Kisah Istri Bayaran

Identitas yang Tertukar (5)



Identitas yang Tertukar (5)

0Sekarang sudah jam 8 malam, langit sudah menggelap, tamu juga mulai sepi. Gu Qingqing kini masih belum tersadar dari syok tadi, ia duduk bengong di kursi kafe, tidak bergerak sama sekali.     
0

Leng Sicheng mengerutkan keningnya, ia tahu Gu Qingqing tadi terkejut karena Nie Zhining mengalami kecelakaan lalu lintas, apalagi ditambah dengan sikap Ibu Nie Zhining yang agak gila tadi. Biasanya, jika ada yang menghadapi kondisi seperti ini pasti akan terkejut. Tetapi, rasa terkejutnya jelas-jelas memiliki makna lain.     

Walaupun Zhen Xiaoya menuduh Gu Qingqing, namun di dalam mata Gu Qingqing hanya ada rasa panik dan sedih, serta air mata yang sudah mau mengalir keluar, perasaan ini terlihat begitu jelas. Apakah Gu Qingqing benar-benar mengkhawatirkan masalah Nie Zhining? Apakah ia begitu takut terjadi sesuatu pada Nie Zhining? Atau … Nie Zhining adalah orang yang masih tersimpan di dalam dalam hati Gu Qingqing?     

Leng Sicheng tidak berani banyak berpikir, ia hanya menundukkan kepalanya dan mengaduk kopinya dengan sendok, buih susu di atas kopi pun menghilang secara perlahan. Sedangkan kopi Gu Qingqing, wanita itu sama sekali tidak menyentuhnya, ia hanya melihat ke depan dengan tatapan kosong, seolah-olah seluruh tubuhnya membeku.     

Xu Zipei memakai masker ketika ia pergi ke kafe dengan kerah baju yang terangkat. Kafe tersebut berada di lantai bawah rumah sakit, banyak orang yang memakai masker di sini, sehingga mereka tidak begitu memperhatikan Xu Zipei. Sepanjang perjalan ia masuk ke dalam kafe, ia melihat Leng Sicheng dan Gu Qingqing benar-benar ada di dalam, ia pun menghela napas, dan berjalan maju.     

Leng Sicheng tidak melihat ke arah sosok Xu Zipei, ia hanya melihat Gu Qingqing yang masih terbengong, lalu bertanya sambil mengerutkan keningnya, "Tidak mau kopi? Mau ganti susu? Tadi kamu juga hanya makan sedikit, mau makan sesuatu?"     

Walaupun suaranya kedengaran tidak lembut, tapi nadanya tetap menunjukkan rasa perhatiannya.     

Xu Zipei mendekati mereka dan berkata, "Sicheng, Qingqing, aku tahu kalian pasti belum pergi."     

Meskipun Leng Sicheng marah, tapi ia masih mengkhawatirkan Nie Zhining, kini ia sudah sengaja datang ke rumah sakit, jadi ia juga tidak akan pergi begitu saja. Tentu saja, ia juga tidak mungkin mencari masalah di rumah sakit, jadi dia hanya bisa mencari tempat duduk di sekitar rumah sakit untuk menunggu informasi terbaru.     

Mungkin karena mendengar adanya suara Xu Zipei, Gu Qingqing akhirnya melihat ke arah Leng Sicheng, kemudian menggelengkan kepalanya. Ekspresinya tetap bengong, reaksi dan respon yang diberikan juga tidak besar.     

"Kalau begitu, minumlah kopi ini, bibirmu sangat kering." Leng Sicheng membujuk Gu Qingqing untuk meminum kopi, dan Gu Qingqing beneran menganggukkan kepalanya, mengambil cappucino itu dan langsung menghabiskannya. Rasa kopi hitam yang kaya, dikombinasikan dengan buih susu yang halus, aroma khas dan pahit mengalir masuk ke dalam mulutnya, dan pada saat inilah wajah Gu Qingqing mulai bereaksi, seolah-olah ia tidak merasakan rasa manis dari cappucino tersebut, melainkan hanya bisa merasakan rasa pahit di dalam mulutnya.     

"Qingqing, sudut bibirmu." Setelah menghabiskan secangkir cappucino sekaligus, tentu akan ada sisa buih susu di sudut bibirnya. Leng Sicheng melihatnya dan ingin membersihkan sudut bibit Gu Qingqing dengan tisu, namun pelayan kafe masih belum mengantarkan tisu untuk mereka, sedangkan dirinya juga tidak membawa tisu.     

Xu Zipei segera mengatakan, "Aku ada tisu."     

Namun belum sempat Xu Zipei memberikan tisu, Leng Sicheng sudah mendekatkan wajahnya ke arah Gu Qingqing dan mencium sudut bibirnya.     

Ciuman Leng Sicheng lembut dan halus, sentuhan ciumannya bagaikan tangan seorang ibu yang dengan ringan membersihkan buih susu di sudut bibir Gu Qingqing. Dari ciuman ini, Leng Sicheng bukannya merasakan rasa manis dari buih susu, melainkan rasa pahit.     

Namun mau seberapa pahit itu, Gu Qingqing tetaplah istrinya, tidak ada hubungannya dengan Nie Zhining. Ia juga tidak akan membiarkan orang lain menyudutkan Gu Qingqing, seperti Zhen Xiaoya yang hanya ingin melampiaskan emosinya. Tidak ada yang boleh bersikap begitu terhadap Gu Qingqing!     

Leng Sicheng bukan hanya mencium dan membersihkan sisa buih susu di sudut bibir Gu Qingqing, ia juga sedang mengatakan kepadanya, 'Jangan khawatir, ia ada di sampingnya.'.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.