Kisah Istri Bayaran

Hati yang Melayang Jauh (6)



Hati yang Melayang Jauh (6)

0Leng Sicheng melihat Gu Qingqing dan Gu Qingqing juga sedang melihatnya. Keduanya saling memandang, namun kemudian tidak ada yang berbicara untuk waktu yang lama.     
0

Selang beberapa saat, Sekretaris Cheng mengikuti Leng Sicheng yang turun dari mobil dan memberikan laporan, "Agen Xu Zipei mengatakan bahwa dia sekarang tidak apa-apa. Ia hanya sedikit ketakutan dan mengalami luka ringan, bahkan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Tapi, salah satu asistennya mengalami patah kaki. Korban meninggal dalam kecelakaan mobil itu adalah sopir dari mobil lain. Xu Zipei sekarang di rumah sakit, menunggu asistennya dioperasi. Sopir dari mobil lain baru saja dikirim ke rumah duka rumah sakit itu dan Xu Zipei datang melayat. Sekarang ada banyak wartawan… Astaga!"     

Sekretaris Cheng berbicara sambil menundukkan kepala dan tidak melihat Leng Sicheng yang berdiri diam. Ia pun tiba-tiba menabrak punggung Leng Sicheng dengan kepalanya. Sekarang, baru Leng Sicheng menoleh dan memelototinya, "Matamu tumbuh di kepala, ya!"     

Gu Qingqing yang berada di dalam rumah mendengar kabar itu. Ia pun berpikir, Ternyata begitu. Xu Zipei tidak mengalami luka parah dan masih ada wartawan, jadi Leng Sicheng tidak pergi karena takut akan dipotret. Dia juga sudah mengganti tiket pesawat. Jika Leng Sicheng tidak kembali, apakah dia akan pergi berjalan-jalan di luar?     

Gu Qingqing menundukkan kepalanya sedikit. Hatinya seperti terhalang oleh sesuatu hingga tidak bisa naik dan tidak bisa turun. Ia merasa bagaikan tertahan di udara.     

Leng Sicheng melihat Gu Qingqing menundukkan kepala dan tidak berbicara. Ia masih mengira Gu Qingqing bangun terlalu pagi dan kurang bersemangat. Matanya dingin saat Leng Sicheng berkata, "Aku sangat mengantuk, jadi aku akan pergi tidur sebentar. Kamu bangunkan aku nanti jam 8."     

Leng Sicheng berbicara sambil membuka kancing setelannya. Setelah berjalan dua langkah dan tidak mendengar suara di belakangnya, Leng Sicheng menoleh lagi dan melihat Gu Qingqing berdiri di samping pintu dengan pakaian tipis. Leng Sicheng segera menoleh dan sedikit mengernyit.     

Leng Sicheng berkata dengan nada bicara yang agak menyalahkan, "Mengapa masih berdiri di samping pintu? Mengenakan pakaian yang begitu sedikit dan masih tertiup angin, belum lagi tidak cukup tidur. Apakah kamu akan datang mencariku lagi setelah masuk angin?"     

"Huh."     

Setelah itu, baru Gu Qingqing menoleh untuk melirik Leng Sicheng dan mengangguk tanpa emosi. Leng Sicheng berjalan di depan dan Gu Qingqing mengekorinya dari belakang. Ketika mereka berjalan sampai di kamar tidur, Leng Sicheng menghentikan langkahnya, Gu Qingqing sepertinya juga mendengar sesuatu dan ikut menghentikan langkah kakinya.     

Mereka berdua tetap menjaga jarak selebar beberapa langkah kaki. Leng Sicheng tidak memasuki pintu dan Gu Qingqing juga tidak bergerak, seolah-olah harus terus menjaga sekian jarak dari Leng Sicheng. Leng Sicheng pun memandang Gu Qingqing yang sengaja menjaga jarak darinya dengan dingin.     

Awalnya Leng Sicheng bergegas kembali karena masih ingin menemani Gu Qingqing. Tetapi, sekarang ia juga merasa sedikit frustasi. Leng Sicheng memperhatikannya dari atas ke bawah beberapa kali, kemudian tidak berbicara dan hanya berjalan memasuki kamar dan meletakkan pakaiannya di samping. Leng Sicheng bahkan tidak mengganti kemeja dan celananya, lalu segera bersandar di kepala tempat tidur dan berbaring begitu saja.     

Gu Qingqing mendongak dan melihat Leng Sicheng yang tidur dengan bersandar di kepala tempat tidur. Pria itu bahkan tidak merentangkan kakinya, menutup sudut bibirnya yang tipis hingga menjadi garis lurus, dan sedikit mengerutkan alisnya. Meskipun tidur hanya sebentar, tampaknya suasana hatinya juga sedang tidak senang.     

Mengapa dia terlihat tidak senang? Apakah karena pekerjaan, atau karena Xu Zipei? pikir Gu Qingqing.     

Dua kancing kemeja Leng Sicheng tidak dibuka dan ia bahkan tidak melepaskan dasinya. Ketika Leng Sicheng sedang tidur, napasnya agak tidak lancar. Gu Qingqing maju ke depan dan ingin membantu Leng Sicheng membuka dasinya agar pria itu bisa tidur lebih nyaman. Namun, ketika Gu Qingqing meletakkan tangannya di dasi dengan sedikit tenaga, Leng Sicheng tiba-tiba meraih tangannya.     

Leng Sicheng membuka matanya. Pupil mata kuningnya langsung menatap Gu Qingqing. Karena Gu Qingqing ingin membuka dasinya, wanita itu membungkuk dan tubuhnya menekan ke arah bawah. Wajahnya sangat dekat, seolah-olah sudah bisa mencium bibir Leng Sicheng hanya dengan maju sedikit ke depan.     

Gu Qingqing ingin menarik kembali tangannya. Namun, begitu ia mundur, Leng Sicheng tiba-tiba menariknya dengan kuat. Postur Gu Qingqing tidak stabil sehingga seluruh tubuhnya oleng lalu terjatuh dan menimpa tubuh Leng Sicheng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.