Kisah Istri Bayaran

Sup Tonik (6)



Sup Tonik (6)

0Setelah sarapan dan duduk sebentar, Leng Yunting melihat waktu sekarang. Lalu, ia mengingatkan Leng Sicheng, "Sudah jam sembilan. Kamu juga harus berangkat ke perusahaan."     
0

"Baik," Leng Sicheng segera berdiri dan mengangguk. Lalu, ia berbalik dan melirik Gu Qingqing, "Mari kita pergi."     

Gu Qingqing mengangguk. Saat ia baru saja berdiri, Welsh kecil yang sedang berbaring di samping kakinya segera bangkit. Gu Qingqing mengelus kepala kecilnya yang berbulu, namun makhluk kecil itu mengaing, seakan tidak ingin mereka pergi.     

Gu Qingqing sudah merasa sedikit lebih baik. Ia sudah bisa berjalan, hanya saja langkahnya masih agak lambat. Saat Leng Sicheng melihat Gu Qingqing berjalan dengan tidak nyaman, ia mengambil dua langkah ke depan dan memegang tangannya.     

Gu Qingqing sedikit bingung. Saat ia mengangkat kepala dan melihat Leng Sicheng, ekspresi Leng Sicheng tidak berubah. Bulu matanya yang panjang sedikit terkulai hingga lingkaran bayangan dangkal terlihat dari sudut matanya, seolah-olah menyembunyikan emosi pria itu yang sebenarnya.     

Ekspresi Leng Sicheng tetap dingin saat memegang tangan Gu Qingqing dengan erat. Gu Qingqing terkejut, kemudian ia mengingat tentang perintah Leng Sicheng untuk berakting 'penuh kasih sayang'. Karena mereka masih belum meninggalkan rumah orang tua Leng Sicheng, ia hanya bisa diam dengan patuh.     

Di luar rumah, mobil Sekretaris Cheng juga sudah tiba. Leng Sicheng memegang tangan Gu Qingqing, lalu keduanya berdiri bersebelahan dan menghadap orang tua mereka. Leng Sicheng memasang ekspresi ringan saat berpamitan, "Ayah, Ibu, saya masih punya pekerjaan. Pamit dulu."     

"Baik," jawab Luo Qingxue sambil tersenyum. Kemudian, ia berkata, "Selama hubungan kalian tetap baik di masa depan, Ibu harap kalian berdua datang lagi sambil membawa kabar baik."     

Mereka jelas tahu bahwa Luo Qingxue sedang menyebutkan masalah anak. Saat Gu Qingqing dan Leng Sicheng mendengar itu, mereka sama-sama menjadi lebih diam. Setelah waktu yang lama, barulah Leng Sicheng mengangkat kepala dan berpamitan untuk terakhir kali, "Kalau begitu, Ayah dan Ibu, kami kembali dulu."     

Luo Qingxue bisa merasakan perubahan suasana hati Leng Sicheng. Tetapi, saat ia melihat Leng Sicheng dan Gu Qingqing masih bergandengan tangan dengan erat, ia juga mengangguk, "Kalau begitu, kalian berhati-hatilah."     

Leng Sicheng mengangguk, lalu membawa Gu Qingqing ke depan mobil. Ia membukakan pintu mobil untuk istrinya, menunggu sampai wanita itu duduk di dalam, baru melepaskan gandengan tangannya. Kemudian, Leng Sicheng menutupkan pintu mobil untuk Gu Qingqing dan duduk di sisi lain.     

Sebelum pergi, sepertinya mereka masih harus meningkatkan sandiwara 'penuh kasih sayang' mereka. Leng Sicheng sengaja membuka jendela mobil dan memegang tangan Gu Qingqing. Lalu, keduanya bergandengan tangan dan melambaikan tangan mereka sebagai salam selamat tinggal kepada orang tua Leng Sicheng.     

Saat mobil dinyalakan, kedua orang yang duduk di kursi belakang masih tetap berpegangan tangan. Gu Qingqing merasa sedikit tidak nyaman. Ia dan Leng Sicheng memang pada dasarnya tidak benar-benar saling mencurahkan 'kasih sayang'.     

Mereka kemarin hanya berakting sebagai 'pasangan suami istri penuh kasih sayang' di depan orang tua Leng Sicheng sepanjang hari. Namun, karena kelakuannya yang tidak bagus waktu tidur, pagi ini Leng Sicheng benar-benar 'mencurahkan kasih sayang' padanya. Sekarang pinggang dan punggung masih sakit.     

Gu Qingqing ingin menarik kembali tangannya. Saat ia menoleh dan melirik Leng Sicheng, pria itu tampak sedikit lelah. Bisakah pria ini tidak lelah? Dia berkali-kali buang air kecil dan bolak-balik ke toilet sepanjang malam, kemudian 'berolahraga' di pagi hari. Aneh jika pria itu tidak lelah, pikir Gu Qingqing.     

Leng Sicheng menyandarkan kepalanya ke belakang. Dari samping, Gu Qingqing hanya bisa melihat tampak samping wajahnya. Ia memejamkan matanya hingga menyembunyikan bulu matanya yang panjang dan dagunya sedikit terangkat. Bahkan, jakun di leher panjangnya terkadang bergerak naik dan turun karena ia bernapas dan menelan ludah.     

Tangan Leng Sicheng masih memegang tangan Gu Qingqing. Permukaan telapak tangan pria itu terasa kasar dan telapak tangan wanita itu masih terjerat. Meskipun Gu Qingqing tidak berani bergerak, hatinya seakan diselimuti perasaan asing yang rumit dan menjeratnya. Ia juga mulai merasa tidak sabar.     

Ketika mobil pergi meninggalkan rumah tua Leng, mereka tidak melewati pintu masuk utama. Leng Sicheng akan segera rapat sehingga tidak ada banyak waktu yang tersisa. Mobil langsung melaju dari pintu samping ke arah belakang gunung dan segera meluncur di jalan lingkar secepat mungkin.     

Jalanan di belakang gunung awalnya masih bagus dan lancar. Tetapi, ketika mobil hampir sampai di pintu keluar, terdengar suara gemeretak batu. Leng Sicheng yang memejamkan matanya pun membuka matanya dan melihat ke luar sambil membatin, Di sini, sepertinya…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.