriak-teriak dari dalam aerophone kecil yang menyelinap pada telinga.  Raka marah besar kepada seluruh anak buahnya.       
0

Hendra melepas aerophone di telinganya. Memperhatikan jalanan di luar, sebuah cara dirinya untuk melepas gejolak di dada. Ini sudah ke 2 kalinya orang lain menjadi korban karena para pembunuh bayaran yang mengincar dirinya.       

"Surya, pastikan ajudan yang menggantikanku selamat"      

"tanpa kamu memberikan perintah, semua tim akan mengusahakan keselamatannya. Pulanglah kembali ke rumah induk, kamu akan lebih aman di sana"      

"aku tidak bisa Surya, terlalu banyak kenangan Aruna di rumah itu. Kalau dulu aku meninggalkan rumah itu karena muak dan jenuh dengan keluargaku. Sekarang karena terlalu banyak bekas Aruna di sana"      

"Aku ingin pergi ke rumah sakit memastikan orang yang menggantikanku baik-baik saja"       

"Apa kamu gila? Semua orang mengira yang tertikam adalah dirimu. Dan sekarang kau ingin berada di sana?!"      

Hendra terbungkam dengan ucapan Surya, tentu saja hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Berada di rumah sakit sama saja dengan menantang bahaya. Keberadaannya harus tetap tidak terlihat. Biarkan saja masyarakat benar-benar berpikir dialah yang tertikam.       

Sehingga keterlibatan aparat dalam penanganan kasus sabotase dan penembakan Riswan akan menjadi batu loncatan mereka untuk membalik keadaan.       

***      

"KAU BENAR-BENAR AKAN MENEMANI ARUNA untuk menghadiri acara seminar?" Lily meninggikan suaranya, dia sedang marah kepada pria yang sebenarnya tidak salah apa-apa.       

"kau lagi, kau lagi, sebenarnya ada apa denganmu? Dosa apa yang aku perbuat padamu?" Timi protes dengan kelakuan Lily yang sering di luar kendali. Perempuan aneh, ribet dan sangat menyebalkan. Suka marah-marah tidak jelas. padahal Timi pun tidak pernah melakukan kesalahan pada Lily. Dia cenderung menghindari sejauh-jauhnya perempuan yang hanya memiliki sedikit garis kelopak mata.       

"tidak ada! Kau hanya laki-laki yang paling menyebalkan yang pernah aku temui di muka bumi?" Lily berapi-api, setelah mendapat kabar bahwa Timi berusaha keras meminta izin pada Aruna untuk ikut serta mendampingi founder Surat Ajaib pergi ke seminar yang berada di kota sebelah.       

Seminar start up yang kabarnya sering bekerja sama dengan surat ajaib, nona yang harus dijaga Timi membuat janji di tepi jalan dekat pintu masuk tol. Timi menyadari hal tersebut akan efisien, langsung naik mobil mereka dan menuju ke tempat acara.       

Tapi bukankah menunggu di jalanan dan naik mobil dengan cara seperti itu sangat berbahaya untuk istri Tuannya.       

"Saya akan mengantar Anda sampai di tempat acara, anda tidak bisa menolong saya. Kalau Anda melarang pun saya akan tetap mengantar anda" sekali lagi Timi melobi Aruna.       

"Ngomong-ngomong kenapa kamu selalu formal ketika bicara denganku? Tapi kamu bisa marah bahkan menunjukkan perilaku jengkel kepada Lily"       

"ah' kenapa ya? Saya juga tidak tahu?"      

_karena anda nona keluarga Djoyodiningrat_      

"Perilakumu, bicaramu dan bergerak-gerikmu mengingatkanku pada tempat yang dulu aku huni" Aruna tersenyum menatap Timi yang terlihat berkeringat.       

"Kalau dirimu bagian dari mereka, tidak masalah. Mengaku saja, aku akan membuatnya jadi lebih mudah"      

"kalau saya membuka identitas saya, berarti misi saya gagal" kini Timi menatap nona mudanya. Lalu dia kembali fokus menatap layar laptop tempatnya berkarya. Aruna pun segera kembali  menatap layar laptop meneruskan desain yang hari ini harus segera dia kirim kepada customer.       

Karena ada perempuan yang akhir-akhir ini uring-uringan terjerat rasa cemburu. Sedang berjalan mendekat datang menghampiri dua orang yang terlihat sedang berbisik satu sama lain.      

"Mengapa duduk kalian harus berdekatan? Membuatku sebel deh" sekali lagi ada raut muka jute tersaji di wajah Lily.       

"Aruna seorang desain project senior Surat Ajaib, aku juga desain project. Kami perlu saling membantu dan bertukar pikiran. Memberi dukungan satu sama lain dengan memberikan masukan terhadap desain-desain baru surat ajaib" Timi berbicara sambil melirik Lily menggunkan ekor matanya.     

