Kisah Istri Bayaran

Jaga Jarak (5)



Jaga Jarak (5)

Seluruh tubuh Leng Sicheng menjadi kaku. Bahkan, napas yang baru setengah diembuskannya juga tertahan di dada, seolah-olah takut membangunkan Gu Qingqing. Leng Sicheng mengembuskan napas perlahan. Ini benar-benar napas yang dalam. Menghirup napas pun butuh waktu lebih dari 30 detik.     

Leng Sicheng sangat berhati-hati. Ia memiringkan kepalanya dengan sangat hati-hati. Saar ia melihat Gu Qingqing menutup matanya, ia menggerakkan bibirnya ke atas dan ke bawah dua kali, seperti anak anjing dan anak kucing yang selalu menggerakkan cakarnya ketika sedang tidur. Kemudian, Leng Sicheng membungkuk lebih dekat dengan semakin manis.     

Ketika Gu Qingqing baru saja berbaring, selimut tadi telah dibawa pergi oleh Leng Sicheng. Gu Qingqing merasa kedinginan setelah mandi dan mengeringkan rambut, tapi ia juga takut membangunkan Leng Sicheng sehingga hanya berani membuka sedikit air dan sedikit angin.     

Pengendalian diri Gu Qingqing hanya terpakai dalam kondisi terjaga. Ketika ia tertidur, ia akan secara otomatis dan spontan mencari sesuatu untuk menghangatkannya. Misalnya, Leng Sicheng.     

Leng Sicheng mengangkat tangan Gu Qingqing yang menahan pinggangnya dengan ekspresi jijik, lalu melemparkan tangannya ke arah yang berlawanan. Gu Qingqing juga berbaring mengikuti arah Leng Sicheng melemparnya. Saat Leng Sicheng baru mengembuskan napas, ia tidak menyangka bahwa ia masih belum bisa mengembuskan setengah napasnya.     

Napas Leng Sicheng tersangkut di tenggorokannya lagi. Kali ini Gu Qingqing datang bukan hanya dengan satu lengan, tetapi dengan mencondongkan seluruh tubuhnya ke arah Leng Sicheng. Kepala Gu Qingqing bertumpu di pundaknya, kakinya melingkari pria itu, dan kedua lengannya memeluknya dengan erat, seakan takut Leng Sicheng akan melarikan diri.     

Ketika Gu Qingqing sakit terakhir kali, ia memeluk Leng Sicheng erat-erat di dalam mimpinya. Kali ini juga sama.     

Leng Sicheng mengembuskan napas panjang, kemudian mengulurkan tangannya lagi. Kali ini, ia perlahan menyingkirkan tangan dan kaki Gu Qingqing dengan hati-hati. Ketika ia ingin menyingkirkan kepala Gu Qingqing dan tangannya sudah mencapai di kening wanita itu, alisnya tiba-tiba berkerut. Gu Qingqing membuka mulutnya tanpa sadar dan bergumam, "Ayah."     

Tangan Leng Sicheng berhenti. Selalu terjadi seperti ini setiap kali. Ketika Gu Qingqing sakit, ketika ia lemah, ketika ia kesepian… Ia akan selalu memanggil 'Ayah', seperti binatang kecil yang sedang memanggil orang tuanya.     

Ngomong-ngomong, meskipun ayah Gu Qingqing bukan orang berguna karena suka minum dan berjudi, hal itu sangat menyakitkan bagi putri kecil keluarga Gu. Wu Aimei lebih mementingkan putranya daripada putrinya. Ia hanya menyayangi putranya, sedangkan Gu Qingqing adalah anak yang lahir kelebihan dan belum lagi seorang putri.      

Keluarga mereka didenda banyak uang semenjak Gu Qingqing lahir. Setiap kali Wu Aimei hendak mengatakan bahwa putrinya adalah 'barang merugikan', Ayah Gu akan menyentuh kepala putrinya dalam keadaan mabuk dan berkata dengan ekspresi menyayangi, "Apa yang dirugikan? Qingqing kami begitu cantik dan pintar. Ke depannya, pasti bisa menikah dengan keluarga yang baik."     

Ayah Gu bahkan masih membelikan beberapa makanan ringan dari uang rokok dan minum yang jumlahnya tidak banyak, lalu membelikan Gu Qingqing permen. Ketika Ayah Gu meninggal, hanya Gu Qingqing yang menangis dengan sangat sedih.     

"Ayah… Ayah…" Gu Qingqing mengerutkan kening dan bergumam seperti angsa yang kesepian. Suaranya pelan hingga hampir tidak bisa terdengar.     

Ini baru iblis! Ini baru adalah hutang!     

Leng Sicheng jelas sangat ingin mencekik Gu Qingqing hingga mati saat melihat jantung dan paru-parunya yang dingin. Tetapi, saat sekarang ia melihat Gu Qingqing mengerutkan kening, ia tidak dapat melihatnya dengan buruk.     

Leng Sicheng menghela napas, lalu mengulurkan tangannya untuk meratakan kerutan di antara alis Gu Qingqing. Kemudian, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Gu Qingqing dengan baik. Gu Qingqing masih terus bergumam 'Ayah' dengan pelan. Namun, mungkin karena merasakan suhu asli selimut dan suhu tubuh Leng Sicheng, alisnya yang awalnya masih berkerut perlahan-lahan terbuka dan napasnya juga perlahan-lahan menjadi stabil.     

Ketika Gu Qingqing benar-benar tertidur, Leng Sicheng turun dari tempat tidur dengan lembut dan tanpa suara. Lalu, ia membuat secangkir teh. Malam ini, ia mungkin hanya bisa melewatinya dengan menyibukkan diri dalam pekerjaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.