Kisah Istri Bayaran

Siapa yang Kamu Cintai (5)



Siapa yang Kamu Cintai (5)

0Pergilah! Tinggalkan Leng Sicheng! Menjauh darinya!     
0

Gu Qingqing tidak ingin menghabiskan tenaganya untuk Leng Sicheng. Ia tidak ingin diejek oleh para orang ketiga itu lagi. Bahkan, ia lebih tidak ingin melihat Leng Sicheng dan Xu Zipei saling mencintai.     

Gu Qingqing tidak ingin… mencintai Leng Sicheng lagi.     

"Nona, kita pergi ke mana?"     

Sopir tiba-tiba bertanya dan pertanyaan itu langsung membuat Gu Qingqing membeku. Iya, ya. Pergi ke mana? Pikirnya. Dunia ini begitu besar, tetapi tidak ada tempat untuk dirinya.     

Gu Qingqing tidak bisa kembali ke Vila Xishan karena Leng Sicheng mungkin akan kembali dengan cepat untuk membereskannya. Ia juga tidak mungkin pergi ke Apartemen Qingcheng karena itu adalah tempat Leng Sicheng tidur dengan wanita lain. Ia lebih tidak mungkin pergi ke rumah tua keluarga Leng karena itu adalah tempat tinggal orang tua Leng Sicheng. Tidak pantas baginya untuk ke sana.     

Gu Qingqing semakin tidak mungkin kembali ke rumah orang tuanya. Bahkan, jika ia kembali, ia takut ibu dan kakaknya akan mengirimnya kembali ke Vila Xishan dan meminta maaf kepada Leng Sicheng.     

Meminta maaf? Mengapa Gu Qingqing harus meminta maaf? Apakah aku membuat kesalahan? pikir Gu Qingqing.     

Tidak apa-apa jika Leng Sicheng pergi bermain-main dengan para wanita itu. Lupakan saja tentang Leng Sicheng dan Xu Zipei yang masih saling mencintai. Tetapi, Chen Wenjie masih melabrak Gu Qingqing, menghinanya, dan bahkan menuduhnya mencuri barang. Apalagi, barang yang dicuri itu adalah barang yang diberikan Leng Sicheng. Belum lagi, kejadian itu diketahui oleh Xu Zipei.     

Bahkan, ketika Leng Sicheng mengejar Gu Qingqing, suaranya masih begitu tajam. Apakah pria itu khawatir Gu Qingqing akan menakuti kesayangannya, Xu Zipei? Kalau begitu, siapa dirinya di mata Leng Sicheng? Dari awal hingga akhir, Gu Qingqing hanya seorang peran pendukung dan sebuah bayangan yang tidak penting.     

"Pergi... Tiga putaran secara acak dulu saja."     

"Baik."     

Sopir tersebut dapat melihatnya. Pertengkaran antara suami istri juga tidak perlu banyak komentar. Sopir pun mengemudikan taksi sampai tiga putaran.     

Gu Qingqing merasa ragu dan menghidupkan ponselnya. Kemudian, ia segera menelepon Lin Zhouyi, "Maaf, Presiden Lin, saya merasa sedikit tidak enak badan hari ini dan tidak bisa pergi untuk makan."     

Gu Qingqing telah membuat janji dengan Lin Zhouyi, tetapi sekarang ia malah pergi sendiri. Tentu saja ia harus mengabari Lin Zhouyi.     

"Oh, tidak apa-apa. Jika ada sesuatu, kamu pergi dulu saja," jawab Lin Zhouyi sambil meminum segelas anggur dengan santai. Ia tahu pasti ada masalah yang terjadi di sana.     

"Maaf."     

Gu Qingqing menutup telepon. Namun, saat ia baru saja ingin menutup telepon, ia langsung menerima sebuah panggilan telepon lagi.     

———     

Di sini, Leng Sicheng masih terus saja tidak bisa menghubungi telepon Gu Qingqing. Ia sangat marah hingga rasanya nyaris menggila.     

Leng Sicheng berpikir sebentar, kemudian berbalik dan berjalan memasuki aula. Bukannya naik ke lantai atas untuk memeriksa seluruh masalahnya, ia malah pergi ke tempat parkir bawah tanah untuk mengejar Gu Qingqing.     

Saat ini, tidak ada hal yang lebih penting daripada Gu Qingqing.     

Leng Sicheng berlari pelan dan segera menemukannya mobil sendiri. Ia mengendarai mobilnya keluar dan saat hendak membayar biaya parkir, ia cepat-cepat mengeluarkan selembar 100 RMB. Ia juga tidak menunggu petugas untuk memberi kembalian dan langsung bergegas keluar.     

Leng Sicheng mengemudikan mobilnya ke arah jalan raya. Ada banyak mobil dan taksi yang Gu Qingqing tumpangi dengan cepat menghilang. Leng Sicheng berpikir sebentar, kemudian memutar setir dan melaju ke arah Vila Xishan. Bagaimanapun, ini juga adalah rumahnya. Gu Qingqing pasti akan kembali.     

Begitu mobil Leng Sicheng tiba di Vila Xishan, Pembantu maju dan menyapa, "Tuan?"     

Wajah Leng Sicheng serius saat ia bertanya, "Di mana Nyonya?"     

"Nyonya masih belum kembali," jawab Pembantu sambil menggelengkan kepalanya.     

"Apakah Nyonya sempat menelepon?"     

Pembantu menggelengkan kepala dan menjawab,"Tidak."     

Leng Sicheng menelepon Gu Qingqing sekali lagi, tetapi ponsel Gu Qingqing dimatikan.     

"Tuan, apakah Tuan ingin..."     

Pembantu ingin bertanya apakah Leng Sicheng ingin minum air, tetapi malah dipaksa mundur oleh pandangan Leng Sicheng yang seakan ingin membunuh.     

Leng Sicheng langsung duduk di ruang tamu. Ia menunggu Gu Qingqing sambil meneleponnya. Gu Qingqing tidak kunjung kembali dan ponselnya juga selalu dalam kondisi dimatikan.     

Leng Sicheng terus menunggu hingga langit sudah mulai cerah. Kedua matanya pun menjadi merah dan bahkan ia sendiri sudah mau menyerah. Tetapi, ia tidak menyangka bahwa ponselnya akhirnya akan berdering.     

Gu Qingqing berinisiatif menelepon Leng Sicheng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.