Kisah Istri Bayaran

Saat Terbangun dari Mimpi (6)



Saat Terbangun dari Mimpi (6)

0Gu Qingqing menunduk dan melihat ke lantai, lalu tiba-tiba muncul sepasang sepatu di hadapannya. Ia sedikit terkejut, namun ia segera menyesuaikan emosinya sedikit dan mengangkat kepalanya untuk menengadah. Gu Qingqing melihat Lin Zhouyi sedang menatapnya, seolah-olah sangat peduli, "Nona Gu, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat sangat tidak baik, apakah kamu perlu pergi ke rumah sakit?"     
0

Gu Qingqing perlahan-lahan melonggarkan kepalan tangannya. Seolah-olah semakin ia melonggarkan genggamannya, ia semakin tidak dapat menangkap perasaannya. Kemudian, Gu Qingqing perlahan berdiri. Seolah dengan setiap inci tubuhnya yang bangkit, hatinya turut menjadi lebih kuat dan stabil. "Saya baik-baik saja. Terima kasih atas perhatiannya, Presiden Lin."     

Setelah seluruh tubuh Gu Qingqing berdiri tegak dengan sangat stabil, sepasang matanya yang cantik memancarkan cahaya yang kuat. Ia kemudian mengangguk ke arah Lin Zhouyi. Sebelum pergi, Lin Zhouyi seperti mendengar Gu Qingqing berbisik di telinganya, "Terima kasih."     

Terima kasih untuk apa, Gu Qingqing tidak mengatakannya. Tetapi, Lin Zhouyi tahu dengan jelas dalam hati bahwa Gu Qingqing sedang berterima kasih untuk pembicaraan tentang 'keadilan' tadi Lin Zhouyi tadi itu sedang membantu Gu Qingqing yang bertentangan dengan Leng Sicheng.     

Lin Zhouyi menyaksikan sosok Gu Qingqing yang perlahan menjauh dan juga merasa sedikit terkejut. Ia tidak mengira bahwa Gu Qingqing dapat mengendalikan emosinya dalam waktu yang begitu singkat. Selain itu, tampaknya wanita itu menjadi lebih tegar dan kuat.     

Pada awalnya, Lin Zhouyi mendengar bahwa Gu Qingqing, istri Leng Sicheng, bekerja di di Ming Sheng dan tampaknya wanita itu masih bekerja di perusahaan kecil tersebut secara diam-diam. Meskipun Lin Zhouyi tidak tahu mengapa Gu Qingqing melakukan itu, hal itu menyebabkan keingintahuannya menjadi semakin kuat tanpa keraguan.     

Ming Sheng tidak besar dan harga diakuisisi juga tidak besar. Saat Lin Zhouyi baru saja berencana mendekatinya, Gu Qingqing terlebih dahulu mengundurkan diri dari Ming Sheng. Jika bukan karena ia memanggil Gu Qingqing untuk melamar di Xu Yi, mungkin wanita itu akan menghilang dari hadapannya tanpa jejak yang bisa ditemukan lagi seperti gelembung.     

Bahkan, jika Leng Sicheng tidak memedulikannya, Gu Qingqing sendiri juga akan lebih kuat daripada orang-orang lain di luar sana dengan statusnya sebagai Nyonya Leng. Bahkan, jika Gu Qingqing tidak berstatus sebagai Nyonya Leng, ia juga dapat mengandalkan kemampuannya sendiri sebagai seorang karyawan yang baik. Sementara itu, mengenai hubungan Gu Qingqing dan Leng Sicheng, Lin Zhouyi masih bisa mengujinya lagi….     

———     

Leng Sicheng menarik pergelangan tangan Chen Wenjie hingga mereka berjalan keluar gedung. Namun, mereka tidak mengambil jalan utama dan malah mengambil tikungan hingga sampai di jalan khusus VIP di belakang mal. Tepat setelah memasuki pintu belakang, senyuman Leng Sicheng menghilang dalam sekejap.     

Leng Sicheng tidak mengatakan sepatah kata pun dan langsung menyingkirkan pergelangan tangan Chen Wenjie. Kemudian, ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan mengelap dua jarinya yang baru saja memegang pergelangan tangan Chen Wenjie dengan teliti sambil mengambil langkah maju.     

Chen Wenjie yang disingkirkan hanya bisa membeku dan tertegun sejenak. Dua detik kemudian, ia segera mengambil dua langkah untuk menyusul Leng Sicheng. Setelah semalam Leng Sicheng mengatakan hal seperti itu, Chen Wenjie merasa sepertinya ia tidak mungkin lagi memiliki kesempatan seumur hidupnya. Tetapi, tadi Leng Sicheng turun dan datang padanya hampir seperti dewa langit. Pria itu memandangnya dengan pandangan lembut, mentraktir seluruh tim untuknya, dan menarik tangannya untuk berjalan keluar dari kerumunan…..     

Mungkin aku masih punya kesempatan? batin Chen Wenjie penuh harap.     

Chen Wenjie mengikuti Leng Sicheng yang hendak naik mobil. Namun, Leng Sicheng tidak memandangnya sama sekali dan bahkan menutup pintu mobil tepat di depannya. Ia pun terkunci di luar mobil dan wajahnya terkena pintu mobil yang dibanding.     

Chen Wenjie mundur selangkah sambil meringis kesakitan, bahkan hingga meneteskan air mata. Meskipun begitu, ia tetap tidak berani membuka pintu mobil. Ia menutupi wajahnya yang terkena pintu mobil dan berpikir bagaimana caranya ia harus berbicara dengan Leng Sicheng. Tak lama kemudian, pintu mobil tiba-tiba terbuka lagi. Chen Wenjie langsung maju selangkah dengan terkejut.     

"Leng—"     

Chen Wenjie baru saja mengucapkan satu kata, tetapi sebuah sapu tangan tiba-tiba dilempar keluar dari mobil hingga kebetulan mengenai wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.