Ciuman Pertama Aruna

Paras Malaikat



Paras Malaikat

0"Bagaimana dengan Aruna, apa dia baik-baik saja?". Tanya Hendra kepada Sekretarisnya.     
0

"Kabarnya nona hari ini mulai masuk kuliah, walau jalannya masih sedikit buruk. Tapi jangan khawatir kakinya hanya terkilir". Surya menjelaskan.     

"Oke. Kirimkan lagi beberapa suplemen dan buah-buahan, termasuk makan malam untuk tempat mainnya (outlet Surat Ajaib)". Tambah Hendra, sudah beberapa hari dia mengirimkan hal yang sama kepada Aruna.     

"Hen, apa tidak sebaiknya kau menjenguk nona Aruna? Itu membuatmu terlihat lebih sopan, aku yakin keluarganya akan menghargai kedatangan mu". Bujuk Surya. Hari ini memasuki hari ke lima setelah kejadian jatuhnya Hendra. Pria ini tampak menakutkan sekarang, menghabiskan banyak waktu untuk bekerja. Dan sedikit bicara.     

"Apa kau tak lihat kita sibuk?". Hendra, tidak bisa di ajak bicara dengan benar. Bahkan meminta Surya dan dokter tua yang menanganinya menyembunyikan kejadian tersebut dari siapapun termasuk Aruna.     

Surya sampai-sampai mendatangi Aruna secara pribadi. Memohon agar Aruna pura-pura tidak tahu tentang kejadian pingsannya Hendra. Padahal gadis itu yang mengangkat telepon dari Surya dan memberikan kabar bahwa Hendra tidak sadarkan diri. Hendra berfikir Surya lah yang menemukannya dan dia juga yang membawanya ke rumah sakit, tanpa sepengetahuan Aruna.     

Untung Aruna menangkap penjelasan karangan Surya dengan baik. Aruna menyimpulkan Hendra akan malu seandainya dia tahu yang menolong ketika pingsan adalah Aruna.     

_Syukurlah semua beres_ bisik Surya kala itu. Tapi sekarang kata syukur tidak bisa terucap dengan mudah.     

"Apa jadwalku setelah ini?".     

"Kau mendapatkan undangan pesta ulang tahun dari Baskoro, aku yakin kau tidak akan menyukainya jadi kamu bisa istirahat". Abi Rizky Baskoro adalah pemilik perusahaan minyak, tetua grup Bengawan Oil company. Setiap tahun mengumpulkan kolega untuk pesta ulang tahun yang terkesan membosankan dan buang-buang waktu di mata Hendra. Dia akan datang jika CEO Djoyo Makmur Grup memiliki tujuan kerjasama atau ada relasi yang perlu di dekati.     

"Persiapkan mobil dan bajuku, aku akan datang".     

Surya mengerutkan keningnya mendengarkan ucapan Hendra. Bukankah menyianyiakan waktu istirahat hanya untuk datang ke pesta semacam ini jauh dari kebiasaan Hendra.     

"Kau punya rencana penting untuk pesta hari ini?".     

_Sebaiknya kau memilikinya atau aku akan menyeret mu ke kamar, memaksa mu istirahat. Itupun kalau aku berani_ Surya hampir kehilangan kendali, dia sudah menyerahkan di hari sebelumnya.     

Mengikuti jadwal CEO yang makin gila kerja. Bagaimana dia bisa bertahan dengan waktu tidur yang sedikit. Bahkan jam makannya sangat cepat. Jika bukan karena pertemanan. Jadwal kerja semacam ini sangat tidak manusiawi. Sebagai sekertaris utama sekaligus asisten pribadi. Surya akan mengikuti kemanapun Hendra beraktivitas.     

Kecuali kemarin ketika dia akhirnya tumbang, tak sanggup melawan rasa lelahnya. Ini masih hari ke 5 setelah kejadian yang merubahnya. Entah apa yang salah, bahkan kadang kala Surya kesulitan memahami kepribadian Hendra teman yang dia ikuti selama 8 tahun.     

