Kisah Istri Bayaran

Tidak Dapat Diucapkan (2)



Tidak Dapat Diucapkan (2)

Leng Sicheng yang sedang marah melajukan mobilnya keluar di jalan gunung hingga kecepatan maksimum. Ia tidak merasa pikirannya menjadi lebih jernih. Hal yang bisa Leng Sicheng rasakan hanyalah perasaan hampa dan kegelapan tak berujung yang membungkusnya dengan erat.     

Leng Sicheng menghentikan mobil di tepi jalan dan mematikan mobilnya. Lalu, ia merentangkan tangannya ke sakunya dengan santai hingga ujung jarinya menyentuh sebuah logam yang dingin. Saat Leng Sicheng mengeluarkan benda itu dari kantongnya, ternyata itu adalah kalung LOVE. Seharusnya kalung ini muncul hari ini, tapi insiden tadi itu adalah sebuah kecelakaan.     

Leng Sicheng awalnya memesan kalung itu dan seharusnya diambil tiga hari kemudian sebagai hadiah untuk ulang tahun ketiga pernikahan mereka. Ia tidak mengira bahwa I-DO akan selesai mempersiapkan kalungnya lebih awal, bahkan hingga kebetulan ditemukan oleh Gu Qingqing dan Chen Wenjie.     

Di setiap hari ulang tahun pernikahan mereka dalam tiga tahun terakhir, Leng Sicheng selalu secara khusus memesan hadiah kecil. Setiap kali ia pergi ke luar negeri dan mengunjungi satu negara asing, ia akan membeli sesuatu yang tampak seperti bulan sabit karena berkilau cantik seperti mata Gu Qingqing. Jika dikumpulkan, semua barang-barang ini bisa menjadi tumpukan tinggi dan memenuhi sebuah kotak.     

Sayangnya, setiap kali Leng Sicheng mengumpulkan keberanian untuk memberikan hadiah, ia selalu disakiti oleh sikap Gu Qingqing yang dingin. Pada akhirnya, ia hanya bisa menyimpan semuanya sendiri di Apartemen Qingcheng. Sama seperti hari ini.     

Leng Sicheng mengendarai mobil untuk waktu yang lama di luar. Ketika ia akhirnya berhenti, ia mendapati bahwa dirinya telah kembali ke Vila Xishan tanpa ia sadari. Sekarang sudah jam tiga pagi dan lampu-lampu di Vila Xishan sudah meredup. Gu Qingqing seharusnya sudah tidur.     

Leng Sicheng masih duduk di dalam mobil dan memandang jendela kamar Gu Qingqing di lantai dua untuk waktu yang lama. Setelah jam di dalam rumah berdenting empat kali, barulah Leng Sicheng tiba-tiba tersadar kembali. Ia kemudian membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumah.     

Pintu kamar tidak dikunci dan lampu kamar tidak dinyalakan. Gu Qingqing berbaring di tempat tidur dan tampaknya sedang tidur dengan sangat tidak nyaman. Leng Sicheng berjalan ke sana dengan langkah-langkah yang sangat ringan, lalu menutup jendela dan membenahi selimut Gu Qingqing dengan baik. Setelah Leng Sicheng memastikan bahwa tubuh Gu Qingqing terbalut selimut, ia berbaring dengan lembut di samping Gu Qingqing dan memperhatikan wajahnya yang sedang tidur.     

Ketika Leng Sicheng memasuki kamar, ia melihat beberapa tas belanja yang Gu Qingqing letakkan di sudut kamar. Leng Sicheng berjongkok, perlahan-lahan membuka tas belanjaan itu, dan mengecek isinya. Setelah ia mencari di dalam tas belanja itu, ia benar-benar tidak menemukan barang untuk pria.     

Leng Sicheng tahu dengan jelas bahwa Gu Qingqing tidak sukarela menikah kepadanya tiga tahun lalu. Jika bukan karena ia menggunakan insiden itu untuk memaksa Gu Qingqing menikahinya, mungkin wanita itu sudah pergi ke luar negeri sejak lama.     

Ketika mereka masih baru menikah, Leng Sicheng sangat baik pada Gu Qingqing dan penuh perhatian. Leng Sicheng tahu bahwa ia telah memaksa Gu Qingqing sehingga ia juga bersikap sangat lembut kepada wanita agar wanita itu juga menyukainya. Tetapi, setiap kali mereka selesai berhubungan badan, Gu Qingqing harus meminum obat untuk tidak mempunyai anak.     

Mereka hanya berpura-pura akrab dan penuh kasih sayang di depan orang tua Leng Sicheng. Di saat-saat lainnya, bahkan duduk di sebelahnya pun terasa canggung. Ketika mereka berkomunikasi, Leng Sicheng bukannya merasakan kejenuhan antara suami dan istri. Ia malah merasa seperti tamu yang sedang dilayani.     

Tidak, seharusnya bisa dibilang bahwa perasaan itu begitu dingin seperti es batu. Apalagi saat mereka berdua menghabiskan malam bersama. Kadang-kadang Leng Sicheng menunjukkan sedikit kelembutan, begitu juga ketika Gu Qingqing memiliki permintaan dan membutuhkan uang…     

Leng Sicheng tidak akan pernah melupakan momen ketika Gu Qingqing berada di pelukannya di malam pernikahan mereka. Gu Qingqing malah bertanya tentang obat agar tidak mempunyai anak. Jelas-jelas tubuh Leng Sicheng waktu itu sangat bergairah, tetapi lain dengan perasaannya. Dari jantung hingga otak, dari setiap tulang di tubuhnya hingga ke setiap inci otot dan kulitnya, bahkan setiap selnya serasa membeku.     

Gu Qingqing begitu tidak ingin menikah denganku? Begitu tidak ingin mempunyai anak denganku? Juga tidak ingin memiliki masa depan bersamaku? begitu pikir Leng Sicheng waktu itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.