Kisah Istri Bayaran

Kembali ke Tiongkok (4)



Kembali ke Tiongkok (4)

0Saat Leng Sicheng sedang berjalan, ia tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang berbeda sehingga ia segera menghentikan langkah kakinya. Namun, karena ia tiba-tiba berhenti, Sekretaris Cheng yang mengikuti jadi hampir menabrak Leng Sicheng. Sekretaris Cheng pun maju selangkah dan bertanya, "Tuan Leng, ada apa?"      
0

Rambut di depan dahi Leng Sicheng sedikit terbang saat ia menoleh. Secercah harapan melintas di matanya. Ia berkata, "Aku selalu merasa ada yang sedikit aneh di panggilan teleponmu pagi ini. Kamu katakan, siapa yang meneleponmu?"     

Sekretaris Cheng tidak menyangka bahwa Leng Sicheng masih akan mempertanyakan hal ini kepadanya. Ia segera menggelengkan kepala dan menjawab dengan tegas, "Itu adalah panggilan dari Chen Wenjie!"     

"Oh," jawab Leng Sicheng singkat. Wajahnya langsung kembali arogan.     

Sekretaris Cheng berkata lagi, "Tuan Leng, ada seseorang yang ingin makan siang dengan Tuan untuk membahas kerja sama."     

Suara Leng Sicheng segera menjadi dingin, "Dia mengajakku, aku harus pergi. Kalau aku terlalu tidak sadar reputasi, aku tidak akan pergi!"     

"Kalau begitu Tuan hari ini—"     

"Kembali ke perusahaan!"     

Leng Sicheng langsung memotong dan memberikan perintah pada Sekretaris Cheng. Meskipun masih ada orang-orang yang datang untuk menyapanya, Leng Sicheng tidak memedulikan mereka dan bahkan tidak melihat mereka. Ia kemudian terus mengambil langkah maju dan pergi.     

Setelah Leng Sicheng masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang, ia melihat lalu lintas di samping mobil. Saat sekretaris Cheng mengemudi mobil, ia tiba-tiba kembali bertanya dengan dingin, "Benar-benar tidak ada orang lain yang meneleponmu?"     

Sekretaris Cheng menginjak pedal gas dan hampir menabrak mobil di depan. Jika ia sedang tidak berada di dalam mobil, takutnya ia harus berlutut di lantai dan memohon ampunan Leng Sicheng.     

"Tidak, Tidak ada..."     

"Benar-benar tidak ada? Berikan ponselmu!"     

Leng Sicheng sebenarnya juga tidak yakin jika Gu Qingqing benar-benar akan meneleponnya. Tetapi, bagaimana jika pembantu di Vila Xishan melaporkan sesuatu padanya?     

Sekretaris Cheng memarkir mobilnya di pinggir jalan. Lalu, ia segera menangis dan memohon ampunan Leng Sicheng, "Tuan Leng… Sebenarnya Nyonya menelepon tadi pagi, tetapi Nyonya menutup telepon tanpa mengucapkan sepatah kata pun."     

"Apa katamu?!"     

Leng Sicheng sangat marah. Ia langsung meraih ponsel Sekretaris Cheng dan segera menelepon Gu Qingqing. Namun, saat ia menelepon, malah terdengar nada telepon yang sedang sibuk. Wajah Leng Sicheng mendadak menjadi muram.     

"Pergi ke Vila Xishan!"     

Sekretaris Cheng segera mengemudi dengan kecepatan maksimal. Ia tidak berani lagi menerima amukan Leng Sicheng sehingga ia bergegas melajukan mobil ke Vila Xishan. Begitu mereka tiba, Leng Sicheng langsung turun dari mobil. Namun, ketika Leng Sicheng memasuki pintu rumah, ia malah mendapati bahwa Gu Qingqing tidak ada di rumah.     

"Di mana dia?" tanya Leng Sicheng. Lalu, ia duduk di bangku meja makan dengan kaki terlipat. Jari-jarinya yang ramping mengetuk permukaan meja kaca sekali demi sekali. Alisnya kini sedikit berkerut.     

Pembantu yang melihat Leng Sicheng tahu maksudnya adalah jika ia tidak mengatakan dengan jujur, itu berarti ia sudah tidak menginginkan nyawa kecilnya. Sejak awal, ia sudah takut pada Leng Sicheng. Sekarang, ia menjawab dengan gemetar, "Nyonya tadi baru saja menelepon dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Nyonya tidak akan kembali untuk makan siang."     

Terjadi sesuatu? Apakah karena kakaknya yang tidak berguna dan ibunya yang sangat membutuhkan itu? pikir Leng Sicheng sambil sedikit mengernyit. Ia pun bertanya lagi, "Kakaknya atau ibunya?"     

Pembantu menggelengkan kepala, "Bukan, Tuan. Nyonya mengatakan bahwa sesuatu terjadi di rumah Nona Li."     

———     

Ketika Gu Qingqing bergegas ke rumah Li, situasi sudah kacau.     

Setelah pengambilalihan sejumlah besar uang kompensasi, keluarga Li membeli rumah besar berdekorasi indah seluas 160 meter persegi ini. Namun, sekarang seluruh rumah seperti telah dijarah. Patung plester yang menjadi dekorasi telah dihancurkan. Lukisan cat minyak di dinding juga miring. Pecahan cangkir dan piring berserakan di lantai. Saat ini Li Youyou memeluk ibu Li yang menangis di lantai.     

"Orang itu memiliki anak ayahku. Karenanya, itu adalah seorang putra," Li Youyou menjelaskan pada Gu Qingqing yang baru saja datang. Meskipun suara Li Youyou terdengar meremehkan, matanya penuh dengan kebencian dan amarah.     

"Kalau begitu, apa yang akan kamu dan Bibi lakukan?"     

"Apa lagi yang bisa aku lakukan? Aku mendukung ibuku untuk bercerai!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.