Kisah Istri Bayaran

Ia tahu terkadang Leng Sicheng sibuk, ia mungkin akan bangun pada pukul 4 atau 5. Ia mengatur alarm sendiri untuk bangun setiap jam.     

Sebelum ia bersama Leng Sicheng, dirinya juga begadang untuk syuting film dan hanya tidur 3 jam dalam 3 hari. Tetapi, adegan film yang sudah ia rekam dengan susah payah, semuanya itu diedit, dan tidak ditayangkan. Tidak ada alasan lain selain karena pemeran wanita yang lain memiliki hubungan dengan seorang pria kaya. Pada saat itu, ia bersumpah, bahwa bagaimanapun caranya, dirinya tidak ingin mengalami situasi seperti itu lagi.     

Tidak disangka, suatu hari, dirinya juga akan berada di tahap ini.     

Di tengah malam, turun hujan deras disertai angin kencang, tetesan air hujan berderak di jendela mobil. Ia bersembunyi di dalam mobil sendirian. Hujan deras terus turun sampai pagi, hingga kemudian mulai mereda. Ia pun tidak tidur semalaman karena ketakutan.     

Hujan memang sering turun ketika malam saat sedang musim panas, namun matahari akan tetap bersinar keesokan harinya. Chen Wenjie bersembunyi di dalam mobil dengan perasaan takut karena hujan tadi malam. Bukannya lapar atau haus, hal pertama yang ia lakukan saat terbangun keesokan harinya adalah mengemudikan mobilnya demi mencari toilet umum terdekat. Lalu ia membeli air dan roti untuk makan ketika melewati sebuah toko kecil, sementara matanya masih terus menatap kosong ke gerbang vila Xishan.     

Bahkan Chen Wenjie sendiri juga tidak menyangka bahwa dirinya bisa begitu gigih seperti ini. Apakah itu karena ia terobsesi dengan Leng Sicheng, atau karena ia merasa tidak rela, atau … ia hanya ingin melihat, apakah Gu Qingqing memang benar Nyonya Leng! Jika bukan, maka ia masih bisa berjuang.     

Bagaimanapun juga, tidak peduli betapa Leng Sicheng menyukai Gu Qingqing, bahkan sampai membelikannya mobil, rumah, serta membantunya mengurus keluarganya, tetapi mereka tidak mungkin tidak bisa bercerai. Karena perasaan cinta bisa saja berlalu seiring berjalan waktunya.     

Namun, jika Gu Qingqing memang benar Nyonya Leng ….     

Meskipun tidak kehujanan, entah kenapa tubuh Chen Wenjie malah gemetar.     

Ia terus menunggu hingga matahari terbit. Namun masih tidak ada gerakan di vila Xishan meski sekarang sudah jam 9 pagi.     

Ia yang menyedihkan lupa bahwa … hari ini adalah hari Minggu, hari libur.     

 ----     

"Sudah bangun?" Suara Leng Sicheng terdengar serak. Ia memeluk gadis kecil yang sedikit bergerak di pelukannya.     

Gu Qingqing menggaruk kepalanya, kemudian perlahan-lahan membuka matanya.     

Di dalam ruangan, tirai jendela tertutup rapat, ada tirai antik yang digunakan untuk menghalangi sinar matahari yang menyilaukan di luar. Ruangan ini memiliki sedikit cahaya kuning redup.     

Ruangan tersebut tampak berantakan, sarung bantal, BRA Gu Qingqing, celana dalam dan celana tidur Leng Sicheng berserakan di lantai, bahkan lampu di nakas juga jatuh ke lantai.     

Tadi malam, mereka berdua awalnya sangat lelah, dan hanya saling berpelukan. Tapi siapa sangka, suara guntur yang kuat tadi malam bisa sampai membangunkan mereka.     

Tidak masalah jika hanya terbangun, tetapi Gu Qingqing sedikit takut, dan ia terbiasa mengulurkan tangan untuk meraba-raba sekelilingnya. Hal itu menyalakan api asmara Leng Sicheng yang ada di sebelahnya.     

Leng Sicheng baru tidur sejenak, tapi sudah cukup untuk mengisi kembali energinya. Melihat orang di sebelahnya ketakutan, ia berbalik dan menekannya ke bawah.     

Setelah selesai berolahraga, seluruh tubuhnya menjadi lebih lelah. Leng Sicheng kehabisan tenaga, dan Gu Qingqing pun sama, keduanya berpelukan dan tertidur. Ketika mereka bangun, hari sudah siang.     

Gu Qingqing menguap, lalu melihat jam di jam dinding, sudah pukul 9. Karena pekerjaannya, tubuhnya secara otomatis memiliki jam biologis, dan bangun tepat waktu pada pukul 7 pagi. Ia tidak menyangka dirinya bisa tidur sampai pukul 9 hari ini.     

Namun, bagaimanapun juga, hari ini adalah hari Minggu, tidak apa-apa kalau mau tidur lebih lama.