Kisah Istri Bayaran

Stimulasi Menyentuh secara Diam-Diam (7)



Stimulasi Menyentuh secara Diam-Diam (7)

0Kaki Gu Qingqing dipegang semakin erat oleh tangan Leng Sicheng dan bahkan perban yang diikatnya pun akan segera lepas. Gu Qingqing merasa sakit. Ia jelas melihat mata Leng Sicheng perlahan-lahan mengumpulkan sebuah amarah, namun ia tidak tahu mengapa Leng Sicheng tiba-tiba menjadi sedikit marah lagi…     
0

Apakah Leng Sicheng menyalahkan Gu Qingqing karena tidak patuh padanya tadi?     

Leng Sicheng memegang kaki kecil Gu Qingqing untuk sementara waktu, kemudian baru perlahan-lahan melepaskan dan menenangkan napas. Ia terus membantu Gu Qingqing mengikat perban dan masih berkata, "Jangan terkena air sebelum lukanya sembuh. Besok aku akan bantu kamu mengganti obatnya lagi."     

Gu Qingqing mengangguk. Untungnya, ia sudah mandi sebelum turun ke lantai bawah untuk membahas pekerjaan, jika tidak, luka hari ini masih belum sembuh dan ia tidak bisa mandi. Bukankah itu penyiksaan?     

Meskipun Leng Sicheng telah membantu membalut luka Gu Qingqing, tangannya masih tetap memegang kaki Gu Qingqing. Kakinya putih dan halus. Setelah dibalut dengan perban, kakinya juga terlihat seperti buah yang dibalut dalam kemasan, seolah-olah dengan menghirup dengan lembut sudah dapat menyedot sari buah manis dari dalam.     

Selama tiga tahun, selain komunikasi fisik, komunikasi bahasa mereka berdua sangat sedikit. Leng Sicheng juga terluka pada saat tiga tahun lalu dan pernah dibalut. Itu pasti adalah luka yang sangat parah, tetapi Gu Qingqing malah tidak tahu apa-apa.     

"Pada saat itu… Bagaimana bisa kamu terluka?" tanya Gu Qingqing.     

Leng Sicheng sedikit mengernyit. Jelas ia tidak ingin membahas topik ini.     

Jika Gu Qingqing menyadari kecelakaan itu lebih awal, atau bahwa ia terluka parah seperti Nie Zhining dalam kecelakaan itu, apakah itu akan membangkitkan perasaan simpati Gu Qingqing? Dan Gu Qingqing juga tidak akan bersama Nie Zhining?     

"Tidak," Leng Sicheng menggelengkan kepalanya, "Hanya luka kecil saja."     

"Oh," Gu Qingqing menundukkan kepalanya sedikit, menyadari Leng Sicheng tidak berminat membicarakannya. Ia juga tidak tahu topik apa yang harus dibicarakan.     

Mereka berdua diam untuk beberapa saat. Hanya terdengar suara pendingin ruangan yang meniupkan angin dengan lembut.     

Gu Qingqing bahkan sedikit mengeluh tentang dirinya sendiri. Mengapa ia tidak bisa fleksibel dan berkemampuan dalam segala aspek seperti Xu Zipei? Atau, memiliki kepribadian aktif seperti Xu Zijin? Setidaknya, jika ia begitu, sekarang ia tidak akan merasa begitu canggung.     

Setelah waktu yang lama, Leng Sicheng berdiri dan berkata, "Aku akan naik. Masih ada beberapa dokumen yang harus diurus di lantai atas."     

Awalnya Leng Sicheng masih ingin melakukan hal-hal buruk dengan Gu Qingqing. Tetapi, kaki Gu Qingqing terluka dan suasana juga terganggu. Banyak hal tidak dapat dilanjutkan lagi. Selain itu… Bahkan jika ia ingin melanjutkannya, ia juga harus mempersiapkan tindakan pengamanan.     

Gu Qingqing mengangguk. Namun, saat Leng Sicheng baru saja berjalan dua langkah, Gu Qingqing yang di belakangnya memanggilnya lagi, "Leng Sicheng."     

Leng Sicheng menoleh dan memandang Gu Qingqing dengan sedikit aneh. Gu Qingqing duduk di kepala tempat tidur dan menyusutkan tubuhnya sebelum berkata, "Selesaikan pekerjaanmu lebih awal. Aku… menunggumu."     

"Baik," jawab Leng Sicheng. Saat Leng Sicheng mendengar kata-kata terakhir Gu Qingqing, matanya yang awalnya masih ada sedikit perasaan terikat itu saat ini perlahan-lahan menjadi tenang.     

Leng Sicheng berpikir sebentar, kemudian masih berbalik dan mencondongkan tubuhnya dengan lembut. Di depan mata Gu Qingqing yang terkejut, ia memberikan ciuman yang dalam di bibirnya.     

"Tidurlah lebih awal. Aku akan segera kembali."     

Leng Sicheng dengan cepat naik ke lantai atas. Setelah mengurus tugas pekerjaan, ia tidak segera turun untuk bersama Gu Qingqing. Tetapi, ia malah turun ke lantai bawah dan keluar dengan mengemudi mobil sendiri.     

Tidak ada kemacetan di malam hari. Dengan cepat, Leng Sicheng tiba di pusat kota. Ia mengemudikan mobil dan berkeliling untuk waktu yang lama. Setelah ia menemukan apotek 24 jam, ia memarkirkan mobilnya untuk turun dan masuk ke dalam.     

Hanya ada satu pramuniaga di dalam yang menguap dengan kondisi sedikit tertidur. Leng Sicheng memasuki pintu apotek dan segera bertanya, "Apakah ada Durex? Yang versi ultra tipis. Aku mau tiga kotak yang isi sepuluh bungkus."     

"Ada, ada!" jawab pramuniaga itu sambil mengangguk berulang kali.     

Leng Sicheng tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya dengan nada acuh tak acuh, "Kalau begitu, apakah ada afrodisiak? Semakin kuat efeknya, semakin baik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.