Ciuman Pertama Aruna

II-71. Pamer Pacar



II-71. Pamer Pacar

0"kamu budak cinta istrimu"      
0

"HAHAHA.. ungkapan macam apa itu?? Sungguh aku tak paham" Hendra benar-benar hampa dengan hal-hal berbau anak muda, receh dan tidak ada dalam kosakatanya. Apalagi ungkapan yang baru dia dengar dari Riswan.      

"ngomong-ngomong Apa yang ingin kamu sampaikan padaku?" Suara Hendra lebih serius kali ini, Hendra tahu kedatangan walikota menemui dirinya bukan sesuatu mudah apalagi sekadar untuk menjenguk.      

"Aku punya kabar baik untuk kita, begitu juga sebaliknya aku juga memiliki kabar kurang menyenangkan" Riswan mulai berubah cara bicaranya, dia pun mulai bicara dengan nada serius.      

"kau memberi kabar seperti memberi teka-teki, Emm.. Aku suka kabar baik, beri aku kabar menyenangkan terlebih dahulu". Hendra menatap lawan bicaranya. Sambil membuat pesan kepada para pengawalnya yang berjaga di luar. Hendra meminta mereka menyajikan hidangan dan minuman hangat untuk tamunya.      

"Dream city kembali bisa di bangun, pernyataanku kemarin sepertinya menyentil para penyidik. Mereka melepaskan Dream city dari status penyidikan. Jadi mulai minggu ini kita sudah bisa membangun kembali. Oh ya, ada yang lebih bagus lagi. Kasus yang membuat kita banyak membual ditutup oleh mereka karena kurang bukti." Jelas Riswan.      

"aku sempat kurang setuju dengan caramu bicara di publik (beberapa waktu lalu), tapi karena kau terlihat begitu patah arah dengan status berhentinya pembangunan Dream city, ya.. aku bisa mengerti dengan pola pikirmu"     

"Mau bagaimana lagi mas, ketika kita membiarkan mereka seenaknya dan pembangunan berhenti. Lebih banyak pihak yang menghujat kita. Salah dihujat sih menurutku hal sepele. Yang lebih membuatku kecewa adalah impian besarku tentang Dream city berhenti begitu saja. Itu membuat banyak hal dalam hidupku seolah berhenti"     

"kau benar-benar manusia yang penuh obsesi. Aku sarankan jangan sampai berlebihan"      

"Manusia seperti ku harus punya sesuatu yang dituju dengan sungguh-sungguh sebagai pegangan untuk melanjutkan hidup. kau tahu sendiri? aku tidak tahu aku berasal dari mana? Keluargaku siapa? Dan akhirnya mimpi serta tujuan hidupku lah pegangannya"     

"Jangan lupa kau sudah punya keluarga Riswan.. anak, istrimu, keluarga istrimu, mereka adalah keluargamu. Kau bisa gunakan mereka untuk pegangan hidup mu juga."     

"hai aku lebih tua.. kenapa kau yang lebih bijak"     

"hehehe" keduanya terkekeh.      

"Aku lebih bijak karena aku sudah mengalami banyak penyesalan setelah terpisah dari istriku. Andai Aku bisa mengulang, aku akan memilih lebih fokus memperhatikan istriku dan sering-sering memberinya  izin berkunjung ke rumah ayah ibunya daripada hanya fokus dengan pekerjaanku." sesal Mahendra.      

"woo.. kau ternyata laki-laki baik"      

"Kau pikir aku seperti apa? Haha" keduanya banyak tertawa.  Dan kedatangan hidangan dari para pengawal Mahendra termasuk sekretaris dadakannya Nana, sempat menghentikan percakapan mereka.      

"Oh' kak Riswan...?" Anna terkejut melihat Riswan.      

"Sebentar..?? Em.. maaf aku lupa. Siapa ya..?. Tapi kamu mirip seseorang. Ah.. siapa ya?" Riswan kesulitan mengingat perempuan yang baru menyapanya.      

"Aku Anna.." ucapan Anna tidak memberikan penjelasan apa pun bagi Riswan. Muka walikota ini terlihat masih belum menemukan ingatannya.      

"Yellow House, (Mension mewah tempat kakek Wiryo menyelamatkan banyak anak dan menumbuhkan mereka) penyuka Tedy bear putih"      

"Oh ya tuhan.. si cantik kecil.. peluk kakakmu" Riswan berdiri memeluk Nana, keduanya terlihat sangat akrab. Hendra menangkap adegan itu, bingung.     