Sejujurnya pribadi Hendra yang seperti ini mengingatkan dia pada awal perkenalannya dengan pewaris Djoyodiningrat. Dia orang yang sedikit bicara, cenderung misterius dengan segala ekspresi cuek di wajahnya. Selucu apapun yang lain tertawa. Hanya melirik dengan tatapan bosan. Membuat orang lain kikuk dan bingung.     

Siapa dokter tua yang tampak akrab dengannya. Perempuan itu bahkan mampu memprediksi bahwa obat yang dia berikan akan segera di buang setelah Hendra keluar dari ruangannya. Lalu menitipkan obat serupa pada Surya. Berharap Surya bisa membujuknya.     

"Tidak, aku hanya ingin mengisi waktuku. Ada masalah?".     

"Baik, aku akan ikut bersama mu dengan satu syarat". Surya mengeluarkan obat dari sakunya.     

"Minum ini!". Sudah beberapa kali sekertaris Hendra membujuknya.     

Hendra memungut kasar botol berisi kapsul yang di letakkan Surya di mejanya.     

"Brak!!". Pria itu melemparnya ke dinding, jatuh berserakan. Wajah penuh kemarahan mengelabuhi seluruh diri Hendra.     

"Aku tidak tahu lagi bagaimana menghadapi mu". Surya pergi meninggalkan CEO Djoyo Makmur Grup.     

***     

"Arunaa..". Dea berlari memeluknya, aura kebahagiaan menyelimuti perempuan berhijab itu.     

"Hati-hati kaki ku, hehe". Aruna turut menyambut pelukan sahabatnya.     

"Kau bisa naik?. Sini aku bantu". Dea melingkarkan tangan Aruna pada punggungnya.     

"Tidak perlu, aku bisa.. ini tidak separah yang kau pikirkan". Aruna menjelaskan sembari menaiki tangga menuju lantai 2 outlet Surat Ajaib.     

Sampai di atas teman-temannya sangat antusias mendapati Aruna bisa hadir kembali. Sebenarnya antusias yang lain adalah karena beberapa hari ini mereka mendapatkan kiriman makan malam yang demikian mengharukan, menu bintang 5. Sepertinya yang barusan datang.     

Aruna memeriksa, menelan ludahnya bukan disebabkan hidangan yang menggoda. Melainkan dirinya sadar siapa yang mengirimkan paket ini. Laki-laki yang membuat kakinya sakit. Tampaknya berusaha minta maaf. Tapi kenapa dia tidak menghubungi dirinya sama sekali?. Apakah dia terlalu sibuk?. Entah mengapa ada sedikit rasa berharap di hati.     

"Dimana Damar?". Tanya Aruna. Merasa sepi ketika pemuda nyentrik itu tidak terlihat.     

"Apa dia tidak memberi tahumu?". Lili sedikit bingung dengan pernyataan Aruna terkait keberadaan Damar.     

"Tentang apa". Balas Aruna     

"Lihat ini". Lili mengetik beberapa hal di leptop. Sebuah video di posisi tranding 2 Indonesia. Video itu mencantumkan kata 'Rona Kemerahan' by Danu Umar. Ketika video tersebut di klik, suara gitar khas Damar terdengar lebih indah. Masih dengan lirik yang sama lagu tersebut dinyanyikan merdu.     

Teman-teman Aruna mendekat, ikut mengamati. Padahal mereka sudah berulang kali memutar lagu tersebut dan mengomentarinya. Sepertinya mereka berusaha mempercayai hal baru yang jauh dari prediksi. Terkejut dengan keputusan Damar yang berubah secara tiba-tiba.     

Dari ke empat orang yang berusaha menemukan keyakinannya. Ada satu mata, menatap ke arah berbeda. Aruna membaca judul video lain yang berada di sisi kanan tampilan YouTube.     

