Kisah Istri Bayaran

Mandi Bersama (4)



Mandi Bersama (4)

0Tubuh Leng Sicheng menjadi sedikit kaku. Jari-jarinya yang ramping meremas gagang telepon. Setelah menunggu sekian saat, barulah ia mengangguk dan menjawab, "Saya mengerti."     
0

Jawaban Leng Sicheng yang sekarang jelas lebih asal-asalan daripada suara berdeham yang tadi. Ia mengerti maksud ibunya. Luo Qingxue tidak mau Leng Sicheng memikirkan bunga-bunga di luar sana karena di rumah masih ada istri yang dinikahinya secara sah. Jangan terlalu banyak bermain. Apalagi, gosip baru-baru ini tentang pacarnya menyebabkan banyak masalah. Sepertinya Ibu juga telah mendengar itu? tebak Leng Sicheng.     

Dari seberang panggilan sana, Luo Qingxue mendengar bahwa putranya telah setuju. Tidak peduli Leng Sicheng tulus hati atau tidak, ia masih melanjutkan, "Biarkan Ibu berbicara dengan Qingqing."     

"Hng," Leng Sicheng kembali menanggapi dengan singkat. Kemudian, ia menoleh dan melihat Gu Qingqing dengan dingin. Ia menyerahkan gagang telepon kepada Gu Qingqing dan berkata, "Ibu ingin berbicara denganmu."     

Meskipun suara Leng Sicheng tenang, matanya menyiratkan maksud yang sangat mengancam. Ekspresinya itu seakan ingin mengatakan, Jangan bicara sembarangan. Aku memperhatikan dari samping!     

Gu Qingqing mengangguk, kemudian menerima telepon, "Bu."     

Suara Luo Qingxue terdengar cukup lembut dari sisi lain telepon, "Qingqing, Nak kecil agak sibuk bekerja. Kamu harus pengertian. Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?"     

Gu Qingqing tidak menantikan ibunya yang akan meminta uang kepadanya segera setelah ia menelepon. Tetapi, ibu Leng Sicheng yang memiliki hubungan yang kaku dengan Gu Qingqing akan begitu megkhawatirkannya. Hati Gu Qingqing tiba-tiba terasa sedikit masam.     

"Ibu, saya sangat baik. Sicheng… juga baik. Bagaimana dengan Ibu dan Ayah?"     

"Kami baik-baik saja," jawab Luo Qingxue sambil tersenyum lembut, "Selama kamu dan Nak kecil baik-baik saja, kami juga akan merasa lega. Kapan kalian punya waktu untuk datang dan makan bersama?"     

"Baik, terima kasih atas kepedulian Ibu," jawab Gu Qingqing. Ia berhenti sebentar, lalu bertanya, "Bu, apakah masih perlu berbicara dengan Sicheng?"     

"Tidak perlu. Jangan sampai dia bekerja terlalu keras. Karier memang penting, tapi keluarga dan kesehatan juga sama pentingnya."     

Setelah menutup telepon, suasana hati Gu Qingqing tidak bisa dijelaskan. Ia sendiri tidak tahu seperti apa rasanya. Ngomong-ngomong, meskipun Leng Sicheng selalu bersikap dingin terhadapnya setelah tiga tahun menikah, semua orang selalu memberitahu Gu Qingqing bahwa menikahi putra keluarga Leng merupakan berkah seumur hidupnya. Ibu dan kakaknya juga selalu berkata begitu. Namun, orang tua Leng Sicheng malah sebaliknya.     

Orang tua Leng Sicheng tidak memandang rendah Gu Qingqing ataupun mempermalukannya, tetapi malah sangat memperhatikannya. Setiap kali ia datang ke rumah tua keluarga Leng, hanya Leng Sicheng yang sulit untuk didekati. Meskipun Gu Qingqing tidak sering berkunjung ke sana, anggota keluarga Leng Sicheng yang lain selalu memberikan perasaan sangat hangat dan nyaman kepadanya. Terutama, jika dibandingkan dengan ibu dan kakaknya sendiri…     

Setelah Gu Qingqing menutup telepon, ia masih mendengar suara dengusan dingin. Begitu ia menoleh, memang itu adalah Leng Sicheng. Saat pria itu baru saja mengangkat telepon, ia masih tampak seperti anak yang baik. Tetapi, sekarang ia menyipitkan matanya dengan sedikit jijik. Pupil matanya yang kuning seakan-akan tampak membara.     

"Gu Qingqing, kamu sungguh hebat! Kamu bahkan tahu caranya untuk melaporkanku kepada ayah dan ibuku!" tuduh Leng Sicheng.     

"Aku tidak..." Gu Qingqing segera menggelengkan kepala.     

Memang, begitu Leng SIcheng kembali ke Tiongkok, ia langsung menerima telepon dari Luo Qingxue yang menyuruhnya untuk kembali ke sini. Sekarang, Gu Qingqing masih secara khusus menjawab panggilan ini. Entah bagaimanapun Leng Sicheng mendengarkan, ia merasa bahwa sepertinya ini karena Gu Qingqing melakukan laporan kecil!     

"Kamu tidak melakukannya?" Leng Sicheng mendengus dengan nada mengejek, "Gu Qingqing, aku tidak mengira... Kamu begitu cemas? Mengapa? Takut aku akan menceraikanmu? Aku baru saja kembali ke Tiongkok, lalu kamu langsung melaporkanku kepada orang tuaku terlebih dahulu. Kemudian, kamu langsung melepas pakaian dan menungguku pulang ke rumah..."     

Leng Sicheng berbicara sambil melirik Gu Qingqing dari atas ke bawah dengan tatapan matanya yang dingin dan tampan. Karena Gu Qingqing menjawab telepon, ia tidak sempat mengenakan piyama untuk menutupi tubuhnya putihnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.