Kisah Istri Bayaran

Berjalan ke dalam Hati (1)



Berjalan ke dalam Hati (1)

0Gu Qingqing mendadak terkejut dan segera menoleh. Lalu, ia melihat Leng Sicheng yang mengenakan kemeja dan celana panjang berjalan ke arahnya dengan langkah lebar. Cahaya di ruang buku yang berpendar kuning dan redup membuat sosok Leng Sicheng seakan ditutupi dengan kain tule lembut, sedikitpun tidak terlihat seperti dirinya yang dingin dan arogan.     
0

Gu Qingqing teringat bagaimana Leng Sicheng memimpin untuk membuat masalah tingkah-tingkah aneh yang melakukan ketika masih kecil. Ia tersenyum dan menjawab, "Ibu menunjukkan beberapa foto lama padaku."     

Leng Sicheng menundukkan kepalanya dan melihat buku foto di tangan Gu Qingqing. Lalu, ia melihat foto dirinya dan Mu Shangen sedang meniup 'balon'. Ada sedikit rasa malu yang melintas di matanya, lalu ia segera berkata, "ini semua adalah hal-hal bodoh dan kenakalan masa kecil. Tidak ada yang menyenangkan untuk dilihat."     

Gu Qingqing belum pernah melihat Leng Sicheng merasa malu seperti ini. Ia berusaha keras untuk menahan tawanya, apalagi saat teringat tentang Leng Sicheng dan Mu Shangen yang duduk di antara berbagai warna kondom sambil meniupnya menjadi balon dan memainkannya. Tetapi, setelah menahan tawanya sepanjang waktu, Gu Qingqing tidak bisa menahannya lagi.     

"Apa yang kamu tertawakan?"     

Leng Sicheng sengaja memasang ekspresi wajah yang suram dan ingin berpura-pura terlihat ganas. Tetapi, ketika Gu Qingqing teringat kembali pada foto Leng Sicheng yang duduk di atas 'balon', ia benar-benar tidak dapat menahan tawanya. Jarang-jarang Leng Sicheng tampak begitu malu dan Gu Qingqing melihatnya seperti ini.     

"Kamu masih tertawa!" tegur Leng Sicheng.     

"Aku… Aku tidak tertawa!" bantah Gu Qingqing. Namun, saat ia menatap wajah Leng Sicheng yang marah, ia tidak tahan lagi dan kembali tertawa terbahak-bahak.     

"Baiklah, Gu Qingqing!" tegur Leng Sicheng. Ia sedikit marah dan bahkan lebih malu melihat Gu Qingqing masih terus saja 'menertawakan' dirinya. Ia pun mengulurkan tangannya dan segera menggelitik pinggang Gu Qingqing dua kali sambil berkata, "Aku akan membiarkanmu tertawa!"     

Gu Qingqing benar-benar menjadi 'lebih parah' karena digelitik oleh Leng Sicheng. Ia semakin tertawa hingga seluruh tubuhnya terguncang dan ia tidak bisa menegakkan pinggang.     

"Jangan. Jangan! Aku salah. Aku tidak akan tertawa lagi. Hahahaha...!" Gu Qingqing tertawa hingga mengeluarkan air mata. Ia bersandar di rak buku, lalu terjatuh ke lantai. Setiap kali Leng Sicheng 'menyerangnya', ia berusaha bersembunyi sambil tertawa.     

"Kamu masih tertawa? Lucu, kah? Apakah kamu tahu kesalahanmu?"     

Leng Sicheng ikut berlutut di lantai dan mengulurkan tangannya dari waktu ke waktu untuk terus menggelitik Gu Qingqing. Wanita itu terus tertawa hingga seluruh tubuhnya menggeliat seperti husky putih. Ia terus bergerak dan berjuang. Ia sangat ingin melarikan diri dari 'siksaan' Leng Sicheng, tetapi ia hanya bisa tertawa sambil mengeluarkan air mata.     

"Aku salah. Aku benar-benar salah! Aku tidak akan tertawa lagi… Hahaha!"     

Leng Sicheng menarik kembali tangannya. Gu Qingqing masih masih berbaring di lantai dan segera menenangkan diri untuk waktu yang lama untuk menstabilkan napasnya kembali. Ia takut Leng Sicheng terus menggunakan 'metode kejam', jadi ia segera mengubah topik, "Buku-buku ini… Kamu sudah pernah membaca semuanya?"     

Leng Sicheng duduk di samping Gu Qingqing, memiringkan kepalanya, dan menjawab, "Bisa dibilang begitu."     

"Begitu banyak buku di sini dan banyak buku berbahasa asing. Apakah kamu juga pernah membacanya?" tanya Gu Qingqing, mengungkapkan ketidakpercayaannya, "Selain itu, kamu masih suka membaca prosa dan puisi?"     

Leng Sicheng berpikir sejenak, lalu menjawab, "Belum tentu. Kadang-kadang aku membaca buku-buku ini hanya karena judul bukunya sangat indah."     

"Apa judul bukunya?" tanya Gu Qingqing. Diam-diam ia membatin, Masih ada yang membaca buku karena judulnya indah? Ini benar-benar sebuah anekdot di dunia!     

Leng Sicheng melihat judul buku, lalu melihat Gu Qingqing lagi dengan tatapan mata yang dalam dan menjawab, "Langit Cerah yang Biru, Seseorang Berjalan Masuk ke Hatiku, Kuharap itu Hanyalah Kebetulan, Orang yang Aku Sayangi, Seharusnya Tidak Terbang ke Sini."     

Gu Qingqing tertegun saat mendengar suara Leng Sicheng yang dalam dan serak. Suara ini membawa sedikit efek magnetik, seperti secangkir kopi hitam lembut yang segera meresap ke relung hatinya.     

Pupil mata kuning Leng Sicheng seakan hanya merefleksikan bayangan Gu Qingqing seorang. Mendekat, lebih dekat lagi, dan semakin mendekat... 20 cm, 10 cm, 5 cm…     

Gu Qingqing seperti diseret ke dalam lubang hitam. Semakin dekat, semakin lekat, dan semakin erat. Napas kedua orang itu saling terjerat, bersamaan dengan kedua orang yang juga terjerat bersama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.