Kisah Istri Bayaran

Jika Bisa Hidup Seperti Pertama Kali Bertemu (1)



Jika Bisa Hidup Seperti Pertama Kali Bertemu (1)

0Tanpa diduga, perilaku Leng Sicheng membuat Chen Wenjie yang baru saja mendekatinya menjadi bingung. Leng Sicheng langsung menggerakkan pantatnya, berjalan menjauh dari bar, dan berjalan ke sofa untuk duduk. Tak peduli semenawan dan selembut apa senyuman yang tersungging di bibir Chen Wenjie, semua itu membeku dalam sekejap.     
0

Apakah sebelumnya Leng Sicheng juga bergaul dengan wanita-wanita itu dengan cara seperti ini? Atau, karena amarahnya masih belum mereda, dia jadi begitu tidak senang padaku? pikir Chen Wenjie tidak mengerti. Ia kemudian mengumpulkan keberaniannya, lalu berjalan lagi ke arah sofa dan duduk di samping Leng Sicheng.     

Chen Wenjie memalingkan kepalanya ke samping dan melirik Leng Sicheng. Pria itu melihat lekuk-lekuk wajah yang tajam, hidung yang mancung, dan bibir yang tipis. Bahkan, meskipun Leng Sicheng hanya mengenakan kaos dan sweter, otot-otot yang kokoh dan kuat itu masih bisa terlihat samar-samar di balik pakaiannya. Saat     

Saat dia mengenakan pakaian, pasti terlihat kurus. Tapi, setelah melepaskan pakaian, terlihat seperti model! Tampan, tinggi, fisik bagus, dan juga kaya… Itu adalah panuan untuk pria! batin Chen Wenjie penuh kagum. Ia pun tidak bisa menahan rasa cemburu. Meskipun Leng Sicheng memiliki hubungan buruk dengan istri sahnya, si istri itu tetap dapat menikahi pria seperti Leng Sicheng dan tidak perlu khawatir akan digantikan setiap tiga bulan sekali. Wanita itu benar-benar membuat iri!     

Tetapi, saat Chen Wenjie memikirkan kejadian barusan, ia jadi tidak berani bertindak gegabah. Ia melihat gelas Leng Sicheng yang kosong, lalu menuangkan segelas penuh anggur untuk pria itu dengan sepenuh hati. Leng Sicheng juga tidak menolak dan hanya mengangkat kepala untuk meminum seluruh anggur di gelas.     

Chen Wenjie menuangkan anggur lagi untuk Leng Sicheng dan pria itu terus meminum anggur sampai tiga gelas. Setelah itu, Leng Sicheng meletakkan gelasnya dan barulah wajahnya yang pucat tampak sedikit kemerahan. Kemudian, ia menutup matanya sedikit dan bersandar dengan nyaman di bantal sofa yang empuk. Jakunnya bergerak naik turun.     

Kesempatan Chen Wenjie tiba!     

Chen Wenjie segera mencondongkan tubuhnya ke depan dengan lembut, mengulurkan tangannya, dan bertanya, "Apakah Tuan Leng sudah lelah? Biar saya pijat Tuan."     

Pertama-tama, tangan Chen Wenjie membelai dahi Leng Sicheng dengan lembut. Leng Sicheng tidak keberatan saat ia memijat pelipisnya. Ia pun terus memijat-mijat dan ujung jarinya melintasi garis wajah Leng Sicheng dengan lembut.     

Chen Wenjie melirik Leng Sicheng dengan berani, namun pria itu tetap menutup matanya dengan erat dan mengabaikan gerakannya. Jari-jarinya perlahan bergerak semakin turun hingga melintasi dada Leng Sicheng yang bidang dan kokoh. Lalu, Chen Wenjie secara bertahap bergerak ke perut Leng Sicheng yang keras dan jarinya masih terus turun.     

Ketika jari-jari Chen Wenjie nyaris mencapai tepi celana bawah Leng Sicheng, tiba-tiba pria itu menangkap tangannya dengan erat dan menyingkirkannya dalam sekejap. Leng Sicheng segera bangun, membuka matanya, dan menatap Chen Wenjie dengan galak.     

Karena Chen Wenjie ketahuan oleh Leng Sicheng, ia langsung menempelkan tubuhnya pada pria itu. Pinggang lembutnya berayun ringan begitu dekat dengan pinggang Leng Sicheng yang ketat dan ia menggerakkan kakinya yang ramping hingga seluruh tubuhnya masuk ke dalam pelukan Leng Sicheng. Lalu, lengannya yang putih melingkari leher Leng Sicheng dan ia menciptakan momentum dengan menggesekkan bagian depan tubuhnya ke dada Leng Sicheng sebanyak mungkin.     

Chen Wenjie mengetukotot-otot dada Leng Sicheng yang kuat dengan jari putihnya, lalu menusuk dada pria itu dengan ringan. Suaranya lembut seperti permen kapas saat ia membuka mulutnya, "Tuan Leng… kesepian di malam yang panjang dan kelelahan karena perjalanan tadi. Bolehkah saya membantu menghilangkan penat Tuan?"     

Leng Sicheng tidak menanggapi, tetapi juga tidak menolak. Ia malah menoleh dan mengambil gelas anggur. Tidak menolak adalah kabar baik! pikir Chen Wenjie. Ia seketika menjadi bersemangat, lalu menundukkan kepala dengan berani untuk mencium bibir Leng Sicheng. Namun, sebelum bibirnya menyentuh pipi Leng Sicheng, mata Leng Sicheng menunjukkan tatapan jijik. Leng Sicheng seketika mendorong Chen Wenjie menjauh dari tubuhnya.     

Bagaimana bisa aku melewatkan kesempatan ini? pikir Chen Wenjie dengan panik. Ia segera memeluk Leng Sicheng dan memohon, "Tuan Leng, saya benar-benar menyukai Tuan! Saya ingin bersama Tuan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.