Kisah Istri Bayaran

Malam yang Intens (2)



Malam yang Intens (2)

0Gu Qingqing sendiri tidak menyangka dirinya tiba-tiba akan mendapat ciuman yang begitu intens dari Leng Sicheng, apalagi di depan Nie Zhining. Ia hanya bisa melihat Leng Sicheng. Jangankan melawannya atau mematuhinya, Gu Qingqing merasa seperti otaknya tiba-tiba mati mesin dan seluruh tubuhnya membeku dalam sekejap.     
0

Leng Sicheng mencium Gu Qingqing dengan sangat keras. Meskipun ia tidak menggigitnya, ia sama sekali tidak keberatan melakukannya di depan Nie Zhining. Satu tangan Leng Sicheng melingkari pinggang ramping Gu Qingqing, sedangkan satu tangannya lagi berada di belakang kepala Gu Qingqing. Jari-jarinya masuk ke dalam rambut lebat Gu Qingqing untuk menahan pergerakan kepalanya.     

Ketika Gu Qingqing belum bereaksi, Leng Sicheng dengan cepat membuka giginya yang sedikit terbuka karena terkejut. Ia terus menuju ke dalam dan menyebabkan badai di mulut Gu Qingqing. Karena tenaga Leng Sicheng terlalu kuat, Gu Qingqing bahkan sampai terdorong mundur dua langkah hingga punggungnya menabrak dinding.     

Setelah mendapat tempat untuk bersandar, Leng Sicheng terus mencium Gu Qingqing dengan semakin sembrono. Ia bahkan menggerakkan tangannya yang memegang pinggang ramping Gu Qingqing ke atas. Lalu, ia mencubit dagu kecil Gu Qingqing agar kepalanya terangkat ke sudut yang bisa lebih memungkinkannya untuk memperdalam ciumannya.     

Saat mereka berdua biasanya bergumul, kadang-kadang Leng Sicheng akan menyerang dengan lebih ganas dan intens ketika mereka sendirian. Masalahnya, sekarang Nie Zhining sedang melihat dari samping. Di dapur yang tidak jauh dari lokasi mereka, masih ada Luo Qingxue. Belum lagi, masih ada sekelompok kerabat di ruang tamu. Jika pergerakan mereka sedikit saja lebih keras, pemandangan ini akan menjadi ritme yang mengundang penonton gratis.     

Setelah awalnya sedikit terkejut, Gu Qingqing tersadar kembali dan mulai bergerak di ruang yang sempit. Tidak ada masalah ketika ia diam saja dan tidak berusaha melepaskan diri. Namun, saat ia mulai berusaha berjuang, Leng Sicheng menggunakan tangan besarnya untuk meraih tangan kanan Gu Qingqing yang melawannya.     

Leng Sicheng menekan dan mengunci tangan Gu Qingqing dengan erat di sisi tubuhnya, dengan postur seolah-olah ingin memakannya. Bahkan, Leng Sicheng tanpa malu-malu menggunakan satu tangan itu untuk mencubit daging lembut di pinggang Gu Qingqing. Gu Qingqing tidak takut hal yang lain, namun ia hanya takut geli.     

Saat Leng Sicheng mencubit bagian tubuhnya yang gampang geli, seluruh tulangnya menjadi lunak dan ia tidak memiliki sedikitpun tenaga untuk melawan. Begitu Gu Qingqing menjadi tidak bertenaga, tangan Leng Sicheng bergerak ke atas. Tangannya menekan Gu Qingqing dengan tidak berat maupun ringan, seperti sedang mengendalikannya atau menggodanya.     

Gu Qingqing merasa geli, kakinya tidak bertenaga, dan ia juga tidak berani melawan. Biasanya Leng Sicheng selalu langsung ke sesi utama ketika bersamanya dan jarang menggunakan metode lembut seperti ini. Kepala Gu Qingqing terasa pusing dan seluruh anggota tubuhnya seakan kehilangan tulang. Ia ingin melawan, tetapi tubuhnya tidak bertenaga.     

Leng Sicheng terus menciumnya hingga mendengar suara langkah kaki mendekat. Saat itulah, baru ia melepaskan Gu Qingqing. Begitu tubuh Leng Sicheng menjauh tubuhnya, kaki Gu Qingqing langsung menjadi lemas dan ia hampir jatuh.     

Leng Sicheng bereaksi dengan cepat dan Sicheng refleks melingkarkan tangannya di pinggang Gu Qingqing. Ia membiarkan Gu Qingqing bersandar padanya dengan kepala Gu Qingqing menunduk di bahunya. Tangannya yang lain mengusap rambutnya Gu Qingqing, seperti menghibur dan juga seperti memberikan kasih sayang.     

Leng Sicheng kemudian menoleh. Meskipun masih ada bekas kemerahan di wajahnya, ekspresinya malah sangat tenang saat ia menatap Xu Zijin yang datang. Ia pun bertanya dengan ringan, "Ada sesuatu?"     

Pupil mata kuning Leng Sicheng dengan cepat melirik. Tetua keluarga Xu dan keluarga Nie yang sedang berbicara di ruang tamu juga melirik ke arah sini. Jelas mereka juga melihat pemandangan tadi, tapi justru bagus jika mereka melihatnya. Biar mereka mereka sadar diri tidak selalu menyebutkan tentang diskusi pernikahan Leng Sicheng dan Xu Zipei.     

Xu Zijin memperhatikan Leng Sicheng dan Gu Qingqing yang berciuman. Ia juga melihat Nie Zhining yang berdiri di samping dengan ekspresi terluka. Xu Zijin segera menarik lengan Nie Zhining, seolah-olah ingin mengumumkan kekuasaannya, dan sengaja bertanya, "Kakak Sicheng. Mengapa kalian berdiri di sini? Ada sofa di sana. Mengapa tidak duduk dan mengobrol bersama?"     

Leng Sicheng melirik Xu Zijin, kemudian menatap Nie Zhining yang tidak bersemangat, dan tersenyum dengan santai. "Qingqing sedang tidak sehat, jadi aku harus menemaninya kembali ke kamar tidur," kata Leng Sicheng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.