*novelis Danu Umar Akhirnya menerima tawaran produser music berkat puisi-puisinya     

*Kulik lebih dalam novel, sajak dan lagu Danu Umar     

*Pendatang baru Danu Umar, hanya bermodal MV sederhana langsung melejit.     

*Siapa sangka Produser kenamaan Bay Wijaya menggandeng Danu Umar     

Semua kata terdiam, itu artinya mereka tidak akan mendapati Damar di tempat ini. Bisa jadi teman yang suka melontar guyonan absrud itu akan berubah sebagai orang lain.     

"Siapa yang akan mengerjakan tugas Damar disini". Celetuk Aruna mengakhiri dan menjauh dari leptop Lili. Ada rasa kehilangan yang tidak bisa di sembunyikan.     

"Kemarin Damar menemui kita, sementara ada 2 adik tingkatnya dari sastra akan bergabung dengan kita". Dea menjelaskan. Perempuan berhijab ini juga bercerita tentang harapan Damar ingin berjumpa dengan Aruna langsung, sayangnya Aruna sakit. Termasuk tentang spesifikasi dua adik tingkat Damar yang bernama Laras dan Tito. Damar menggarisbawahi mereka tidak akan mengecewakan.     

_Anak ini benar-benar tidak akan menggangu ku, tapi.. bukankah caranya terlalu berlebih_     

Batin Aruna.     

***     

Sebagian besar yang hadir dalam pesta sedang berhura-hura dengan tujuan masing-masing. Ada yang berjoget ria di spice karaoke, dansa, DJ dan beberapa lainnya lebih serius berbicara tentang kelebihan diri masing-masing dalam ruang para pebisnis pada sisi dalam.     

Entah bagaiman Hendra berakhir di sudut tempat sebagian besar lelaki dan perempuan sosialita saling bertegur sapa. Tempat duduk berderet-deret dengan waiters yang Wira Wiri, sibuk di bombardir banyak perintah. Letaknya tepat di depan ruang para pemangku perusahaan sedang membual.     

Laki laki itu menatap tajam minuman berwarna biru di depannya. Sesekali memainkan Handphone, duduk malas seolah berada di dunianya sendiri. Tidak menyadari beberapa pasang mata menatapnya.     

"Siapa pun yang bisa mendekati dia malam ini akan mendapat separuh dari arisan ku. Bagaimana? Kalian setuju". Kumpulan perempuan dalam sebuah squad sedang merencanakan kegilaan mereka. Sebenarnya beauty squad beranggotakan 15 perempuan sosialita dari kalangan selebriti, dokter, istri kolongmerat bahkan koki dan pemilik butik termasuk klinik kecantikan, mereka juga aktif di sosial media termasuk acara-acara televisi. Tania termasuk didalamnya. Dia sedang di salah satu spice berbeda, bersama sebagian anggota beauty squad yang lain.     

"Kau yakin tidak akan menyesal". Timpal yang lain sembari tersenyum menyeringai.     

"Yang mana.. mana.. aku ingin lihat". Perempuan berbaju gold tidak kalah penasaran.     

"Lihat di sana, yang duduk sendiri dengan mata dan minuman sama birunya". Si baju merah menunjukkan keberadaan Hendra.     

"Wow.. dia.. terlalu tampan". Sebagain dari mereka melepaskan aktivitas bermain handphone, mulai fokus memperhatikan Hendra.     

"Aku merasa wajahnya tidak asing".     

"Iya aku pernah melihatnya, tapi siapa ya". Tujuh orang yang berada di lingkaran itu semakin intensif.     

"Tanpa taruhan pun aku akan senang hati mencobanya".     

"Seperti malaikat, tidak cukup hanya kamu yang bertaruh". Perempuan-perempuan itu melemparkan ucapan random.     

"Baiklah, bagaimana jika yang berhasil akan mendapatkan patungan dari kita semua besarnya satu kali putaran Arisan".     

