Kisah Istri Bayaran

Aku Takut Terkena Penyakit (6)



Aku Takut Terkena Penyakit (6)

0Hari ini Leng Sicheng akan kembali. Chen Wenjie sudah mendapat kabar tentang itu dari awal. Dengan kapasitasnya, Chen Wenjie pasti tidak akan mampu menyuap seseorang seperti Sekretaris Cheng. Tetapi, ia pasti telah menemukan satu atau dua orang yang berada di sekitar Leng Sicheng untuk memberinya kabar. Masalah sepele seperti kabar kembalinya Leng Sicheng ke Tiongkok itu masih bisa ia dapatkan.     
0

Chen Wenjie sangat cemas. Terakhir kali mereka bertemu, Leng Sicheng pergi meninggalkannya dengan amarah. Sampai hari ini, sudah terhitung hampir seminggu dan Leng Sicheng hanya menjawab teleponnnya terakhir kali itu. Setelah itu, pria itu tidak pernah memedulikannya lagi.     

Chen Wenjie telah mengikuti Leng Sicheng selama setengah bulan, tapi ia bahkan belum menyentuh tepi ranjang pria itu. Padahal, Leng Sicheng adalah pria yang pasti akan berganti wanita setiap tiga bulan sekali. Sekarang satu bulan hampir berlalu, jadi tentu saja Chen Wenjie harus berusaha lebih keras lagi.     

Begitu Chen Wenjie mengetahui bahwa Leng Sicheng akan kembali ke Tiongkok pada larut malam, tidak mungkin pria itu akan kembali ke perusahaan. Kemungkinan untuk Leng Sicheng pergi ke rumah tua keluarga Leng juga sangat kecil. Apalagi mengunjungi kamar istri sahnya? Kemungkinannya bahkan lebih kecil lagi.     

Chen Wenjie segera bersiap untuk kepulangan Leng Sicheng ke Tiongkok. Bahkan, ia menyempatkan diri untuk mendatangkan penata rias yang mendandaninya di perjalanan. Setelah itu, Chen Wenjie segera bergegas ke Apartemen Qingcheng dan kemudian menunggu sampai sekarang.     

Saat Chen Wenjie menampakkan diri di hadapan Leng Sicheng, penampilannya begitu memikat seperti bunga mekar di musim semi. Ia keluar dari mobil dan berjalan ke arah Leng Sicheng dengan memesona.     

Leng Sicheng mengangkat matanya dan menatap Chen Wenjie sejenak. Ia tidak menyapa wanita itu, mengabaikannya, dan berjalan lurus melewati samping Chen Wenjie. Chen Wenjie sontak terkejut.     

Meskipun Leng Sicheng biasanya memang tidak seberapa antusias terhadap Chen Wenjie ketika mereka bertemu, tetapi sikap Leng Sicheng yang mengabaikannya seperti ini… Tampaknya, ini adalah pertama kalinya?     

Leng Sicheng pasti masih marah karena kelakuanku waktu itu, pikir Chen Wenjie yang membeku di tempat selama beberapa detik. Kemudian, ia melihat Leng Sicheng yang langsung memasuki area apartemen dan menekan tombol lift untuk naik ke atas. Chen Wenjie pun cepat-cepat menyusul Leng Sicheng, beberapa langkah di belakang pria itu.     

Apartemen Qingcheng adalah apartemen bergaya hotel. Pintu lift yang terbuka langsung tepat menghadap kamar Leng Sicheng. Chen Wenjie diam-diam memandang penampilan Leng Sicheng yang tampan, dingin, dan arogan. Dalam hatinya, ada sedikit penantian dan rasa gugup.     

Ini adalah yang kedua kalinya Chen Wenjie mengikuti Leng Sicheng ke Apartemen Qingcheng. Apakah malam ini aku akan bisa… naik ke ranjangnya dengan lancar? Kali ini, aku harus melakukannya dengan baik. Aku pasti tidak akan membuat Leng Sicheng marah lagi. Aku yakin akan berhasil membuat hubungan kami menuju ke tahap yang lebih jauh! pikir Chen Wenjie diam-diam sambil berharap.      

Ding!     

Tiba-tiba terdengar suara lift yang baru saja tiba. Leng Sicheng masih mengabaikan Chen Wenjie dan langsung melangkahkan kakinya untuk berjalan keluar. Sementara itu, Chen Wenjie mengikutinya dengan linglung. Kemudian, Chen Wenjie memanggilnya dengan suara feminin, "Tuan Leng…"     

Leng Sicheng bahkan tidak menolehkan kepala. Setelah ia memasuki pintu apartemennya, ia bahkan masih tidak berganti pakaian. Ia masih mengenakan kaus dan sweter yang mirip dengan pakaian rumah dari vila Xishan. Ia hanya mengganti alas kakinya dengan sandal, lalu berjalan masuk.     

Chen Wenjie tidak patah semangat begitu saja. Karena hanya tersedia sepasang sandal di Apartemen Qingcheng, ia melepaskan sepatu hak tingginya dan mengikuti Leng Sicheng tanpa alas kaki. Leng Sicheng menyalakan lampu dan masih mengabaikan Chen Wenjie. Pria itu berjalan ke bar teh kecil di sebelah ruang tamu, membuka lemari anggur, dan mengeluarkan sebotol Chivas berumur 25 tahun.     

Apakah dia mau minum? Iya, anggur bisa menggugah gairah, pikir Chen Wenjie. Setelah ia melihat-lihat, ternyata hanya ada satu gelas anggur. Ia jadi merasa tidak berdaya. Ia pun mengambil mangkuk di lemari yang ada di sebelahnya, lalu menuang sendiri anggur ke mangkuk, seperti orang-orang kuno yang biasa meminum anggur dengan mangkuk besar.     

Chen Wenjie meminum satu mangkuk anggur, lalu menoleh dan melihat Leng Sicheng yang menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri. Ia juga mengikuti Leng Sicheng dan menuang anggur sekali lagi. Setelah meminum tiga mangkuk anggur, Chen Wenjie sendiri mulai sedikit mabuk.     

Dengan 'bantuan' alkohol yang memberinya 'energi tambahan', Chen Wenjie menyibakkan rambut panjangnya dengan menawan. Lalu, ia melenggak-lenggokkan pinggang rampingnya dan mencondongkan tubuhnya ke arah Leng Sicheng sambil menawarkan, "Tuan Leng pasti lelah setelah perjalanan bisnis. Bagaimana jika saya berikan pijatan untuk membuat Tuan Leng lebih santai..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.