Kisah Istri Bayaran

Cinta Lama, Cinta Baru (7)



Cinta Lama, Cinta Baru (7)

0"Halo?" Gu Qingqing menjawab telepon itu dan suaranya kedengaran agak terkejut.     
0

Perasaan pertama Gu Qingqing adalah bertanya-tanya, Apakah Leng Sicheng salah menelepon? Bukannya dia sudah pergi ke Berlin? Lagi pula, saat ini seharusnya sudah larut malam di sana? Apakah ada yang terjadi di sana?     

Ketika Gu Qingqing berpikir bahwa Leng Sicheng mungkin mengalami masalah, ia juga menjadi gugup. Jika Gu Qingqing di sini gugup, Leng Sicheng yang ada di sana bahkan lebih gugup.     

Mengapa aku melakukan kesalahan seperti ini? Gu Qingqing menjawabnya, jadi apa yang harus aku lakukan? Leng Sicheng menggerutu dalam hati.     

Leng Sicheng tidak berbicara, begitu pula Gu Qingqing. Keduanya diam-diam melihat ponsel masing-masing untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat, baru Gu Qingqing bertanya, "Ini… Leng Sicheng?"     

Ketika Gu Qingqing berbicara, ia berdiri dan bersiap untuk berjalan ke sepen untuk menjawab telepon. Tepat di seberang tempat kerjanya adalah tempat kerja Xu Zijin. Jika Gu Qingqing berbicara, Xu Zijin juga dapat mendengar dengan jelas.     

Setelah waktu yang lama, Leng Sicheng yang berada di sana baru bersiap untuk menjawabnya. Awalnya ia berencana untuk berdehem dengan ringan. Mungkin karena terlalu gugup, ia malah tidak sengaja tersedak dan benar-benar batuk. Leng Sicheng langsung terbatuk dengan keras. Mungkin karena ia jarang berinisiatif untuk menelepon Gu Qingqing, ia sendiri merasa tidak tahan.     

Ketika Gu Qingqing mendengar Leng Sicheng batuk, ia menjadi agak gugup. Ia mengira bahwa Leng Sicheng sakit dan menjadi khawatir. Tetapi, ia juga takut Leng Sicheng menolak perhatiannya sehingga ia hanya bisa bertanya dengan suara kecil, "Kamu… bagaimana?"     

"Aku... Uhuk-uhuk-uhuk!" Leng Sicheng batuk beberapa kali lagi dan berusaha keras untuk menenangkan napasnya. Awalnya, ia masih sedikit gugup. Setelah terbatuk, ia lupa apa yang ingin ia katakan sebelumnya. Leng Sicheng terus batuk hingga tenang kembali.     

Gu Qingqing menatap telepon dan terlihat sedikit sedih, "Kamu..."     

Gu Qingqing baru saja mengatakan satu kata, tetapi Leng Sicheng segera berkata, "Mengapa kamu meneleponku waktu itu?"     

Leng Sicheng berusaha sebaik mungkin untuk membuat suaranya tetap terdengar tenang dan stabil, seolah-olah orang yang batuk tadi bukan dirinya.     

"Aku..."     

Mana berani Gu Qingqing mengatakan bahwa saat itu ia hanya ingin bertanya apakah Leng Sicheng pergi ke Berlin untuk Xu Zipei? Gu Qingqing juga tidak berani mengatakan bahwa ketika Leng Sicheng pergi, ia sebenarnya sedikit merindukannya.     

Xu Zipei di Berlin dan Leng Sicheng juga di Berlin. Xu Zipei juga mungkin akan menjadi bintang iklan Grup Leng. Wajar jika mereka bertemu… pikir Gu Qingqing.     

"Mengapa?" Leng Sicheng agak menantikan jawaban Gu Qingqing. Bahkan, meskipun Gu Qingqing berbohong kepadanya dan mengatakan bahwa ia merindukannya bukan sebagai pria atau suami melainkan sebagai orang keluarga, itu juga baik.     

"Aku hanya…" Gu Qingqing tidak bisa mengatakannya. Entah itu soal Xu Zipei maupun soal dirinya yang merindukan Leng Sicheng, ia tidak bisa mengatakannya.     

"Hanya apa?" tanya Leng Sicheng. Jantungnya diam-diam berdebar-debar dan meskipun ia berusaha sebaik mungkin untuk berpura-pura tenang, suaranya masih menunjukkan sedikit harapan, kegembiraan, dan kesenangan.     

Setelah agak lama, Gu Qingqing baru menjawab, "Hari itu….. Aku tanpa sengaja salah menelepon."     

Hanya dengan beberapa kata ini! Beberapa kata ini membuat Leng Sicheng merasa bagaikan kepalanya mendadak diguyur sebaskom air dingin. Semua harapan, kegembiraan, dan kesenangan di hati Leng Sicheng langsung hancur.     

Suara Leng Sicheng menjadi sangat dingin dan ia berkata, "Jika tidak ada apa-apa, aku akan menutup telepon."     

Gu Qingqing bisa mendengar nada bicara Leng Sicheng yang tidak senang. Meskipun ia tahu Leng Sicheng tidak akan peduli dengan perhatiannya, ia tadi mendengar Leng Sicheng terbatuk. Melihat cuaca di Berlin baru-baru ini terus hujan sepanjang waktu, Gu Qingqing menduga mungkin Leng Sicheng masuk angin.     

"Kamu…. Jaga kesehatanmu. Berlin sedang hujan…"     

Klik!     

Terdengar suara panggilan telepon yang ditutup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.