"Ini lebih menarik". Hadiah lebih besar, namun di tanggung lebih banyak orang.     

Perempuan lain yang dari tadi diam, penuh pengamatan. Ikut bersuara.     

"Kali ini aku ikut".     

"Wah wah ada apa dengan mu Ra?". Celetuk yang lain terkejut, Raira Model dan cucu salah satu Mentri dari orde sebelum reformasi.     

"Tak masalah aku mendapat urutan terakhir, jika kalian semua tidak berhasil. Aku rela mengeluarkan uang lebih, supaya dia sukarela jadi pacarku". Mereka tertawa serentak.     

"Hello siapa yang akan kau bayar". Kia, menantu dari pemilik pesta datang bersama Tania.     

"Kami sedang taruhan". Sahut salah satu dari mereka.     

"Lihatlah, taruhan kita sangat tampan kali ini".     

"Dasar cewek-cewek jomblo (mereka belum menikah)". Kia mengumpat kecil.     

"Yang mana sich, ih aku penasaran". Mata Kia berburu di ikuti Tania.     

"Apa?? Jangan gila kalian". Kia perempuan yang cukup dekat dengan Tania spontan melirik mata Tania. Mereka dekat karena Kia dulunya artis satu angkatan sebelum dinikahi salah satu putra Baskoro. Kia sudah mencium kedekatan Tania dengan pewaris Djoyo Makmur Grup.     

"Dia penerus tunggal Djoyodiningrat, bahkan uang mu tak bisa membeli apa pun dari Hendra, jangan main-main dengannya". Tambah Kia.     

"Apa? Ini semakin menarik". Seseorang di antara mereka merasa akan seru.     

"Tunggu maksud mu CEO sekaligus pewaris tunggal Grup Djoyo Makmur". Perempuan yang barusan bicara mengangkat handphone berisikan artikel tentang Hendra.     

"Pantas aku merasa dia tidak asing".     

"Aku tidak akan mundur. Kalau yang lain mundur silahkan. Siapa tahun ini akan jadi peluang terhebat dalam hidup". Geraldin, Nadin meletakan cincin berliannya sebagai DP awal dan menantang yang lain.     

"Ambil Arisan ku, jika kalian ada yang berhasil". Tania tiba-tiba merasa dadanya gusar.     

_Toh Hendra sangat dingin dengan siapapun. Dalam waktu dekat dia akan menikah. Siapa yang bisa menaklukkannya selain aku_     

Tania selama ini merasa yang paling tahu Hendra, karena dia terlampau lama bersama dan sering di jadikan tameng sebagai kekasihnya, untuk menekan perempuan lain. Keduanya seperti TTM (teman tapi mesra), melekat tanpa status menggambarkan ikatan simbiosis mutualisme.     

"Tapi, aku yang mendapat kesempatan paling awal". Pinta Tania. Kia mengompori yang lain untuk menyetujuinya. Kia tahu Tania membutuhkan ini. Karena di mata Kia, Tania adalah kekasih tersembunyi Hendra demikianlah rumor yang pernah dia dengar.     

"Baiklah, aku akan mengabadikannya". Kia mengangkat handphonenya. Dokumen insta story live, begitu berisik dengan bisikan anggota squad.     

"Ayo kita lihat apakah artis kita bisa menaklukkan sang CEO"     

"hahaha".     

"Tania tunjukan kemampuan mu".     

"Mengapa harus dia yang duluan, aku merasa tidak adil".     

"Sudahlah... kita lihat saja aksi artis romansa kita"     

Tania melangkah santai, karena dia sudah menguasai segala-galanya tentang Hendra. Mereka bertemu saat SMA di atap gedung sekolah. Dan sering bersama sejak laki laki itu pulang dari California, USA.     

"Hai". Sapa perempuan berparas cantik dengan make up sempurna dibalut gaun setengah terbuka. Hendra meliriknya malas tidak peduli.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.