Kisah Istri Bayaran

Mengapa Tidak Tersambung? (1)



Mengapa Tidak Tersambung? (1)

Leng Sicheng masih ada di sini! Gu Qingqing benar-benar kaget. Bukankah semalam Leng Sicheng membanting pintu dan keluar? Mengapa dia masih ada di sini?

Di ruang tamu, Leng Sicheng sepertinya sedang menelepon dan punggungnya membelakangi Gu Qingqing. Meskipun Gu Qingqing tidak bisa melihat ekspresinya, nada bicara Leng Sicheng jelas terdengar sangat tidak menyenangkan.

"Ke mana kamu pergi? Kemarin ada dokumen ketinggalan dan setelah semalaman mencari, pagi ini dokumen itu baru ketemu. Aku memintamu keluar untuk membeli bubur dan mengantarnya ke rumah, tapi ini sudah hampir satu jam sejak kamu keluar. Apakah kamu tersesat sampai ke kota lain?"

Panggilan itu sepertinya tersambung melalui loudspeaker, karena terdengar suara gemetar Sekretaris Cheng, "Tuan, Tuan Leng. Saya keluar dari sebelum jam enam pagi. Harusnya hanya butuh setengah jam untuk masuk ke jalan raya kota. Tapi karena tadi malam hujan, jalannya basah dan ada kemacetan lalu lintas di jalan raya. Saya belum sampai di persimpangan jalan, jadi dimana saya bisa membelinya lebih awal?"

Leng Sicheng ikut kehilangan kata-kata, semalam. Leng Sicheng telah memberi tahu Sekretaris Cheng bahwa ada sebuah dokumen yang tidak ia bawa. Awalnya, Sekretaris Cheng mengatakan bahwa dokumen itu berada di ruang buku. Kemudian, ia bilang dokumen itu ada di kamar Leng Sicheng. Setelah mencari sepanjang hari, dokumen itu akhirnya ketemu di bawah nampan buah di atas meja teh di ruang tamu. Leng Sicheng bahkan dapat melihat dokumen itu ketika membuka pintu karena posisinya yang sangat mencolok!

Kini, Leng Sicheng telah memerintahkan Sekretaris Cheng sejak pagi untuk membeli sarapan. Ia memang tinggal jauh dari kota, tetapi ia juga pernah pergi tempat-tempat paling macet di kota! Mau bagaimana lagi? Lagipula, Leng Sicheng lah bosnya. Sekretaris Cheng hanya bekerja sebagai bawahannya. Tapi tetap saja, Leng Sicheng masih belum puas.

"Sekretaris Cheng, saya belum memotong gajimu akhir-akhir ini. Apakah itu terlihat sangat baik? Saya sudah bilang, saya suka bubur jujube jahe dengan sutra rumput laut Shanghai, lobak putih, sayuran tomat, bawang, dan daging sapi. Jika saya tidak makan sarapan, lapar, dan tidak punya energi, saya tidak akan bisa bekerja dengan fokus. Selain itu, kamu sekarang masih terjebak di jalan, dan akan butuh beberapa jam untuk kembali. Jika pertemuan perusahaan pada pukul 10 nanti jadi tertunda, bisakah kamu tanggung jawab?"

"...Tidak, bukankah itu konferensi video?" Sekretaris Cheng menjawab pelan, "Kalau tidak, Anda mengadakan pertemuan sebisanya di Vila Xishan dulu?"

Gu Qingqing tidak dapat mendengar sisa percakapan mereka karena Leng Sicheng langsung menutup telepon. Leng Sicheng berdiri. Tubuhnya tampak dipenuhi aura yang kuat. Begitu Leng Sicheng menoleh, ia menatap balik Gu Qingqing. Wajahnya yang tampan tak menunjukkan ekspresi. Ia menginjakkan kakinya yang panjang dan berjalan naik ke lantai atas. 

Namun, ia mengambil sisi lain lain dari posisi Gu Qingqing menyandarkan tangannya, melewati istrinya itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Seolah-olah, Gu Qingqing hanyalah udara kosong. Gu Qingqing membeku selama beberapa detik. Ia lalu mendongak, memperhatikan Leng Sicheng menaiki tangga dan memasuki kamarnya sendiri sambil menutup pintu dengan kuat.

Pembantu tadi tidak keluar dari dapur sampai ruangan benar-benar tenang. Ia tampak sedikit gemetar saat memandang Gu Qingqing. "Nyonya, Tuan ini..."

Gu Qingqing menggosok alisnya. "Saya pikir, dia mungkin akan tinggal di sini hari ini."

"Lalu... bagaimana dengan sarapan Tuan?"

Omong-omong, Sekretaris Cheng masih keluar. Bagaimana dengan sarapan Leng Sicheng? Tidak baik jika Gu Qingqing tidak menyiapkan sarapan untuknya. Tapi, mengingat kepribadiannya yang cerewet itu, siapa tahu apa yang akan terjadi?

"Lupakan saja. Biar aku siapkan."

Untuk melayani Leng Sicheng, Gu Qingqing khusus belajar memasak. Kebetulan, sepertinya di rumah ada bahan-bahan untuk memasak makanan yang tadi disebutkan Leng Sicheng.

Pembantu itu memekik. Ia khawatir masakan Gu Qingqing nanti jadinya tidak cukup enak dan Leng Sicheng akan memarahinya. Ia hanya bisa menggaruk-garuk kepala dan bergumam, "Aku ingat. Bubur jahe jujube, serpihan rumput laut, kol lobak putih, tomat, dan bawang dicampur dengan daging sapi. Semua ini tampaknya dimakan saat demam, kan?"

Namun, Gu Qingqing yang baru saja memasuki pintu dapur tidak mendengarnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.