Kisah Istri Bayaran

Luka yang Tak Terlihat (9)



Luka yang Tak Terlihat (9)

Leng Sicheng hanya memeluk Gu Qingqing, menoleh, dan melirik Nie Zhining dengan dingin. Lirikannya itu sangat dingin dan sangat acuh tak acuh, seperti peringatan dan juga seperti penuh kewaspadaan. Setelah itu, Leng Sicheng tidak mengatakan apapun dan hanya menggendong Gu Qingqing berjalan menuruni tangga.     

Di belakang, Nie Zhining segera mengejarnya, "Leng Sicheng, berhenti!"     

Sebelum Nie Zhining berlari hingga dua langkah, tiba-tiba terdengar suara wanita yang memanggil dengan cemas dari bawah, "Zhining, Zhining, kamu di mana?"     

Itu adalah Xu Zijin dan Xu Zipei yang sedang mencari orang sepanjang jalan. Keduanya telah mencari untuk waktu yang lama, tetapi tidak menemukan seorangpun. Mereka pun menelepon Sekretaris Cheng untuk menanyakan situasi kepadanya.     

Sekretaris Cheng menjelaskan, "Kami telah mencari semua tempat yang akan Nyonya datangi. Nyonya juga tidak memiliki kerabat lain. Benar-benar tidak tahu harus pergi ke mana lagi untuk mencarinya."     

Saat Sekretaris Cheng menyebutkan tentang kerabat, Xu Zipei tiba-tiba memikirkan sesuatu dan teringat tentang ayahnya yang sudah meninggal. Ia menanyakan tempat ayah Gu Qingqing dimakamkan, lalu langsung bergegas ke sini. Tetapi, apa yang baru saja ia dengar ketika berada di bawah?     

"...Kamu sama sekali tidak mencintai Qingqing, orang yang selalu kamu sukai adalah kakak Zipei...?"     

Ketika Xu Zipei mendengar kata-kata Nie Zhining ini dari bawah gunung, ia benar-benar membeku. Ia bahkan menghentikan langkah kakinya dan hanya melihat adiknya yang terus berjalan ke atas untuk menjemput Nie Zhining.     

Sementara itu, di saat yang sama, Leng sicheng menggendong Gu Qingqing dan berjalan selangkah demi selangkah ke bawah. Xu Zipei terkejut dan hatinya sedikit panik saat ini. Ia juga tidak tahu harus bagaimana harus menghadapi Leng Sicheng dan Gu Qingqing.     

Xu Zipei hanya melihat Leng Sicheng mendekatinya selangkah demi selangkah dengan Gu Qingqing di dalam pelukannya. Ekspresinya dingin, pandangannya tenang, dan ia akan segera menabrak Xu Zipei. Leng Sicheng juga tidak berencana untuk minggir.     

Sementara itu, Xu Zipei menyampingkan tubuhnya. Leng Sicheng menggendong Gu Qingqing dan berjalan lurus ke bawah gunung. Ketika berjalan melewatinya, Leng Sicheng bahkan tidak melirik Xu Zipei sama sekali, seolah-olah menganggapnya seperti udara kosong.     

Penantian dalam hati Xu Zipei yang awalnya membumbung tinggi langsung terjatuh dan hilang dalam sekejap. Ia bahkan mengambil dua langkah ke depan dan ingin memanggil Leng Sicheng. Tetapi, ketika kata-kata itu mencapai mulutnya, ia juga tidak tahu harus bagaimana mengatakannya. Xu Zipei hanya melihat Leng Sicheng menggendong Gu Qingqing dan berjalan semakin jauh hingga akhirnya menghilang.     

Selalu seperti ini!     

Baik ketika di SMA maupun di universitas, semua orang mengatakan bahwa mereka berdua adalah pasangan yang diciptakan di surga. Xu Zipei kadang-kadang juga merasa bahwa Leng Sicheng benar-benar memperlakukannya berbeda dengan gadis-gadis lain.     

Bahkan, Leng Sicheng masih bertunangan dengan Xu Zipei. Ia juga pernah membayangkan bahwa... Leng Sicheng mungkin benar-benar sangat mencintainya. Tetapi, ketika ia ingin tinggal untuk menemani, Leng Sicheng segera menolaknya tanpa ragu. Ekspresi dinginnya... sama seperti tadi.     

Ketika sampai di tempat parkir mobil, Leng Sicheng menundukkan kepalanya untuk melihat Gu Qingqing. Mungkin karena ia minum terlalu banyak anggur, ia sudah tertidur di dalam pelukan Leng Sicheng.     

Meskipun Gu Qingqing tertidur, ia tetap mengerutkan kening. Tangan kecilnya tetap mendorong Leng Sicheng, seolah sangat ingin segera memutuskan hubungannya dengan pria ini dan tidak ingin memiliki hubungan apapun dengannya lagi.     

Hati Leng Sicheng merasa sakit. Ia meletakkan Gu Qingqing dengan hati-hati, membuka pintu mobil, dan mengangkatnya ke kursi penumpang depan mobil. Kemudian, ia membantu Gu Qingqing mengenakan sabuk pengaman dengan baik.     

Leng Sicheng segera mengemudikan mobil kembali ke rumah sakit.     

Saat Leng Sicheng baru saja membawa Gu Qingqing kembali ke tempat tidur pasien, tiba-tiba wanita ia dan menutupi mulut. Tampaknya ia ingin muntah. Leng Sicheng segera mengangkatnya keluar dan menepuk punggungnya dengan pelan.     

Leng Sicheng membiarkan Gu Qingqing muntah di lantai. Setelah Gu Qingqing muntah hingga tidak bisa memuntahkan air asam, barulah ia tertidur kembali dengan damai.     

Leng Sicheng masih memberinya segelas air, membantu Gu Qingqing mengganti pakaian kotornya, dan membersihkan lantai yang kotor. Akhirnya, ia melepaskan sepatu Gu Qingqing dan memeluknya dari belakang sambil bergumam, "Qingqing, maaf. Jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.