_Apa isi otak perempuan ini?_     

_Mengapa? apa lagi yang dia pikirkan? Dari pertama datang dia jute banget denganku? Aneh!_     

"Kalau merasa terganggu denganku, ngomong saja. Jangan terus-terusan memarahiku tanpa alasan" sekali lagi Timi meluncurkan ungkapan protesnya.      

"Lily bisa tidak Kamu mengaku saja pada Timi kalau kamu suka sama dia, Please jangan ribut-ribut lagi. Aku terganggu banget" Agus bicara tanpa rasa canggung sama sekali. Rasanya Aruna ingin timpuk Agus dengan laptop, apalah daya begitulah Agus.     

Dan yang lain sudah paham dengan cara Agus yang terlalu apa adanya ketika berbicara kepada teman-teman.       

"aku sudah mengungkapkan kalau aku suka sama dia" lily pun sama aja, si bar bar manis ini selalu punya rasa percaya diri luar biasa. Dan suka tidak ambil pusing dengan ucapan yang dia lontarkan.       

"Kalau udah ditolak ikhlas saja kali" Agus kembali mengimbangi rasa kram di hatinya karena pertengkaran Tom and Jerry selalu mewarnai outlet surat outlet akhir-akhir ini.       

"Aku nggak mau, pokoknya dia harus menerimaku. Percuma dong aku sudah mengorbankan banyak gengsiku tapi dia malah menolakku mentah-mentah" dan si Lily adalah perempuan yang percaya bahwa usaha dan kerja keras tidak akan menghianati hasil. Termasuk kisah cinta yang aneh ini. Kisah cinta yang dipaksakan oleh pihak perempuan kepada laki-laki yang di awal kehadiranya membawa kesan cool dan menawan, tapi perlahan berubah menjadi lebih hangat karena sering menanggapi kemarahan Lily.       

"Ya Tuhan.. ada ya perempuan sepertimu. Memaksakan kehendak pada laki-laki. Pacaran dan jatuh cinta itu kesepakatan dua orang. Kalau kamu marah padaku karena aku menolakmu. Harusnya kau pendam itu kemarahanmu. Bukannya kau jadikan aku bulan-bulanan" secara mengejutkan Timi lebih banyak bicara dari pada sebelumnya.       

"Sangat sengaja, supaya kamu tersiksa dan terpaksa menerimaku" lily berdiri mendekati timi yang terlihat sangat jengkel. Timi pun ikut berdiri karena merasa akan diancam.       

"haduh.. kau benar-benar perempuan aneh" melihat perilaku kedua orang ini, yang lain mulai tidak bisa menahan tawa. Bagaimana bisa seorang laki-laki diancam perempuan yang menyukainya.        

"Terserah kamu saja, aku sudah capek" Timi kembali duduk memasang headphone di kepalanya. Dia benar-benar lelah menghadapi Lily yang memaksakan kehendak untuk jadi pacarnya.       

"kalau terserah, berarti mulai detik ini kau adalah pacarku" Lily tersenyum cerah karena berhasil membuat pria itu pasrah dengan keadaan.       

"GILA!! BRAK!!" laki-laki dingin yang sebenarnya adalah ajudan tim elit lantai D, tidak mungkin mempunyai relationship pada misi penyamarannya. Dia bersih keras menyembunyikan identitas dirinya. Walau pun Aruna sudah mulai sadar kemungkinan siapa dirinya. Semenjak datang kembali, pria ini sering keliru memanggil  Aruna 'nona'.       

Ungkapan kata gila dan gebrakan di meja sebuah bukti bahwa headphone di telinga Timi tidak menyala, sekedar dipasang tapi telinganya awas mendengar yang lain.       

'Mulai detik ini kau adalah pacarku' ucapan itu sungguh konyol untuk pria yang sebenarnya berusia cukup mapan. Timi berusia 5 tahun di atas yang lain, kurang ada yang menyadari sebab pria itu terbungkus kacamata bulat dan wajahnya yang terkesan baby face.       

"Jangan suka memutuskan sesuatu seenak jidatmu sendiri" tiba-tiba Timi bangkit mendekati Lily yang sedang asyik membuat laporan keuangan.  Pria itu seolah punya aura berbeda. Mungkin ini dirinya yang asli. Dia sudah berada di level tertinggi mengendalikan diri. Hal semacam ini sudah berulang kali terjadi dan ajudan agen rahasia ini mulai tidak tahan.     

"saya beritahu ya nona, kehidupan itu tidak sesimpel apa yang ada di dalam otak anda. Jadi tolong berperilakulah yang sopan. Anda boleh berperilaku seenaknya pada yang lain. Tapi bukan pada saya" omongan Timi membuat seluruh orang di ruangan lantai 2 terbengong. Dia menggunakan suara yang berbeda, logat bicara yang berbeda, bahkan aura yang berbeda.     

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^      

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!      

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.      

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak      

-->      

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.      

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)      

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.