Kisah Istri Bayaran

Jika Bisa Hidup Seperti Pertama Kali Bertemu (4)



Jika Bisa Hidup Seperti Pertama Kali Bertemu (4)

Leng Sicheng masih ingat bahwa itu adalah hari yang cerah dan biasa.     

Sekolah Menengah Atas 1 Yancheng adalah sekolah menengah utama yang terkenal di lingkup nasional. Di belakang gedung pengajaran, terdapat taman kecil yang dipenuhi dengan kebun berbatu karang dan kolam.     

Leng Sicheng telah direkomendasikan ke Universitas N, ia malah menjadi malas di tahun akhir SMA yang sibuk. Setiap hari ia datang terlambat dan pulang lebih awal. Meskipun ia datang dan pergi seinginnya sendiri, tidak ada juga yang peduli padanya. Leng Sicheng saat itu sangat suka naik sepeda gunung titanium untuk berputar-putar di sekitar halaman sekolah selama waktu belajar-mengajar. Ia tidak perlu mengatakan betapa senang hatinya saat melihat anak-anak lain yang menderita karena harus belajar di kelas.     

Pada hari itu, Leng Sicheng tetap mengendarai sepeda gunungnya seperti biasa sambil mengenakan helm pengaman dengan saklar kecepatan. Ia mengayuh sepedanya melewati tikungan, batu, dan jembatan kecil. Ketika sepedanya melaju dekat kebun berbatu karang, ada sebuah belokan tajam. Ia segera mengangkat roda depan sepeda dan melakukan drift yang indah...     

Tiba-tiba, Leng Sicheng berhadapan dengan sebuah sosok bergaun hijau yang secara tak terduga masuk ke dunianya.     

Brak!     

Terdengar suara teriakan, disusul dengan decit rem sepeda yang nyaring. Kemudian, sosok hijau itu terhuyung. Langit dan tanah seakan sedang berputar dengan begitu pucat.     

Leng Sicheng membuang sepeda gunung kesayangannya, lalu melesat maju ke depan untuk memeluk si sosok berbaju hijau itu. Keduanya berputar sejenak sebelum akhirnya terguling dan terjatuh ke tanah. Saat mereka berdua jatuh, sesuatu melintas dalam benak Leng Sicheng, Gadis yang mengenakan gaun hijau itu terlihat cantik saat berputar.     

Gu Qingqing sedang berlatih program dansa untuk pembukaan pekan olahraga sekolah. Ia hendak mengikuti kelas pendidikan jasmani, jadi ia baru saja berganti pakaian dengan kostum barunya dan bersiap memanggil guru tari untuk datang mengajar mereka menari. Saat Gu Qingqing mengambil jalan pintas untuk datang ke kebun berbatu karang, ia tidak menduga bahwa ia akan ditabrak, apalagi menjumpai seseorang dalam pertemuan yang klasik seperti ini. Ditabrak!     

Ditabrak sepeda bukanlah intinya. Anak laki-laki itu tidak mengenakan seragam sekolah, tetapi mengenakan baju balap dan helm pengaman. Gu Qingqing bahkan tidak bisa melihat seperti apa penampilan anak itu, tapi ia sudah tahu bahwa anak itu bukan seseorang yang baik hanya dengan sekilas melirik. Selain itu, anak laki-laki itu masih memeluk tubuhnya dan tidak kunjung bangun. Jika bukan karena ditabrak sampai kakinya benar-benar sakit, Gu Qingqing benar-benar sangat ingin memukulnya.     

Leng Sicheng tidak seperti Mo Dongyang yang suka mengambil keuntungan dari gadis-gadis. Ia menenangkan diri sejenak, kemudian segera bangkit dan menunduk untuk melihat ke bawah. Gu Qingqing juga bangkit dan duduk dengan anggun di atas rumput hijau sambil memiringkan kedua kakinya. Rok hijaunya terhampar seperti kipas, lalu rambut panjangnya yang sedikit keriting tersebar dan perlahan terurai.     

Dari atas, Leng Sicheng dapat melihat bahwa gadis ini memiliki kaki yang benar-benar sangat panjang, pinggang yang ramping, dan cengkraman kuat. Kaki Gu Qingqing dibalut sepatu bersol lembut yang biasa digunakan untuk menari. Gadis itu memiliki lekuk tubuh yang sangat indah dan pergelangan kaki yang putih sehingga Leng Sicheng bisa melihat dengan jelas bahwa ia merupakan bibit yang unggul untuk balet     

Gu Qingqing mengangkat kepala dan matanya bersinar dalam kesunyian. Tatapannya begitu dalam dan bulu matanya juga sangat panjang seperti kipas. Saat ia berkedip, ia seolah-olah sedang berbicara dengan menggunakan matanya. Setelah memandangnya beberapa kali, barulah Leng Sicheng akhirnya teringat untuk meminta maaf, "Apakah kamu… baik-baik saja?"     

Leng Sicheng mengulurkan tangannya untuk membantu Gu Qingqing, tetapi ia malah tidak mendapatkan apa pun. Gu Qingqing mengabaikannya dan berdiri sambil bertumpu pada bebatuan kasar di kebun berbatu karang itu. Kemudian, gadis itu menggelengkan kepalanya dengan keras kepala, "Tidak apa-apa."     

Suaranya juga sangat bagus, pikir Leng Sicheng lagi. "Apakah kamu mau pergi rumah sakit?" tanya Leng Sicheng sambil sedikit mengernyit.     

"Tidak perlu. Tidak apa-apa," jawab Gu Qingqing sambil menggelengkan kepala dengan sedikit panik. Ia mengerutkan kening dan matanya sedikit berkabut, tapi ia tetap menatap Leng Sicheng dengan tenang seolah-olah ingin membuktikan bahwa ia benar-benar baik-baik saja.     

Gu Qingqing bertumpu pada batu karang untuk berdiri, lalu menahan rasa sakit di kakinya dan berjalan dua langkah. Bahkan, ia masih mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Leng Sicheng, "Lihatlah, sudah baik-baik saja."     

Leng Sicheng masih ingat mata Gu Qingqing di hari itu. Pupil matanya yang hitam dan jernih tampak bersinar dengan cahaya yang berkelip-kelip. Ketika ia tersenyum, matanya melengkung seperti bulan sabit sehingga tampak sangat indah dan memberikan kesan hangat… Namun, intinya adalah Leng Sicheng telah menabrak orang dan orang itu masih tidak menyusahkannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.