"Bukankah.. kita sering bertemu? tapi kamu tidak pernah menyapaku seperti ini" Riswan kembali berucap sambil mengelus rambut Nana.      

"Pasti itu Leona, Leona memang pulang dan berkarier di Indonesia, dia bilang dia ingin menggantikanku" balas Nana.     

"dulu terakhir kali aku sempat mendengar kau pergi ke Milan ikut saudaramu" kembali Riswan menggali ingatannya tentang Anna.      

"hee.. (gadis ini tersenyum manis) iya.. aku memang harus pergi waktu itu, dan para pengasuh (orang-orang Wiryo di yellow house) menemukan keberadaan adikku serta keluarga barunya yang sangat sayang pada kami. Jadi aku ikut bersama mereka." Jelas Nana panjang lebar.      

"Kamu semakin cantik setelah dewasa."      

"Hee.. kak Riswan bisa aja"      

"kalian saling kenal" Hendra menyela.      

"Kau tidak tahu?" Riswan menyatukan alisnya. Apa benar Hendra tidak tahu bahwa Nana bagian dari putra-putri angkat kakeknya.      

"Tentu saja Hadyan.. Kak Riswan sering datang ke Yellow house waktu aku tinggal di sana" Nana menjelaskan. Sebuah penjelasan yang tidak bisa menghadirkan pemahaman untuk Hendra.      

"bukankah misi utama Anna.." ucapan Riswan terhenti seketika saat melihat ekspresi bingung Mahendra. Sepertinya tuan muda Djoyodiningrat kosong terhadap segala hal tentang teman mainnya di masa kecil.      

"Hendra tidak mengingatku," ada senyum getir yang disajikan Nana.      

"Oh.. begitu?" Riswan akhirnya mengerti mengapa Hendra terlihat bingung.     

"tentangku, tampaknya sengaja dihapus" perempuan cantik ini tidak lagi tersenyum, dia menatap lekat anak laki-laki yang dulu tidak bisa mengabaikan dirinya. Tapi kini pria dewasa bermata biru sama sekali tidak tertarik dengannya.     

"bisakah kau keluar dulu Nana, Ada banyak hal yang harus aku bicarakan dengan Riswan" bahkan laki-laki yang membuatnya menemukan keyakinan pulang kembali ke Indonesia setelah 15 tahun meninggalkan negara ini. Saat ini dia terang-terangan tidak berminat dengan dirinya.      

Penuh kekecewaan Nana terpaksa keluar bersama pengawal yang turut serta membantunya membawa nampan.      

"Kau sungguh tidak mengingat Anna?" Riswan kembali bertanya.      

"Iya."     

"tampaknya kau tidak ambil pusing"     

"Tepat sekali, Aku tidak suka dengan masa laluku. Jadi tidak ada yang perlu aku cari tahu"      

"Ah' aku terkejut. (ungkapan hinaan) kau, kau ternyata sangat simpel, kecuali hidupmu, hehe"      

"hehe.. Aku belajar dari istriku, Dia sangat menyenangkan dengan cara pikirnya yang simpel. Walau kadang terlihat kurang pandai. Tapi dia tidak pernah ambil pusing terhadap banyak hal. Bahkan, sering memaafkanku tanpa banyak berpikir"      

"ya.. ya.. kau sangat mencintainya.. apa pun itu akan terlihat baik.."      

"haha.. kau membuatku malu pada diriku"      

"Kenapa??" Riswan mencoba menangkap maksud Mahendra.     

"aku berasa bocah yang lagi pamer pacar.. sungguh sampah.. haha" Hendra tertawa geli, dan riswan menimpali dengan tawa lebih keras.      

***     

"Rey.. terima kasih, kalau bukan karena kamu aku tidak tahu adikku masih dekat dengan mantan suaminya" laki-laki yang dulu memperkenalkan dirinya dengan nama Gibran, kini selalu mengingatkan Anantha untuk memanggilnya dengan sebutan Rey. Pria ini ingin hadir dalam dunia Anantha dan adik perempuannya sebagai pribadinya yang asli.      

Bukan lagi berkamuflase gunakan nama Gibran: "berhati-hatilah dengan Mahendra, laki-laki itu akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan adikmu. Dan kau harus ingat kak, hidup bersama Mahendra tidak akan bisa tenang"      

"itulah yang membuatku ingin memisahkan mereka, Aku tidak mau Aruna hidup dalam keadaan sulit seperti itu. Aku ingin adikku bahagia dan ceria seperti dulu"     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanja     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.