Kisah Istri Bayaran

Identitas Terungkap (3)



Identitas Terungkap (3)

0"Ayah suka minum alkohol, setiap kali minum terlalu banyak ia akan marah, melempar barang, bahkan sampai memukul orang." Gu Qingqing mendeskripsikannya, kemudian berkata, "setelah ia tenang, ia juga akan sakit kepala karena minum alkohol, aku belajar memijat untuk membantunya."     
0

Leng Sicheng kembali tercengang.     

Ia meraih telapak tangannya dan menekannya dengan lembut, kemudian melepaskannya setelah beberapa saat.     

Gu Qingqing juga tahu, ayahnya meninggal dalam pernikahan mereka, dan itu adalah bekas luka yang tidak bisa disentuh. Bahkan jika ia tahu bahwa itu bukan kesalahan Leng Sicheng, dan daripada membenci Leng Sicheng, lebih baik ia membenci dirinya sendiri.     

Jendela tidak tertutup rapat, tetapi bahkan jika tidak tertutup rapat, bagian luar dan bagian dalam rumah masih terasa suram.     

Ini musim panas, gerah dan panas di siang hari, tetapi malah turun hujan dan ada guntur di malam hari. Seperti sekarang, meskipun masih belum hujan, tetapi di luar rumah sudah gelap, dan secara samar bisa mendengar suara guntur.     

Hujan juga turun dengan disertai guntur pada hari ayahnya meninggal.     

Gu Qingqing tahu bahwa ia tidak bisa menyalahkan Leng Sicheng atas kematian ayahnya. Bahkan, ketika ayahnya meninggal, saat itu juga merupakan saat Grup Leng dalam kondisi paling krisis. Leng Sicheng menerima pengkhianatan keluarga Xu yang membuatnya jatuh, dan ia mengambil nyawa seseorang tanpa alasan, hingga dirinya hampir ditangkap karena "kesalahan" ini oleh pesaing bisnisnya.      

Untuk menenangkan desas-desus tersebut, dan juga untuk membalas dendam terhadap keluarga Xu, serta untuk mencegah pesaing bisnisnya memanfaatkan kematian ayah Gu Qingqing untuk menyerang keluarga Leng, ia merasa bersalah karena harus menikahi Gu Qingqing.     

Tetapi, di awal pernikahan, setiap kali Leng Sicheng mencari wanita lain, dan ketika memikirkan kematian ayahnya, Gu Qingqing merasakan rasa sakit yang kompleks di hatinya.     

Tidak, ini tidak layak, tidak sebanding dengan kematian ayahnya, ataupun untuk dirinya sendiri, dan juga masa depan.     

Apalagi … tidak lama kemudian, merupakan peringatan hari kematian ayah.     

Keduanya terdiam sejenak, bahkan Leng Sicheng juga merasa bahwa ia mengatakan hal yang salah tadi, dan sekarang merasa menyesal.     

Beberapa lama kemudian, Gu Qingqing menoleh dan mematikan lampu, ruangan pun kembali gelap. Ia lalu berkata dengan pelan, "Tidurlah."     

Meskipun Gu Qingqing berkata demikian, setelah ia berbaring, ia berbalik dan tidak menghadap Leng Sicheng.     

Leng Sicheng berhenti sejenak, dalam kegelapan, ia tidak bisa melihat ekspresi Gu Qingqing, dan hanya bisa melihat Gu Qingqing memunggunginya sambil meringkuk. Gu Qingqing selalu seperti ini. Setiap kali ada sesuatu yang menyakitinya, wanita itu enggan untuk berbagi dengannya, dan akan meringkuk sendirian, seolah dengan sikapnya itu, orang luar tidak dapat menemukan kesedihannya.     

Leng Sicheng tidak bisa mengatakan apa-apa, dan hanya perlahan-lahan maju untuk mengulurkan tangannya. Ia lalu dengan lembut memeluk Gu Qingqing, dadanya menempel di punggung istrinya, seolah-olah ingin menyampaikan kehangatannya padanya, dan berkata dengan suara lembut, "Setelah ini, aku …apakah kamu mau aku temani untuk memperingati hari kematian ayahmu?"     

Gu Qingqing terkejut sejenak. Selama 3 tahun menikah, Leng Sicheng tidak pernah pergi menengok makam ayahnya bersamanya. Meskipun tidak pergi, tetapi setiap kali ia pergi, Leng Sicheng akan mengaturnya dengan benar, ada hadiah bunga segar yang sudah disiapkan di pagi hari.     

"Em." Rasa yang sulit dijelaskan ini menyebar di dalam hati Gu Qingqing dan terus menghantam kepalanya sepanjang waktu, membuatnya merasakan sesuatu, tapi bukan kesedihan ataupun mengeluh.     

"Qingqing." Suara Leng Sicheng murung seperti suasana hati Gu Qingqing dan cuaca di luar jendela. Leng Sicheng ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya, ia hanya bisa menciumnya untuk waktu yang lama, kemudian memeluknya dengan erat, "Tidurlah."     

"Em." Gu Qingqing juga mengangguk, ia berhenti sejenak kemudian meletakkan tangannya di belakang dan memeluk Leng Sicheng dengan erat.     

Manusia tidak bisa terus melihat masa lalu, ia ingin menjalani hidupnya sekarang dengan baik, sekarang adalah saatnya ia bersama dengan Leng Sicheng!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.