Kisah Istri Bayaran

Cinta Lama, Cinta Baru (3)



Cinta Lama, Cinta Baru (3)

0Berlin dilanda cuaca dingin hari ini. Hujan yang turun membuat suhu kota turun agak rendah. Leng Sicheng yang baru datang mengenakan jas panjang dan sepertinya membawa sedikit kelembapan dari luar.     
0

Begitu Leng Sicheng masuk, ia melepas jasnya dengan tenang dan memberikannya kepada pelayan. Di balik jas panjangnya, Leng Sicheng mengenakan setelan yang pas di tubuhnya hingga membuatnya terlihat lebih ramping dan tinggi. Pupil mata kuningnya menyapu ruangan dengan santai dan pandangannya tidak berhenti pada Xu Zipei. Dengan cepat, Leng Sicheng menemukan tempat duduk sendiri.     

Seorang saudagar gemuk tersenyum dan berkata, "Tuan Leng, Anda terlambat! Hukumannya adalah harus minum tiga gelas anggur!"     

Leng Sicheng tampak dingin dan tidak menanggapinya. Ia hanya berbalik dan berjalan ke arah tempat duduknya. Leng Sicheng menarik kursi, lalu duduk dengan anggun sambil menyilangkan kaki. Ia bahkan tidak melihat saudagar itu sama sekali.     

Kebetulan, Xu Zipei duduk di sebelah Leng Sicheng. Saudagar itu merasa agak malu karena diabaikan seperti itu. Mungkin karena ia pernah berkomunikasi dengan Xu Zipei sebelumnya, ia pun tersenyum dan berkata, "Saya dengar Nona Xu Zipei dan Tuan Leng sama-sama dari Universitas N. Kalau begitu, kalian adalah teman alumni! Hahaha..."     

Seluruh orang di ruangan itu mengalihkan pandangan mereka kepada keduanya. Leng Sicheng tetap sedikit menurunkan matanya dan tidak bermaksud untuk menanggapinya sama sekali. Sementara itu, Xu Zipei malah tersenyum dengan murah hati dan menjelaskan, "Saya dan Sicheng bukan hanya teman alumni universitas, tapi juga teman sekelas waktu SMA. Sudah lama sekali tidak bertemu denganmu, Sicheng."     

Suara Xu Zipei terdengar begitu lembut, ekspresinya tampak sangat bermurah hati, dan tidak ada sedikitpun sikap tidak nyaman karena keterikatan masa lalu. Setelah Leng Sicheng mendengar Xu Zipei mengatakan itu, barulah ia mengangkat dagunya sedikit. Pria itu meletakkan satu tangan di sandaran kursi dan tangan yang lain di atas meja. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan dengan lembut.     

Leng Sicheng mengangkat wajahnya yang tampan, melirik Xu Zipei dengan dingin, dan mengangguk. Kemudian, ia hanya mengeluarkan satu kata dari tenggorokannya, "Hm."     

Sikap Leng Sicheng sangat dingin dan tidak sopan. Padahal, Xu Zipei juga tidak mengatakan hal buruk tentangnya dan tetap tersenyum dengan sikap yang baik.     

Leng Sicheng sudah duduk, semua orang di meja telah mengembuskan napas lega, dan suasana kembali menjadi ramai. Orang-orang lain mulai bersulang dan lanjut minum, namun Leng Sicheng tidak pernah bergabung dengan mereka maupun berpartisipasi dalam keramaian itu. Leng Sicheng selalu memasang ekspresi dingin.     

Setelah Leng Sicheng memakan beberapa sumpit makanan dan perutnya sudah 70% kenyang, ia menundukkan kepalanya lagi untuk melihat ponselnya. Gu Qingqing tidak meneleponnya lagi dan juga tidak ada pesan teks yang masuk.     

Setelah perjamuan semalam selesai, Leng Sicheng ingin menelepon Gu Qingqing. Tetapi, ada perbedaan waktu tujuh jam antara Berlin dan Yancheng. Sekarang waktu di sini menunjukkan pukul 11 malam, sementara di sana sudah pukul 6 pagi. Kesehatan Gu Qingqing tidak baik akhir-akhir ini dan wanita itu membutuhkan tidur.     

Tadi pagi Leng Sicheng pergi untuk memeriksa pabrik di pinggiran kota Berlin. Begitu hari menginjak sore, ia segera pergi untuk menemui dua pengusaha yang menjadi mitra kerja sama tanpa jeda. Dari pagi hingga malam, Leng Sicheng sangat sibuk seharian ini hingga tidak banyak makan. Sudah pasti ia juga tidak memiliki waktu untuk menelepon Gu Qingqing atau mengirim pesan teks padanya.     

Ruangan itu penuh dengan aroma alkohol dan suasananya sangat berisik. Jadi, Leng Sicheng menarik bangkunya dan berdiri. Begitu saudagar itu melihat tubuh tinggi Leng Sicheng yang berdiri lagi, ia masih bertanya, "Tuan Leng, Anda mau pergi ke mana?"     

Leng Sicheng menjawab dengan sangat tenang, "Pergi menelepon istriku untuk mengabarkan kondisiku sekarang."     

"Istri?"     

Siapa yang tidak tahu bahwa Leng Sicheng terkenal 'memiliki istri di rumah, tetapi masih menghabiskan waktu untuk bermain-main di luar'? Setiap wanita yang menjadi pasangannya sangat cantik dan mengharukan, tetapi tidak pernah ada yang mendengar seperti apa istrinya.     

Di antara sekelompok orang itu, hanya mata Xu Zipei yang menunjukkan kilatan cahaya. Ia juga tidak berbicara dan hanya melihat Leng Sicheng yang berbalik dan berjalan keluar sambil membawa ponselnya.     

Angin sejuk bertiup di koridor luar. Leng Sicheng bersandar di ambang jendela dan sedang mengeluarkan ponselnya. Namun, tiba-tiba terdengar suara sepatu hak tinggi yang mendekat dari belakangnya dan suara lembut yang memanggilnya, "Sicheng."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.