Ciuman Pertama Aruna

II-41. Lovely Sister, Anna



II-41. Lovely Sister, Anna

0Tiba-tiba ada yang meneteskan air mata: "Aku nggak habis pikir, Surat Ajaib kita sampai di lirik T*D"       
0

"Iya.. Kok gue juga terharu ya" Lalu dua perempuan berpelukan.       

"Kalian kenapa?" Dea yang baru datang merasa aneh dengan perilaku asing dua sahabatnya.      

"Lihat ini" Lily menyerahkan kertas pada Dea.       

"Ini terlalu luar biasa" Sekali lagi Lily mengambil porsinya menjelaskan kepada Dea.       

"De.. Kamu yang datang ya." Pinta Aruna.       

"Yang benar saja itu sangat mustahil, aku tidak seahli kamu soal bicara di depan umum (sering grogi). Selama ini aku dan Lily menggantikanmu hanya untuk undangan yang standar"      

"Bagaimana dengan Agus?" Aruna melimpahkan pada yang lain.       

"Aku santai saja, tapi jangan protes kalau aku tiba-tiba berubah jalur ngomong tentang IT"       

"Huh benar juga mustahil menyuruhmu"       

"Kalau Tito? Laras? Timi? Kak Andien?"       

"Yang benar saja mereka harus dapat kuliah umum berdirinya Surat Ajaib" Lily melempar celetukan yang menggambarkan kondisi real.       

"Kenapa nggak kamu saja Lily?" Aruna melempar kepada temanya.       

"Hello... bicaraku bar-bar begini kamu mau ada bolpoin terbang menimpuk kepalaku"       

Aruna menghela nafas.       

"Tidak perlu berangkat kalau bukan kamu yang mewakili Surat Ajaib" Tegas Dea yang lain mengangguk.       

"Dan saya yang akan menemaninya ke Surabaya, tidak apa-apa saya gunakan biaya sendiri" Suara Timi menyelinap di antara diskusi hangat yang berubah jadi canggung.       

"APA KAU BILANG??" Lily spontan emosi. Tangkas Aruna dan Dea memeganginya Lily yang seolah akan menerjang Timi. Pria yang akan diserang Lily hanya mengerutkan keningnya memandang Lily 'cewek aneh' itu kesan yang ditangkap.       

"KU BERITAHU YA.. YANG SUKA DENGAN ARUNA PASTI BERAKHIR HANCUR SENDIRI, LIHAT DAMAR DAN SUAMINYA. DAN KAMU AKAN MENGIKUTI JEJAK MEREKA!!"       

"Kenapa aku yang di sudutkan??" Aruna bingung sendiri, Lily keterlaluan.       

"Siapa juga yang suka pada Aruna" Jawab Timi santai.       

"LALU KENAPA KAMU INGIN MENEMANINYA KE SURABAYA" Suara perempuan berapi-api.       

"Karena aku bertanggung jawab menjaganya"       

Yang lain menyingkir malas mendengarkan perdebatan rumah tangga yang di rasa akan panjang.      

"SEBAGAI TEMAN MERASA PUNYA TANGGUNG JAWAB MENJAGA SAMPAI SEJAUH ITU, BERARTI ADA SESUATU YANG MELATAR BELAKANGINYA"       

"Kalau pun ada, itu juga bukan urusanmu?"       

"APA KAU BILANG, NGOMONG SEKALI LAGI!!"      

"Tunggu kenapa kamu selalu mengusik hidupku dari awal aku berada di sini?"       

"i-itu.. Ka-karena, pokoknya aku benci denganmu"       

"Dasar perempuan aneh" Ucap Timi. Lily sempat berjalan meninggalkannya, tiba-tiba berhenti sejenak melemparkan bolpoin dan jatuh di kepala sang pria.       

"Hai.." Timi jengkal memukul meja.       

***      

"De.. Kamu tahu sendirikan, jika aku yang datang persepsi orang-orang akan lain kepada Surat Ajaib. Kamu mengerti maksudku, kan?" Dua anak ini mengisi jam istirahatnya di kampus dengan diskusi ringan mereka.       

"Itu hanya persepsimu Aruna, tidak ada yang akan melihatmu dengan cara berbeda. Ayolah sudah saatnya kamu menjadi si riang seperti dulu" Perempuan berhijab menoleh ke kanan ke kiri terlihat seperti sedang mencari seseorang sambil seria menempelkan bibirnya pada sedotan es kopi susu favoritnya.       

"Cari siapa kamu?"       

"Damar lah, siapa lagi. Ke mana dia? Aku tidak melihat batang hidungnya sejak kemarin, biasanya sudah nongol saja seperti malaikat penjagamu"      

"Aku memintanya menjauh, walau tidak secara langsung sih"      

"Maksudmu?"      

"Aku bilang aku ingin mempertahankan pernikahanku dengan Hendra"       

"Nah, Begitu dong Aruna! Kamu harus tegas dengan pilihanmu. Dan pernikahan itu harus diperjuangkan. Aku bangga padamu kali ini"       

"Sebelumnya enggak?"       

