Kisah Istri Bayaran

Berjalan ke dalam Hati (2)



Berjalan ke dalam Hati (2)

0Ketika kedua bibir saling bersentuhan, Gu Qingqing bagaikan disengat arus listrik. Jantungnya serasa meledak di dalam dadanya, lalu disusul dengan tulang belakangnya hingga ke otak. Arus listrik itu seakan meledak di sepanjang neuron hingga ke setiap tulang, setiap sel, setiap inci ototnya, dan bahkan hingga ke rambutnya dan jari-jari kakinya. Seluruh bagian tubuhnya merasakan keberadaan Leng Sicheng, sentuhannya, napasnya, rasa bibirnya, dan suhu tubuhnya...     
0

Selama tiga tahun terakhir menikah dengan Leng Sicheng, Gu Qingqing selalu merasa takut dan rendah diri. Tidak peduli apapun yang dilakukan Leng Sicheng, ia tidak akan berani melawannya. Selain mendapat biaya hidup, Gu Qingqing masih harus memohon kepada Leng Sicheng dan mengandalkannya untuk menyelesaikan masalah kakaknya.      

Alasan paling penting yang membuat Gu Qingqing merasa takut dan rendah diri adalah karena ia tidak pernah diakui. Leng Sicheng tidak pernah membawa Gu Qingqing ke berbagai acara dan juga tidak memperkenalkan identitasnya ke dunia luar. Leng Sicheng malah bergonta-ganti pasangan wanita yang sangat cantik dan terkenal. Bahkan, Chen Wenjie pun berani mengganggunya dan Gu Qingqing tidak bisa berbuat apa-apa.     

Seorang kaisar yang tidak memiliki otoritas hanyalah sebuah boneka. Seorang permaisuri tanpa kekuasaan hanyalah sebuah wayang dengan status. Gu Qingqing adalah Nyonya Leng yang tidak dikenali, serta tidak secantik dan segerlap para pasangan wanita yang dimanja Leng Sicheng.     

Hari ini Leng Sicheng tiba-tiba memegang tangan Gu Qingqing dan membawanya untuk muncul di depan keluarga Xu dan keluarga Nie secara paksa. Gu Qingqing dibawa untuk muncul di depan orang-orang yang dulu berada di kelas atas dan meremehkannya. Leng Sicheng mengumumkan bahwa Gu Qingqing adalah istri yang dinikahinya secara sah. Meskipun mereka tidak ingin mengakuinya, mereka tetap harus menghadapi fakta bahwa Gu Qingqing adalah istri Leng Sicheng.     

Mungkin Leng Sicheng sendiri tidak tahu bahwa tindakan kecilnya telah menyebabkan gelombang besar di hati Gu Qingqing. Kesetaraan dan pengakuan adalah kepastian terbesar bagi orang yang memiliki harga diri yang kuat seperti Gu Qingqing.     

Mungkin sikap dingin Leng Sicheng terhadap Xu Zipei tadi membuat Gu Qingqing merasa bahwa meskipun pria itu masih tidak dapat melupakan Xu Zipei di dalam hatinya, masa lalu mereka terlalu kejam dan jurang pemisah itu terlalu dalam. Bahkan, jika masih ada perasaan di dalam hati dan keinginan untuk membangun kembali perasaan baik di masa lalu, hal itu tidak akan semudah yang dikatakan?     

Atau, mungkin sinar bulan malam ini terlalu memesona. Suasana ruang buku terlalu sunyi. Sepasang mata Leng Sicheng tampak terlalu indah. Bahkan, judul buku-buku kumpulan prosa dan puisi itu terlalu indah.     

Ketika Leng Sicheng mendekati Gu Qingqing, ia merasa sedikit panik. Namun, bukan panik karena takut dan juga bukan panik karena ketakutan. Gu Qingqing mengalami semacam kepanikan yang membuat jantungnya berdebar kencang. Ia ingin menghindar, tetapi tidak ada tempat untuk melarikan diri.     

Leng Sicheng perlahan-lahan mendekati Gu Qingqing. Bibirnya juga sudah hampir menyentuh bibir Gu Qingqing. Gu Qingqing pun refleks menutup matanya.     

Begitu mata Gu Qingqing terpejam, ia merasa seakan bibirnya menempel pada awan lembut. Napas Leng Sicheng menerpa wajahnya dengan lembut, seperti sentuhan permen kapas. Dengan cepat, sentuhan lembut ini menjadi hisapan lembut. Kemudian, Leng Sicheng menghisap dengan kuat, seperti ingin menelan Gu Qingqing.     

Sikap Leng Sicheng begitu lembut, namun mendominasi. Gu Qingqing ingin melawan, tetapi tubuhnya mendadak lemas, seolah seluruh tenaganya telah dihisap oleh kelembutannya tadi. Tangan Gu Qingqing yang awalnya ingin mendorong dada Leng Sicheng kini terasa sangat tidak bertenaga. Leng Sicheng merasa seakan Gu Qingqing tidak menolak dan ingin menerimanya, tetapi berpura-pura menolak untuk menggodanya agar terus melangkah lebih dalam.     

Mereka hanya berbagi sebuah ciuman dan bahkan tidak ada tindakan yang lebih dalam lagi. Tetapi, Gu Qingqing merasa seakan otaknya mati mesin. Napasnya berdery, jantungnya berdebar seperti drum, dan tubuhnya seperti mati rasa. Tubuhnya seakan tidak mendengar instruksi otaknya.     

Mata Leng Sicheng melihat pemandangan lain. Saat dulu masih menjadi seorang pelajar, ia pernah berpikir tentang romantisme di perpustakaan. Sekarang hal itu akhirnya menjadi kenyataan.     

Gu Qingqing agaknya merasa bahwa hal ini tidak benar. Bahkan, tubuh Leng Sicheng terus mendekat dan bagian itu tampak sedikit menonjol untuk 'memprotes'. Ia ingin mendorong Leng Sicheng, tetapi pria itu malah menangkap tangannya. Namun, di saat itu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.