Kisah Istri Bayaran

Kasih Sayang Suami Istri (5)



Kasih Sayang Suami Istri (5)

0Meskipun Leng Sicheng tidak berbicara keras, tetapi suaranya lantang. Gu Qingqing tahu bahwa sekarang Leng Sicheng hanya sedang melampiaskan amarahnya karena keluarga Xu pergi saat itu, bukan karena ia benar-benar peduli kepada Gu Qingqing. Tetapi, hati Gu Qingqing tetap saja sedikit tergerak hingga ia bisa mengangkat alis dan menunjukkan ketidaksukaannya di depan orang-orang yang dulunya arogan.     
0

Bukan hanya Li Hongrui, seluruh orang keluarga Xu dan keluarga Nie menunjukkan perubahan ekspresi wajah yang drastis setelah mendengar perkataan Leng Sicheng. Nie Zhining yang sedang mendengar dari samping juga menunjukkan ekspresi terkejut, bahagia, dan juga masih terlihat sedikit rumit.     

Xu Zijin yang berdiri di sebelahnya memperhatikan perubahan ekspresi Nie Zhining, lalu hatinya merasa tidak senang. Ada apa? Itu hanyalah putri seorang pembantu. Dari mananya bisa dibandingkan dengan Kakak Zipei? batin Xu Zijin. Lalu, ia bergumam dengan pelan, "Apakah sedang ada drama? Ada terlalu banyak orang yang berakting. Apakah aku melihatnya di perjamuan pertunangan?"     

"Zijin!" Xu Zhongxu segera menghentikan perkataan X Zijin, "Apa yang kamu katakan? Jangan berbicara sembarangan!" tegur Xu Zhongxu dengan wajah serius. Kemudian, ia segera tersenyum dan meminta maaf kepada Leng Sicheng, "Anak ini tidak bisa berbicara. Tolong jangan marah."     

Wajah Leng Sicheng menjadi sedikit menggelap, tetapi ia juga tidak banyak berbicara. Sementara itu, ekspresi Gu Qingqing yang berdiri di sebelahnya tetap terlihat tenang. Tetapi, cahaya di matanya menjadi sedikit meredup.     

Di saat ini, Leng Mo yang sedari tadi berada di sebelah melompat keluar dan menyahut, "Tidak seperti itu. Menurutku, Kakak Sicheng sangat menyukai Kakak Ipar. Meskipun masakan Kakak Ipar begitu tidak enak waktu itu, Kakak Sicheng masih menghabiskan semuanya tanpa mengedipkan mata?"     

"Leng Mo!" Mu Qingyu menghentikan perkataan Leng Mo, lalu beralih pada Leng Sicheng dan berkata sambil tersenyum, "Anak ini tidak bisa berbicara. Tolong jangan marah."     

"Cukup, cukup," Luo Qingxue yang sedari tadi menyaksikan drama dari samping akhirnya masuk ke percakapan itu untuk 'menindak keadilan', "Nak kecil, kamu dan Qingqing pasti lelah selama perjalanan ke sini. Kalian juga sudah lapar, kan? Aku sudah menyiapkan makan malam, jadi mari datang makan. Ah, Tuan Xu dan Tuan Nie, kami…"     

Maksud Luo Qingxue adalah dari mana pun kalian datang, kalian kembali saja. Jika kami ingin makan malam, kami tidak akan menunggu dan melayani lagi. Siapa yang mengira keluarga Xu akan datang untuk meminta perdamaian?     

Masalahnya, mana bisa keluarga Xu melepaskan kesempatan ini untuk mendekatkan kembali hubungan mereka dengan keluarga Leng? Bahkan, Xu Boxian yang berkepribadian lebih keras kepala pun tersenyum dan berkata, "Selama di luar negeri, kami selalu ingat dengan hidangan di dapur kecil keluarga Leng. Entah, apakah kami boleh memiliki kesempatan ini untuk merasakan rasa yang sudah lama hilang?"     

Ini pertama kalinya Leng Sicheng melihat tingkah yang begitu tidak tahu malu! Ia baru saja ingin mengatakan 'tidak boleh', tetapi ia melihat ekspresi Nie Zhining di samping yang tampak sakit hati dan sedikit mengidam. Sebuah kilatan cahaya melintas di mata Leng Sicheng, lalu ia mengangguk, "Baik. Karena Paman Xu meminta dengan begitu sopan, tinggal saja."     

Luo Qingxue melihat ekspresi putranya dan tahu bahwa Leng Sicheng sengaja berakting. Ia juga tersenyum dan mulai menawarkan, "Kalau begitu, silakan datang ke meja makan."     

"Aku akan mencuci tangan dulu," kata Leng Sicheng sebelum pergi ke meja makan. Kemudian, ia berjalan ke dapur sendirian.     

Setelah sekelompok besar orang tamu dan tuan rumah duduk di meja makan, makan malam disajikan. Ada sup ikan, daging keledai dengan saus, burung puyuh panggang, hingga tiram goreng pedas Entah hidangan itu diatur secara khusus atau bagaimana, tapi semua makanan yang tampak enak itu sepertinya ditempatkan di dekat Gu Qingqing. Leng Sicheng juga secara terang-terangan meminta Gu Qingqing mengambil beberapa makanan untuknya. Gu Qingqing sendiri tidak banyak makan, tetapi lauk yang diambilkannya untuk Leng Sicheng sudah hampir menjadi gunung kecil.     

Leng Mo merasa cemburu, apalagi karena semangkuk tiram itu hampir dihabiskan Leng Sicheng. Ia pun meminta, "Kakak Ipar, ambilkan beberapa untuk saya!"     

"Ini diberikan kakak iparmu untukku malam ini. Kamu tidak boleh memakannya," kata Leng Sicheng dengan tenang sambil mengambil potongan tiram terakhir di sumpit Gu Qingqing dan memakannya dalam satu gigitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.