Kisah Istri Bayaran

Luka yang Tak Terlihat (7)



Luka yang Tak Terlihat (7)

0Tidak hanya datang sumber cahaya, tetapi juga suara raungan mobil yang perlahan-lahan mendekat. Gu Qingqing tidak peduli dengan sumber cahaya itu dan tetap bersandar di batu nisan ayahnya. Kemudian, ia membuka sebotol anggur lagi dan menuangkannya ke tanah untuk ayahnya.     
0

Sumber cahaya itu masih sangat jauh dan mungkin masih mencapai kaki gunung. Jika ingin mendaki gunung, tidak bisa membawa mobil dan hanya bisa berjalan kaki.     

Sudah pasti harus mematikan ponsel saat mendatangi dan menyusuri makam. Gu Qingqing tidak ingin ada yang mengganggu 'pertemuan' dirinya dengan ayahnya.     

Mata Gu Qingqing sangat tidak bersemangat. Ia mengangkat lehernya dan minum seteguk besar anggur lagi. Mungkin karena ia minum dengan sedikit terburu-buru, tiba-tiba kadar alkohol meningkat hingga melebihi beban jantung dan otaknya. Bahkan, rasanya pedas hingga ia batuk beberapa kali dan mengeluarkan air mata.     

Pasti karena pedasnya alkohol. Tidak mungkin karena Gu Qingqing sedang menangis dalam hatinya. Ia tidak akan tampak begitu lemah di depan Leng Sicheng. Ia juga tidak akan membiarkan dirinya tampak lemah di depan Leng Sicheng dan Xu Zipei!     

Masalahnya, bukannya semua orang mengatakan bahwa cara meredakan kekhawatiran adalah dengan menenggak anggur? Mengapa Gu Qingqing minum begitu banyak anggur, kesedihan dan kebencian dalam hatinya masih tidak berkurang sama sekali? Tetapi, rasanya malah seperti ombak yang semakin terkumpul dan semakin menggunung?     

Gu Qingqing minum seteguk anggur lagi. Namun, mungkin ia meneguk terlalu banyak hingga membuatnya langsung tersedak. Air matanya segera mengalir keluar.     

Tidak, tidak... Aku tidak boleh menangis. Mana boleh aku menangis? Bagaimana bisa aku begitu tidak berguna? Bukannya itu hanya perceraian? Bukankah hanya berpisah dengan Leng Sicheng? Apa yang harus membuat tidak rela? Leng Sicheng juga tidak memperlakukanku dengan baik...     

Meskipun Gu Qingqing berusaha mengukuhkan pendiriannya, jantungnya tetap terasa sakit dan semakin sakit tanpa terkendali. Begitu sakit hingga ia segera mengulurkan tangan dan memegang batu nisan dari samping dengan erat.     

Gu Qingqing ingin ayahnnya memberikan keberanian dan kekuatan padanya. Tetapi, itu tetap saja tidak berguna. Jantung Gu Qingqing benar-benar sangat sakit. Begitu sakit hingga Gu Qingqing tidak memiliki tenaga untuk berdiri dan pergi.     

"Qingqing! Qingqing! Kamu di mana? Qingqing!"     

Terdengar suara yang sedang memanggil Gu Qingqing dari bawah gunung. Namun, itu bukan Leng Sicheng. Ia menyeka matanya dengan kuat. Bahkan jika ia tertekan, ia juga tidak ingin membiarkan orang lain melihatnya.     

Ketika Gu Qingqing menyeka air mata di wajahnya hingga kering, Nie Zhining datang. Nie Zhining telah pergi ke beberapa Carrefours dan tiba-tiba teringat bahwa tempat ini tidak jauh dari rumah tua Gu Qingqing. Seperti ada dewa dan arwah yang sedang menunjuknya. Nie Zhining benar-benar menemukannya!     

"Qingqing! Terima kasih, Tuhan! Kamu baik-baik saja!" seru Nie Zhining. Ia melihat sosok di sini dan segera bergegas menghampirinya. Hatinya yang awalnya penuh kecemasan rasanya langsung menghilang. Namun, saat Nie Zhining masih belum sampai di sana, ia sudah mencium bau alkohol yang kuat.     

Gu Qingqing melihat Nie Zhining dan hanya mengangguk. Ia juga tidak peduli dengan pria yang menghampirinya itu, tetapi terus duduk dan bersandar di batu nisan. Lalu, ia membuka sebotol anggur lagi dan menuangkannya ke tanah untuk ayahnya.     

Nie Zhining mengerutkan kening ketika melihat Gu Qingqing ingin minum anggur dan segera membujuknya, "Jangan minum lagi."     

Gu Qingqing mengabaikan Nie Zhining dan terus meminum seteguk besar anggur. Nie Zhining melirik sekeliling dan melihat masih ada beberapa botol anggur di lantai. Ia takut Gu Qingqing juga akan menghabiskan itu, jadi ia dengan cepat membuka botol itu dan meminumnya sendiri.     

Nie Zhining tidak bisa minum anggur sama sekali. Kadar alkohol Erguotou juga tinggi. Ia baru menyesapnya sekali dan langsung tersedak dengan kesulitan.     

Cahaya bulan perlahan-lahan naik hingga menyinari tubuh Gu Qingqing dan membentuk bayangan panjang yang tampak begitu sendirian dan kesepian.     

Gu Qingqing meminum anggur di dalam botol seteguk demi seteguk tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia meminum tiga teguk, menuangkan sebotol untuk ayahnya, dan terus melakukan itu hingga menuangkan botol anggur terakhirnya ke tanah. Setelah itu, baru ia berdiri.     

Karena begitu banyak mengonsumsi alkohol, Gu Qingqing berdiri dengan sedikit terhuyung-huyung. Nie Zhining segera maju ke depan dengan sakit hati dan ingin mengangkatnya. Namun, tiba-tiba terdengar suara seseorang berteriak, "Lepaskan dia!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.