Kisah Istri Bayaran

Aturan yang Harus Dipatuhi Wanita (3)



Aturan yang Harus Dipatuhi Wanita (3)

0Rasa sakit menyebar di dalam hati Leng Sicheng.     
0

Selama itu, Gu Qingqing tidak pernah mengalami fluktuasi sama sekali. Gu Qingqing juga tidak mengerutkan kening dan berbicara buruk kepada Leng Sicheng setiap kali ia pulang setelah menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di luar. Sekarang, setelah Nie Zhining kembali, nada bicara Gu Qingqing dengan Leng Sicheng menjadi lebih keras. Bahkan, sampai menyebutkan perceraian sekali atau dua kali.     

Nie Zhining baru saja kembali selama beberapa hari dan mereka berdua baru bertemu beberapa kali? Sedangkan, Leng Sicheng sudah menikah dengan Gu Qingqing selama tiga tahun. Apakah Nie Zhining begitu penting bagi Gu Qingqing? Padahal, Gu Qingqing dan Leng Sicheng telah menikah dan tiga tahun telah berlalu.     

Kemarin, Leng Sicheng masih dengan bodohnya berpikir bahwa Gu Qingqing akan bersedia untuk memiliki anak dengannya dan memutuskan untuk melepaskan masa lalunya dengan Nie Zhining. Tetapi, tanpa disangka, pagi ini Gu Qingqing dan Nie Zhining sudah 'reuni' dan 'kembali baik' lagi.     

"Gu Qingqing, kamu baik. Kamu benar-benar sangat baik!" sindir Leng Sicheng sambil menggertakkan giginya. Untuk sesaat, ia bahkan ingin merobek Gu Qingqing hidup-hidup. Leng Sicheng pun memegang pergelangan tangan Gu Qingqing semakin erat dan semakin kuat. Kemudian, ia membawa wanita itu ke pinggir jalan kecil.     

"Leng Sicheng! Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" pekik Gu Qingqing dengan terkejut. Pergelangan tangannya terasa sangat sakit hingga ia melepaskan tali Welsh kecil yang sedari tadi dipegangnya.     

Welsh kecil memiringkan kepalanya, tampak terkejut dan bingung. Jelas-jelas jalan utama adalah jalan untuk kembali. Apa yang kedua orang ini lakukan dengan pergi ke tempat lain? Karena mereka pergi, Welsh kecil juga mengikuti mereka sambil mengayunkan ekornya.     

Gu Qingqing diseret oleh Leng Sicheng sepanjang jalan. Jari-jari Leng Sicheng seperti penjepit besi yang menjepit pergelangan tangan Gu Qingqing dengan erat. Gu Qingqing tidak bisa melepaskan diri sama sekali, apalagi melarikan diri.     

"Leng Sicheng, lepaskan tanganku! Sakit!" kata Gu Qingqing yang terus berjuang mati-matian. Namun, Leng Sicheng malah seperti singa marah yang tidak memedulikan permohonan dan perlawanan mangsanya.     

Tempat ini sangat mirip dengan situasi Vila Xishan. Rumah-rumah dibangun di bukit dan relatif kosong. Meskipun ada servis pemangkasan dan penghijauan secara teratur di bagian pemukiram, hutannya dalam dan gunungnya tinggi. Semakin dalam, beberapa rumput masih tumbuh cukup panjang.     

Leng Sicheng yang diliputi amarah menyeret Gu Qingqing ke dalam semak-semak. Semakin berjalan ke dalam gunung, semak-semak juga menjadi semakin panjang. Ada beberapa rumput kering yang hampir menggores kaki Gu Qingqing.     

Gunung di atas terlalu tinggi. Jangankan vila, bahkan tidak ada bangunan sama sekali. Hanya ada paviliun untuk tempat beristirahat. Tidak peduli mau dilihat seperti apa, Leng Sicheng menyeret Gu Qingqing ke tempat kejadian perkara 'pembunuhan'.     

"Leng Sicheng, kamu sudah gila! Lepaskan tanganku! Lepaskan!" Gu Qingqing terus meronta.     

Saat mereka berjalan beberapa langkah lagi, tempat itu semakin tersembunyi dan semakin tidak ada orang, Gu Qingqing berusaha keras untuk membebaskan diri sampai dua kali. Meskipun ia tidak bisa menyingkirkan tangan Leng Sicheng, setidaknya ia malah berhasil menghentikan langkah Leng Sicheng.     

Leng Sicheng gila. Ia sudah gila! Ia hampir dibuat gila oleh Gu Qingqing!     

Leng Sicheng selalu berpikir bahwa Gu Qingqing tidak punya hati. Tidak peduli berapa banyak kali ia melemparkannya, Gu Qingqing tetap berekspresi dan bersikap tenang. Tak disangka, Leng Sicheng salah. Ia sangat salah. Gu Qingqing memiliki hati untuk menyukai seseorang dan bertekad untuk bertahan. Hanya saja, orang yang di dalam hatinya bukan Leng Sicheng.     

Leng Sicheng memegang lengan Gu Qingqing dengan erat. Amarahnya meledak-ledak seperti angin topan yang tidak terkendali dan ingin mencari tempat untuk menerobos. Saat Leng Sicheng melihat Gu Qingqing yang mengerutkan alis dengan ekspresi kesakitan, barulah ia menyingkirkan tangannya dengan panik, seolah-olah tangannya memegang sesuatu yang panas. Leng Sicheng menundukkan kepala dan melihat tanda jarinya yang membekas dengan jelas di pergelangan tangan Gu Qingqing. Ia pun cepat-cepat melepaskan tangannya.     

Gu Qingqing tidak memedulikan rasa sakit di tangannya. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu berbalik dan berlari pergi.     

Gu Qingqing ingat, Luo Qingxue pernah mengatakan bahwa Leng Sicheng menderita autisme ketiak ia masih kecil. Leng Sicheng paranoid dan agresif, bahkan pernah berani menusuk ayah kandungnya dengan pisau.     

Leng Sicheng tidak mencintai Gu Qingqing, tetapi masih tidak membiarkan istrinya menyebabkan gosip di luar. Hal ini membuatnya marah. Apakah ia akan benar-benar dibunuh oleh Leng Sicheng?     

Baru saja Gu Qingqing berlari tidak sampai dua langkah, sebuah lengan terentang di depannya dan langsung menariknya kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.