"Kadang kau plin plan sih"       

"Tapi, aku tidak mengerti bagaimana memperjuangkannya"      

"Huuh.. Kau tanya padaku yang belum menikah, seperti tanya pada pelajaran intergral bertingkat pada anak Taman Kanak Kanak"       

"Terus.. Aku harus bagaimana dong"       

"Ikuti saja perintah suamimu"       

"Begitu sudah dikategorikan berjuang"       

"Memang seperti itu perjuangan perempuan, menuruti permintaan suaminya"       

Sejenak ada yang mendekatkan bibirnya pada telinga sahabatnya: "Hendra memintaku mengandung bayi kita"       

"Ah'" Dea spontan menyingkir.       

"Hai.. Kamu tidak bisa cerita hal-hal sensitif seperti itu pada perempuan belum menikah"       

"Lalu aku harus bagaimana dong?"       

"Aduh itu terlalu sulit aku pahami. Namun setahuku pasangan suami istri selalu menginginkan punya putra putri yang lucu untuk memperkuat ikatan pernikahan mereka"       

"Begitu ya.."       

"Setahu aku lo.. Belum tentu benar juga"       

"Aku belum siap Dea, kakakku tidak bisa kuliah lagi, kerja lagi hidupnya yang dia bangun mati-matian dengan penuh dedikasi berantakan karena mengandung"       

"Kak Alia sudah menikah"       

"Belum sih"       

"Karena kecelakaan, makanya jadi ribet. Beda denganmu yang sudah..."       

"Sudah apa?"      

"Su-sudah mau pisah ya.."       

"Kata Hendra kalau aku hamil perceraian akan batal, walau pun sudah di urus kak Anantha sih"       

"Duh-duh ribet banget hidupmu"       

"Makanya aku bingung sekali Dea"       

"Ya sudah hamil saja, mengikuti perintah suamimu, kan itu misi perempuan yang sudah menikah"       

Gadis ini mendekat lagi ke telinga temannya: "Dan lagi katanya melakukan itu, rasanya sakit bangat. Aku kadang takut juga"       

"Argh, melakukan itu?? Melakukan apa??" Dea gemetar sendiri, jangan-jangan yang di maksud Aruna adalah yang 'iya iya'.      

"Ituu.."       

"Itu apa?"       

"Making Love"       

"A-Apa..?? Kau belum melakukannya? Jelas saja suamimu minta cerai!"       

"Bukan dia yang ingin kita pisah, tapi keluargaku"       

"Aruna benar kamu belum.. (saking syoknya tidak bisa melanjutkan ucapannya). Hai, kau bisa dikategorikan istri durhaka Aruna"       

"Kita kan dulu terikat pernikahan kontrak"       

"Oh begitu ya"       

"Pusingkan"       

"Iya bingung banget"      

.      

Sebuah mobil tidak jauh dari tempat kedua sahabat duduk, melaju lambat dan berhenti. Sesaat kemudian keluar laki-laki tidak asing, merapikan Jas yang dia kenakan dan berjalan menghampiri Aruna dan Dea.       

"Kenapa sekretaris Surya mendatangiku? Apa Hendra menyuruhnya?" Aruna menatap pria rapi berjalan mendekat.       

"Aku rasa bukan" Bisik Dea tersenyum manis pada Aruna.       

"Hai nona, selamat siang" Sapa Surya formal dan ramah seperti biasa.       

"Ayo pulang, aku hanya punya empat puluh delapan menit menemanimu"      

Ada yang sedang bengong melihat sahabatnya menyapa dirinya lalu berjalan membuntuti laki-laki yang juga sempat berpamitan dengannya.       

"Tunggu! Surya? Dea? Apa-apaan ini? Ah' Ap-apa ini??" Aruna tidak habis pikir. Sebelum memasuki pintu mobil ada gadis berhijab tersenyum gemas kepadanya. Mendadak Aruna lemas sendiri seolah baru bermimpi. Lalu dia tertawa gila, jadi tunangan yang di sembunyikan Dea rapat-rapat adalah pak Surya.       

"Ya Tuhan.."      

***      

Bandara Sukarno Hatta      

Perempuan dengan celana kain modis dan melekat sempurna pada kaki jenjang dan tubuh tegap yang menampilkan kesan cerdas, sedang memegang papan bertuliskan 'Lovely Sister, Anna'      

Beberapa menit berikutnya perempuan berambut coklat terurai, mata bulat lebar memikat dengan balutan gaun midi dress tepat selutut terkesan feminim dan ramah. Perempuan dengan kecantikan di atas rata-rata baru saja keluar dari pintu Arrival penerbangan internasional, dia melambaikan tangan lalu berlari kecil, sempat berpelukan sejenak satu sama lain.       

"Tulisanmu sangat cute"       

"Hehe jangan menggodaku, aku sedang menyesuaikan seleramu"       

"Makanya aku terkejut, wow.." Dia tertawa kecil di sela-sela percakapan, manis dan menawan berpadu jadi satu.      

"Lima belas tahun, lama sekali aku tidak menginjakkan kaki di negara ini" Rambut coklat terurai berucap lagi.       

"Aku terkejut kamu memutuskan untuk datang lagi ke Indonesia, dan akan tinggal di sini" Perempuan dengan celana panjang mengangkat koper lalu menyelipkannya ke dalam bagasi mobil.      

"Aku merindukan seseorang, bagaimana kabarnya?"       

"Tidak ada yang istimewa"       

"Aku tahu kamu membencinya"       

Keduanya memasuki pintu mobil mewah berwarna merah.       

"Kejadian masa kanak-kanak bukan serta merta kesalahannya. Ingatlah, kami berdua hanya korban keadaan"      

  .     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5, berupa kalimat lebih aku sukai     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.