Kisah Istri Bayaran

Kekasih yang Berubah Perasaan dengan Mudah (6)



Kekasih yang Berubah Perasaan dengan Mudah (6)

0Kotak berisi beberapa obat pertolongan pertama sudah disiapkan di rumah. Leng Sicheng mencari obat pereda demam dan memasak air panas. Ia menuangkan segelas air panas untuk Gu Qingqing dan meninggalkannya di meja samping tempat tidur. Kemudian, ia menyiapkan sebuah handuk dan membasahinya dengan air dingin.     
0

Leng Sicheng meletakkan handuk dingin di dahi Gu Qingqing dengan hati-hati Ia menoleh, melihat air yang sudah sedikit lebih dingin, dan menyesapnya sedikit. Setelah Leng Sicheng memastikan bahwa airnya tidak terlalu panas lagi, barulah ia mengangkat Gu Qingqing dan berkata di dekat telinganya dengan pelan, "Buka mulutmu."     

Gu Qingqing jelas masih dalam kondisi pingsan sehingga tidak menanggapi Leng Sicheng sama sekali. Ia menggoyangkan bahu Gu Qingqing dan berkata lagi, "Buka mulutmu. Menurutlah."     

Gu Qingqing akhirnya membuka mulutnya dengan linglung. Leng Sicheng memasukkan pil obat ke mulutnya, lalu memberinya sedikit air dengan hati-hati. Setelah ia melihat Gu Qingqing berhasil menelan obat pereda demam itu, barulah ia menghela napas lega.     

Leng Sicheng menyentuh handuk di dahi Gu Qingqing dan handuknya sudah tidak terlalu dingin. Ia meletakkan Gu Qingqing kembali ke tempat tidur besar, membasahi handuk lagi, dan kembali meletakkannya di dahi Gu Qingqing. Setelah mengganti handuk beberapa kali hingga tubuh Gu Qingqing tidak lagi panas, Leng Sicheng baru bisa menghela napas lega.     

Leng Sicheng kembali ke kamar mandi untuk sedikit beres-beres. Ia tahu bahwa Gu Qingqing takut malu jika memberantakan kamar mandi seperti ini. Kalau tidak dibereskan, hal yang mereka lakukan semalam pasti akan ketahuan oleh pembantu.     

Leng Sicheng meletakkan kotak obat kembali di lantai bawah. Ia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera membuka lemari es. Ia mengambil kotak berisi plum kering yang dimasak dengan daging babi dan berbalut roti, lalu membuangnya ke tempat sampah.     

Saat Leng Sicheng kembali ke kamar, Gu Qingqing masih tertidur. Meskipun demamnya telah mereda, flu tidak sembuh dengan begitu cepat. Leng Sicheng perlahan masuk, mengangkat selimut dengan hati-hati, dan menarik Gu Qingqing ke dalam pelukannya.     

Gu Qingqing yang sedang sakit tampaknya telah melepaskan cangkang kuat yang biasanya ia kenakan. Kini ia seperti kura-kura kecil yang kehilangan tempat berlindung tanpa cangkangnya hingga menjadi jauh lebih lemah tanpa alasan. Gu Qingqing merasakan kehangatan tubuh Leng Sicheng dan mendekat ke arahnya tanpa sadar.     

Gu Qingqing mengerutkan alisnya, berbalik ke samping, dan meringkuk seperti bayi dalam kandungan ibu. Postur ini bisa dibilang sebagai ekspresi dari rasa tidak aman. Kapan Gu Qingqing menoleh ke belakang dan mendapati bahwa Leng Sicheng sedari tadi berada di belakangnya?     

Leng Sicheng memeluk Gu Qingqing lebih erat. Ia menekan kening Gu Qingqing dengan lembut, meluruskan kerutan di keningnya, lalu menundukkan kepalanya lagi dan mencium keningnya dengan lembut.     

Mungkin pendekatan Leng Sicheng membuat Gu Qingqing sedikit tidak nyaman. Ketika ciuman Leng Sicheng hendak berpindah ke bibirnya, ia melihat Gu Qingqing sedikit membuka mulutnya dan memanggil tanpa sadar, "Ayah."     

Leng Sicheng sontak terkejut. Saat ia mengangkat kepalanya sedikit, Gu Qingqing bergumam lagi, "Ayah, Qingqing merasa tidak nyaman."     

Leng Siheng menarik napas dalam-dalam. Ia merasa dadanya bagai dipukul dengan senjata tumpul. Sebuah rasa sakit yang tak terkendali memenuhi hatinya. Leng Sicheng menundukkan kepala dan mencium bibir Gu Qingqing lagi, seolah ingin menelan semua kata-kata Gu Qingqing.     

Maafkan aku, Ayah Gu. Aku telah berjanji di depan rohmu sebelumnya untuk menikahi Gu Qingqing seumur hidup, tetapi aku tidak bisa melakukan apapun dengan baik, gumam Leng Sicheng dalam hati. Meskipun begitu, ia telah menikahi Gu Qingqing. Ia hidup sebagai Leng Sicheng dan mati pun ia akan menjadi hantu keluarga Leng. Seumur hidupnya, Leng Sicheng tidak akan membiarkan Gu Qingqing pergi dengan orang lain. Pasti ia tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.     

———     

Ketika Gu Qingqing bangun, hari sudah berganti dan langit di luar menunjukkan bahwa hari sudah beranjak siang. Pendingin ruangan perlahan mengembuskan angin dan mempertahankan suhu konstan 24 derajat. Gu Qingqing berbaring sendirian di tempat tidur besar berbalut piyama.     

Pikiran Gu Qingqing masih sedikit kosong. Ia tiba-tiba teringat sesuatu, lalu langsung melompat dan bergegas ke kamar mandi. Namun, kondisi di dalam kamar mandi begitu bersih dan rapi, seolah semua yang terjadi semalam adalah ilusi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.