Kisah Istri Bayaran

Bertemu Lagi (5)



Bertemu Lagi (5)

0Apakah Xu Zipei tidak pergi ke Berlin? Apakah Xu Zijin berbohong padaku? Apakah Leng Sicheng pergi ke sana, bukan untuk Xu Zipei? Gu Qingqing bertanya-tanya. Pikiran-pikiran yang tak terhitung jumlahnya melintas di benaknya hingga rasanya kepalanya sedikit bengkak.     
0

Gu Qingqing menggelengkan kepala dan segera pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Iia ingin menyingkirkan semua pikiran itu dari benaknya, kemudian baru menenangkan pikirannya untuk lanjut bekerja.     

Meskipun Gu Qingqing menenangkan diri untuk melanjutkan pekerjaannya dan telah menyingkirkan Xu Zipei dari pikirannya, semua itu tidak berakhir. Begitu ia kembali ke rumah dan membuka pintu kamar, ia merasa seperti mencium aroma Leng Sicheng yang dingin dan tenang. Mungkin karena jendelanya tidak tertutup.     

Gu Qingqing selalu merasa bahwa dirinya menjadi lebih frustasi. Ia duduk diam di samping tempat tidur selama beberapa detik dan melihat waktu yang tertera di jam di dinding. Pada pukul ini, Leng Sicheng seharusnya sudah tiba di Berlin, kan? pikirnya.     

Gu Qingqing mengambil ponselnya. Hanya tersisa satu garis baterai di ponselnya. Lampu merah menyala, menandakan bahwa daya ponselnya nyaris habis. Gu Qingqing ingin menelepon Leng Sicheng. Tetapi, ketika ia mengangkat ponselnya, akhirnya ia tetap tidak menekan tombol panggil.     

Gu Qingqing berpikir sebentar, kemudian malah membuka halaman Weibo miliki Xu Zipei. Xu Zipei tidak memperbarui konten Weibo-nya hari ini dan Gu Qingqing hanya tahu bahwa Xu Zipei sedang di Eropa saat ini. Unggahan terakhirnya kemarin adalah pemotretan untuk sebuah majalah mode di Paris.     

Lokasi Paris dan Berlin sangat dekat. Selama Xu Zipei menginginkannya, ia pasti bisa pergi untuk bertemu dengan Leng Sicheng. Bahkan, jika media tidak memberitakannya, bagaimana jika kedua orang itu ternyata menghindari media dan berkencan secara diam-diam?     

Gu Qingqing berbaring di samping tempat tidur dan memikirkannya sebentar. Ia mengambil ponselnya dan masih ingin menelepon Leng Sicheng. Tetapi, ia teringat bahwa waktu itu Leng Sicheng malah menutup panggilan teleponnya dengan kejam ketika ia menelepon nomor ponsel pribadi pribadi pria itu. Sejak saat itu, Gu Qingqing tidak pernah menelepon nomor ponsel pribadi Leng Sicheng lagi.     

Lagi pula, apa yang bisa aku lakukan setelah meneleponnya? Apa yang harus aku bicarakan? Gu Qingqing menggelengkan kepalanya. Ia hendak menekan tombol kembali untuk keluar dari daftar kontak. Namun, ia tidak hati-hati dan tanpa sengaja malah menekan tombol panggil.     

Tut… Tut...     

Gu Qingqing terkejut saat melihat panggilan telepon yang sedang disambungkan. Ia hendak menutupnya, tetapi telepon sana berdering dua kali dan akhirnya benar-benar terhubung. Leng Sicheng menjawab teleponnya.     

Leng Sicheng benar-benar menjawab teleponnya. Sejauh ini, ini adalah pertama kali Leng Sicheng menjawab panggilan pribadi Gu Qingqing. Namun, Gu Qingqing benar-benar bingung dan panik karena tidak tahu harus berkata apa.     

Bagaimana? Apa yang harus aku katakan? Langsung bertanya, apakah dia pergi ke Berlin untuk bertemu dengan Xu Zipei? Leng Sicheng ingin berbaikan dengan Xu Zipei? Apakah aku harus bersiap-siap melepaskan dan menyerahkan posisiku? Atau, aku katakan saja aku khawatir dengan kondisi tubuh Leng Sicheng? Apakah dia kelelahan setelah penerbangan yang begitu lama? Kemudian, baru menyisipkan pertanyaan soal Xu Zipei padanya?     

Sebenarnya, Gu Qingqing hanya ingin mengatakan tiga kata, Aku rindu kamu.     

Pikiran Gu Qingqing menjadi kacau. Begitu ia akan berbicara, terdengar suara napas seorang pria dari ujung panggilan sana. Gu Qingqing sangat gugup hingga jantungnya seakan hampir keluar dari tenggorokannya. Otaknya kosong dan bahkan ia tidak bisa berpikir lagi.     

Gu Qingqing memegang ponselnya dan memaksakan diri untuk berkata, "Halo."     

Di sana, seseorang segera menjawab, "Nyonya, ini saya, Sekretaris Cheng. Tuan Leng baru saja turun dari pesawat dan masih di kamar mandi. Saya akan segera memanggilnya keluar."     

"Tidak, tidak perlu," Gu Qingqing menjawab dengan tergesa-gesa sambil menggelengkan kepala dengan panik. Semua keberaniannya menguap begitu saja, seperti balon yang kempes karena semua udaranya keluar dengan cepat setelah melewati batasnya.     

"Nyonya, tolong tunggu sebentar—"     

Sebelum Sekretaris Cheng menyelesaikan kata-katanya, panggilan telepon itu langsung tertutup. Ia mendongak dan melihat Leng Sicheng yang baru saja keluar dari kamar mandi, lalu menarik selembar kertas penyerap dan menyeka tangannya dengan anggun. Sekretaris Cheng segera memberitahu, "Tuan Leng, Nyonya menelepon nomor pribadi Anda."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.