Kisah Istri Bayaran

Sup Tonik (2)



Sup Tonik (2)

0Leng Sicheng telah mencuci wajah dengan air dingin dan menenangkan diri. Sebelum keluar kamar mandi, sosok Leng Sicheng kembali terlihat dingin. Langkah-langkahnya kali ini tidak terhuyung-huyung sama sekali. Ketika Leng Sicheng berjalan sampai di sisi lain tempat tidur, ia menarik selimut seperti biasa dan kembali berbaring. Tampaknya, kondisi kembali telah tenang.     
0

Gu Qingqing berusaha menenangkan pernapasannya juga dan tidak ingin terlalu banyak berpikir tentang hal lain. Namun, pengaruh tonik itu masih bekerja. Tanduk kuda laut, ginseng, cambuk domba, tiram, dan kura-kura bercangkang lunak benar-benar menjadi kombinasi yang terlalu kuat. Hanya dalam waktu setengah jam, seluruh tubuh Leng Sicheng menjadi panas kembali.     

Mengapa begini lagi? rutuk Leng Sicheng sambil berusaha memejamkan mata untuk berfokus. Ia mengingat kalimat-kalimat permainan kata yang diberikan ibunya saat ia masih kecil untuk mengatasi autismenya, "Sapi kecil di sekitar saku, kacang polong di saku…"     

Tentu saja, Leng Sicheng menutup mata dan mengucapkan mantranya dalam hati. Tetapi, setelah ia mengucapkan kalimat-kalimat itu sebanyak sepuluh kali, efek mantra pembersih hati itu tidak berhasil. Ia malah menjadi semakin cemas dan kesal.     

Setelah Leng Sicheng mengulangnya sekali lagi, amarah di hatinya malah menjadi semakin kuat. Benar-benar tidak ada solusi baginya. Leng Sicheng mengangkat selimut lagi dan kembali ke kamar mandi.     

Gu Qingqing yang masih tidur di kamar diam-diam menjadi bingung. Apakah Leng Sicheng minum terlalu banyak sup malam ini? pikirnya. Gu Qingqing masih tidak punya waktu dan kesempatan untuk menjadi bingung karena dalam beberapa jam berikutnya, Leng Sicheng berlari ke kamar mandi terus sampai berkali-kali….     

Seiring waktu berlalu, pikiran Gu Qingqing yang awalnya dipenuhi ketegangan mulai perlahan-lahan terbiasa dengan perilaku canggung Leng Sicheng yang selalu berlari ke kamar mandi. Bahkan, sebelum tidur, Gu Qingqing masih bertanya-tanya dengan linglung dalam hatinya, Apakah fungsi ginjal Leng Sicheng sedang tidak terlalu baik? Mengapa dia terus buang air kecil sepanjang malam?     

Tak terasa, waktu sudah menunukkan pukul enam pagi.     

Leng Sicheng rasanya sudah mau gila! Setiap kali ia berlari ke toilet, ia tidak meredakan keinginannya, tetapi hanya mencuci wajahnya dengan air dingin dan menenangkan suasana hatinya. Namun, setelah kembali, ia tidak mengira bahwa hasrat itu akan muncul kembali dengan begitu cepat dan bahkan semakin menjadi-jadi.     

Sekarang Leng Sicheng sudah yakin bahwa pasti orang tuanya telah meletakkan sesuatu di dalam supnya. Sup itu yang membuatnya bolak-balik pergi ke kamar mandi dengan begitu menyedihkan. Tetapi, begitu Leng Sicheng kembali kali ini, ia berjongkok di depan tempat tidur dan melihat Gu Qingqing yang sepertinya telah tertidur dengan sangat nyenyak.     

Bajingan ini. Aku pergi ke kamar mandi berkali-kali dengan menyedihkan, tapi dia malah sedang bermimpi indah! Tidak bisa, pikir Leng Sicheng dengan kesal. Ia tidak bisa membiarkan Gu Qingqing tidur begitu nyenyak sementara ia sendiri merasa begitu sengsara. Selain itu, tenda di celananya juga menjadi semakin jelas.     

Leng Sicheng punya istri yang dinikahinya dengan sah. Masuk akal dan legal jika ia menginginkannya. Mengapa ia harus pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya dengan air dingin? Mengapa ia bahkan harus menggunakan lima jarinya sendiri untuk melampiaskan keinginannya?     

Leng Sicheng pelan-pelan naik ke sisi lain tempat tidur dan merebahkan diri di samping Gu Qingqing. Kemudian, ia menggerakkan bahu wanita itu dengan lembut hingga menghadap ke arahnya. Gu Qingqing sedikit mengernyit, namun ia masih belum bangun karena mungkin agak kelelahan.     

Leng Sicheng mengangkat kedua kaki Gu Qingqing dan meletakkannya di sekitar pinggangnya. Ia juga mengangkat tangan kiri wanita itu hingga melingkari lehernya, lalu meletakkan tangan kanan wanita itu di tenda kecil di bawah perutnya. Kemudian, Leng Sicheng berpura-pura diganggu oleh Gu Qingqing. Ia segera memasang ekspresi malu dan berteriak dengan marah, "Gu Qingqing! Aku tidak berpikir kamu begitu… Begitu lapar dan haus!"     

Hah? Apa yang terjadi?     

Gu Qingqing awalnya tidur nyenyak, namun ia terbangun oleh teriakan Leng Sicheng. Ia langsung berhadapan dengan ekspresi Leng Sicheng yang malu, linglung, dan bingung. Kemudian, ia menyadari bahwa telapak tangannya sepertinya berada di tubuh Leng Sicheng…     

Gu Qingqing benar-benar terkejut sampai sepenuhnya bangun dan berpikir dengan bingung, Apakah aku memiliki mimpi musim semi…?     

Leng Sicheng yang berada di depan Gu Qingqing kini mengertakkan gigi. "Baik, Gu Qingqing! Kamu begitu ingin menyerahkan diri seperti ini? Baik, aku akan memenuhi keinginanmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.