Kisah Istri Bayaran

Ambang Batas Cinta dan Rasa Sakit (4)



Ambang Batas Cinta dan Rasa Sakit (4)

0Mungkin karena tidak nyaman, otak Gu Qingqing tidak berfungsi seakan sedikit mati mesin. Ia mengangkat kepalanya dan langsung melihat wajah dingin Leng Sicheng. Mata Leng Sicheng tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Tidak ada kekhawatiran maupun kepedulian.     
0

Leng Sicheng bahkan masih sedikit mengernyit, seakan sedang sedikit menyalahkan Gu Qingqing karena 'mengganggu' mimpi baiknya. Benar juga. Pergerakan Gu Qingqing tadi cukup keras meskipun ia sudah berusaha melembutkan gerakannya sebanyak mungkin.     

"Ter… Terima kasih," kata Gu Qingqing sambil mendorong Leng Sicheng dengan lembut.     

Gu Qingqing ingin berdiri sendiri dengan stabil. Namun, tanpa disangka, kepalanya pusing dan tubuhnya menjadi lemas. Ia kembali terjatuh ke dalam pelukan Leng Sicheng. Ia pun mendongak dan melihat alis Leng Sicheng mengerut lebih dalam.     

"Ada apa denganmu?" tanya Leng Sicheng. Tampaknya ia sangat tidak sabar karena bertanya dengan suara yang sangat dingin. Tidak ada perasaan sama sekali dalam suara itu. Tidak seperti khawatir, tetapi seperti sedang mengeluh.     

"Aku…" Gu Qingqing masih ingin mendorong Leng Sicheng menjauh, tetapi rasa nyeri itu kembali menyerangnya. Seolah-olah ada tangan yang mencengkeram erat perutnya. Rasanya begitu sakit hingga hampir membuatnya pingsan.     

Leng Sicheng menatap Gu Qingqing dengan tenang untuk waktu yang lama. Ia tiba-tiba menundukkan kepala, membungkuk, dan mengangkat Gu Qingqing. Leng Sicheng kemudian menggendong Gu Qingqing seperti menggendong seorang putri.     

Gu Qingqing sontak terkejut. Saat ia diangkat, ia tanpa sadar melingkarkan lengannya di leher Leng Sicheng. Gu Qingqing langsugn bertanya-tanya, Bukankah Leng Sicheng membenciku? Dia bahkan tidak bersedia untuk terus berpura-pura menunjukkan kasih sayang di depan ibunya. Mengapa dia mau...     

Leng Sicheng memeluk Gu Qingqing dan bertanya dengan suara dingin, "Pergi ke kamar mandi atau kembali ke tempat tidur?"     

"Tidak perlu pergi ke kamar mandi," jawab Gu Qingqing sambil menggelengkan kepalanya dengan wajah yang pucat.     

Leng Sicheng bahkan tidak melihat Gu Qingqing. Ia berbalik dan meletakkan wanita itu di tengah tempat tidur. Gu Qingqing mengangkat selimut sendiri dan saat ia menutupi dirinya dengan selimut hangat, seluruh energi tubuhnya seolah kembali. Sayangnya, saat-saat indah tidak berlangsung lama. Meskipun Gu Qingqing sudah merasa jauh lebih hangat, rasa dingin di tulangnya datang lagi.     

Leng Sicheng juga mengangkat selimut kembali dan masih tidak lupa untuk menghina Gu Qingqing, "Aku tidak suka bau darah. Lebih baik kamu tidur dengan benar!"     

Gu Qingqing tidak berbicara dan hanya mengangguk sedikit di dalam selimut. Untuk sesaat, mereka berdua tidak berbicara dan tertidur dengan tenang. Gu Qingqing juga ingin tidur. Selama ia bisa tertidur, pasti tidak akan sakit.     

Meskipun Gu Qingqing berusaha untuk tidur, seperti ada sepotong es yang tersembunyi di bagian bawah perutnya. Bahkan, tangan dan kakinya pun terasa dingin. Sementara itu, Leng Sicheng yang tidur di sampingnya terasa hangat.     

Di antara napasnya, Gu Qingqing hanya merasa udara panas di sekujur tubuh Leng Sicheng. Tidak peduli seberapa dingin kepribadian Leng Sicheng, ia juga seorang pria yang normal dan energik. Intinya, tubuh Leng Sicheng hangat!     

Gu Qingqing tidak berani mendekati Leng Sicheng, tetapi juga ingin mendekatinya. Ia bergerak untuk waktu yang lama. Mungkin ia juga merasa tidak nyaman dan terus memutar-mutar tubuhnya.     

Leng Sicheng terganggu karena Gu Qingqing. Ia membuka mata dan tampak sedikit tidak sabaran. Seperti seseorang yang terbangun karena ulah orang lain saat dirinya nyaris tertidur, Leng Sicheng sepertinya hendak bangun dan marah. Gu Qingqing juga tahu Leng Sicheng marah, tetapi ia terlalu kesakitan hingga kehilangan akalnya.     

Gu Qingqing perlahan-lahan mendekati Leng Sicheng dan masih berusaha untuk tidak menyentuh tubuhnya. Kadang-kadang ketika tubuh mereka secara tidak sengaja bergesekan, Leng Sicheng menoleh sedikit dan Gu Qingqing segera menghindar dengan panik. Mungkin karena tubuh Leng Sicheng benar-benar terlalu hangat, Gu Qingqing perlahan mendekat kembali lagi untuk kedua kalinya.     

Tangan Gu Qingqing menyentuh lengan Leng Sicheng. Leng Sicheng menoleh, mengerutkan kening, dan menatap Gu Qingqing dengan ekspresi yang tampak tidak sabar. Gu Qingqing awalnya ingin melarikan diri dengan panik, tetapi rasa sakit yang menusuk menyerangnya. Ia merasa kewalahan dan pusing hingga hampir muntah karena mual.     

Leng Sicheng sejenak menatap Gu Qingqing dengan dingin. Akhirnya, ia mengulurkan tangan dan menarik Gu Qingqing ke dalam pelukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.