Kisah Istri Bayaran

Perubahan Tak Terduga (5)



Perubahan Tak Terduga (5)

0Sekretaris Cheng mengetuk pintu dan masuk. Saat ia melihat ponsel Leng Sicheng, tertera nama 'Nyonya Leng' di buku kontaknya. Hanya sekilas melihat, Sekretaris Cheng sudah tahu bahwa Leng Sicheng ingin menelepon istrinya. Lalu, Sekretaris Cheng membatin, Jika memperkirakan waktu, Nyonya Leng harusnya sudah tiba di rumah. Apakah Tuan Leng sedang menunggu telepon dari Nyonya?     
0

Sekretaris Cheng masih memegang setumpuk dokumen besar di tangannya saat ia sejenak berdiri untuk memperhatikan Leng Sicheng yang terus mengangkat ponsel, meletakkannya, kemudian mengangkatnya lagi. Sekretaris Cheng. Melihat Leng Sicheng yang sedang pusing di sini, Sekretaris Cheng juga tidak berani berbicara. Masalahnya, dokumen di tangannya terlalu berat sehingga ia memberanikan diri untuk maju selangkah ke depan.     

"Tuan Leng, bagaimana jika saya menelepon Vila Xishan?"     

Leng Sicheng tiba-tiba mengangkat kepala dan berteriak kepada Sekretaris Cheng, "Siapa yang memintamu menelepon?!"     

Sekretaris Cheng sontak terkejut dan tubuhnya gemetar. Tumpukan dokumen di tangannya pun terjatuh semuanya ke lantai. Padahal, ia telah menghabiskan lebih dari satu jam untuk mengatur dokumen itu.     

"Jika dia sudah sampai di rumah, dia pasti akan langsung meneleponku dan mengirim pesan teks untuk memberitahu bahwa dia telah tiba dengan aman! Siapa bilang aku ingin meneleponnya? Dan siapa yang memintamu untuk menelepon Vila Xishan?" bentak Leng Sicheng.     

Setelah Leng Sicheng berkata begitu, ia duduk di kursi putar dan sengaja berputar hingga punggungnya menghadap Sekretaris Cheng. Kemudian, ia melambaikan tangan dengan jijik, "Ambil barang-barangmu dan keluar dari sini!"     

Sekretaris Cheng segera mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai dan berlari keluar. Setelah ia menutup pintu dan keluar dari kantor presiden, ia masih tidak bisa mengerti, Apa yang aku lakukan hingga menyinggung Tuan Leng…? Aku belum mengatakan sepatah kata pun!     

Suasana hati Leng Sicheng yang buruk bertahan untuk waktu yang sangat lama.     

Siang harinya, entah mengapa Leng Sicheng begitu meledak-ledak, seakan ia baru saja memakan bubuk mesiu. Ia melihat semua orang dengan ekspresi galak, seakan mengatakan, 'Kamu berhutang padaku'.     

Semua orang yang baru saja berhadapan dengan Leng Sicheng dan keluar dari kantor presiden pasti akan saling mengingatkan orang-orang yang beresiko kena amuk selanjutnya, "Hati-hati ketika kalian melakukan sesuatu hari ini selama bekerja! Jika kalian memprovokasi Presiden, pemotongan gaji itu hanyalah hukuman ringan! Bisa jadi malah dikeluarkan dari perusahaan!"     

Pada sore hari, Leng Sicheng pergi menemui klien masih dengan wajah tanpa ekspresi.     

Untungnya, Leng Sicheng biasanya juga memasang ekspresi wajah seperti itu. Grup Leng adalah perusahaan besar. Bahkan jika ekspresi Leng Sicheng tampak tidak senang, pihak lain juga tidak akan berani mengatakan apa-apa. Mitra bisnis Grup Leng pasti tetap mengangkat Leng Sicheng dan membuatnya bahagia.     

Klien yang datang untuk diskusi kali ini adalah seorang pria gemuk berusia empat puluhan dan berkepala botak. Tingginya kurang dari 160 cm, namun beratnya mencapai 160 kg. Ia juga memiliki marga yang cocok, yakni 'Qiu' yang berarti bola. Jika pria itu dipanggil Bos Qiu, bukankah itu berarti 'Bos Bola'?     

Kedua pihak membicarakan tentang bisnis dengan Bos Qiu, tetapi masih ada banyak pemimpin dan manajer di sana-sini. Setelah mereka minum tiga ronde, ada salah satu orang yang menyarankan agar mereka pergi ke Star untuk bersenang-senang.     

Bos Qiu yang bertubuh gemuk kemudian berdiri dan berkata sambil tersenyum, "Mohon maaf, semuanya. Putri saya menyuruh saya untuk kembali sebelum jam sepuluh malam. Jika saya tidak kembali, dia bisa membuat masalah semalaman! Hari ini, semua biayanya saya yang bayar. Maaf, maaf!"     

Ada yang bertanya, "Apakah hanya putri Anda?"     

Bos Qiu tertawa dan menambahkan, "Dan juga istriku. Maaf, permisi!"     

Leng Sicheng terus bersandar di kursi. Lalu, seseorang di sebelahnya berkata, "Bos Qiu dulunya juga sering keluar untuk bermain dan bersenang-senang. Ada apa sekarang?"     

"Dia didiagnosis menderita kanker tahun lalu. Wanita ketiga dan wanita keempatnya meninggalkannya, jadi sekarang hanya istri dan anaknya yang merawatnya dan memedulikannya. Mungkin itu membuatnya tersentuh dan tergerak untuk berubah. Tidakkah kamu melihat, istrinya menelponnya tadi?"     

Begitu ada pembicaraan tentang telepon, Leng Sicheng segera mengambil ponselnya. Ternyata sudah berselang satu hari. Jangankan telepon, sebuah pesan teks pun tidak ada!     

Saat Leng Sicheng sedang marah, ada sebuah panggilan telepon yang masuk. Ia langsung merasa gembira dan refleks mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa yang meneleponnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.