Kisah Istri Bayaran

Sebuah Surat Pernikahan (3)



Sebuah Surat Pernikahan (3)

0Gu Qingqing tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke cermin.     
0

Leng Sicheng yang terlihat di cermin masih tetap dekat di punggung Gu Qingqing dan memeluknya dengan kuat. Rambut dahi Leng Sicheng yang agak panjang menggantung ke bawah hinga menutupi ekspresi di wajahnya, tetapi lengannya memeluk dengan erat.     

Selama tiga tahun. Setiap hari selama tiga tahun. Setiap saat, setiap menit, dan setiap detik. Gu Qingqing terus menantikan Leng Sicheng mengatakan kata-kata seperti ini. Ia telah menantikannya terlalu lama, kecewa terlalu lama, dan bahkan... Lebih putus asa terlalu lama. Terlalu lama hingga Gu Qingqing sendiri tidak tahu apakah ia seharusnya mempercayai kata-kata Leng Sicheng atau tidak.     

Jendela tidak tertutup rapat. Angin berembus ke dalam dan terdengar suara gemerisik daun pohon ara yang tertiup angin. Gu Qingqing menoleh ke arah luar jendela dengan linglung dan melihat pohon ara yang bergoyang tertiup angin.     

Pada zaman kuno, pohon ara melambangkan cinta, serta melambangkan perasaan kesepian dan kesedihan sebelum berpisah.     

Sama seperti suasana hati Gu Qingqing saat ini. Semalam turun hujan yang jarang dan angin bertiup kencang. Meskipun ia telah tidur selama satu malam setelah kedinginan dan kehujanan, ia masih merasa mabuk.     

Gu Qingqing sebenarnya tahu bahwa bahkan jika Leng Sicheng benar-benar bercerai dengannya, pria itu juga belum pasti akan bersama Xu Zipei. Leng Sicheng memiliki dendam serius terhadap perilaku pengkhianat keluarga Xu.     

Xu Zipei turut berkhianat dengan meninggalkan Leng Sicheng untuk pergi ke luar negeri saat ia berada dalam titik paling kesusahan. Bahkan jika Leng Sicheng sangat mencintainya, itu juga tidak akan menghilangkan dendam di dalam hati.     

Belum lagi, karier Xu Zipei sedang melejit naik sekarang. Dilihat dari perkembangannya saat ini, seharusnya Xu Zipei tidak akan setuju untuk menjadi seperti Gu Qingqing. Wanita itu tidak rela meninggalkan semua pekerjaannya dan tinggal di rumah untuk membantu suaminya membesarkan anak.     

Bahkan jika Xu Zipei tidak bisa menikah, itu tidak mengubah bahwa Leng Sicheng mencintainya.     

Leng Sicheng membutuhkan seorang istri yang tidak memiliki keinginan untuk menjaga status dan mematuhi semua perkataannya. Ia membutuhkan istri yang mendukung semua kehidupan pribadi dan pekerjaannya tanpa keberatan sama sekali. Bahkan, ia lebih memerlukan istri dan ibu yang tidak memiliki niat untuk berkarier demi mendukung suami dan membesarkan anaknya.     

Xu Zipei tidak memiliki semua ini.     

Leng Sicheng memilih Gu Qingqing, mungkin karena ayahnya yang secara tidak diduga mati di tangan Leng Sicheng. Mungkin karena rasa impulsif untuk membalas dendam kepada Xu Zipei yang meninggalkannya pada saat itu. Terlebih lagi, akibat Gu Qingqing terus menahannya secara diam-diam selama bertahun-tahun.     

Tetapi, apakah semua ini yang Gu Qingqing inginkan?     

Pernikahan ini tidak melibatkan perasaan. Leng Sicheng hanya memiliki pilihan rasional yang dingin seperti es. Mungkin di saat yang cocok, Leng Sicheng masih akan 'memberi rahmat' pada Gu Qingqing untuk mengandung seorang pewaris yang akan mewarisi keluarga Leng. Mungkin ia juga akan membiarkan Gu Qingqing terus memiliki kehormatan sebagai Nyonya Leng.     

Tetapi, mengapa Gu Qingqing tidak merasa senang sama sekali? Ia hanya merasa sedih, menghela napas tanpa daya, dan bahkan merasa bahwa dirinya menyedihkan dan begitu kasihan.     

"Qingqing..."     

Leng Sicheng mengangkat kepalanya dan melihat ke cermin. Gu Qingqing menoleh dan memandang ke arah pohon ara di luar jendela. Ada angin yang bertiup dan pohon ara itu mengeluarkan suara bergemerisik, seolah-olah sedang mengatakan sesuatu.     

Leng Sicheng mengidap penyakit autisme sejak kecil. Saat masih kecil, ibunya hanya mengajarinya tentang dendam dan kebencian dunia ini. Karenanya, Leng Sicheng tidak bersedia untuk berkomunikasi dengan orang luar. Ia hanya tenggelam di dalam program-program ilusi dan internet. Setidaknya, hal-hal ini tidak akan mengkhianatinya.     

Ketika Leng Sicheng dewasa, ia tetap masih tidak tahu bagaimana caranya untuk berkomunikasi lebih baik dengan masyarakat ini. Bagi Leng Sicheng, dunia ini selalu dipisahkan oleh sebuah tembok yang tak terlihat. Ia melihat banyak orang yang mendekatinya untuk uang, kekuasaan Grup Leng, maupun berbagai tujuan lainnya. Orang-orang melayaninya, menyakitinya, hingga bahkan menjebaknya.     

Hanya Gu Qingqing seorang yang mendekati Leng Sichng dengan tulus bukan karena uang. Bukan juga karena kekuasaannya, bahkan bukan untuk orangnya. Leng Sicheng malah jatuh cinta begitu dalam pada Gu Qingqing.     

"Selama kamu tidak melepaskannya, kamu akan adalah satu-satunya istriku seumur hidup ini."     

Leng Sicheng mungkin benar-benar tidak tahu harus bagaimana untuk mengungkapkan perasaannya. Satu-satunya hal yang ia tahu adalah hanya Gu Qingqing yang akan menjadi satu-satunya istrinya dalam seumur hidupnya ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.