Kisah Istri Bayaran

Jika Bisa Hidup Seperti Pertama Kali Bertemu (2)



Jika Bisa Hidup Seperti Pertama Kali Bertemu (2)

0Leng Sicheng menoleh. Rasa geli melintas di pupil matanya yang kuning dan ia bertanya, "Kamu menyukaiku? Apa yang kamu sukai dariku?"     
0

"Aku…" Chen Wenjie tidak bisa langsung menjawab. Jika sudah suka, masih perlu bertanya suka apa? Chen Wenjie berpikir sebentar, baru kemudian ia berkata dengan penuh kasih sayang, "Aku menyukai segalanya tentang Anda."     

"Benarkah?" Leng Sicheng mengulurkan tangannya dan menyingkirkan jari-jari Chen Wenjie yang memeganginya pinggangnya dengan rasa jijik. Kemudian, ia mendorong Chen Wenjie menjauh dan berdiri sendiri, "Tetapi, Aku tidak menyukaimu."     

Chen Wenjie sontak tercengang. Jika dia tidak menyukaiku, mengapa dia memilihku? Mengatur jalan untukku, meningkatkan reputasiku, dan menghubungi sutradara besar untukku? Jika Leng Sicheng tidak menyukaiku, mengapa dia melakukan semua ini? pikir Chen Wenjie. Selain itu, Leng Sicheng kadang-kadang menunjukkan tatapan yang sedikit buram saat melihat Chen Wenjie. Hal itu tidak bisa menipu siapa pun! Jika Leng Sicheng tidak menyukai Chen Wenjie, mengapa ia melakukan semua itu?     

Chen Wenjie mengangkat kepala dan ada sedikit air mata di matanya. Ia menatap Leng Sicheng dengan tatapan sedih dan penuh harapan, "Tuan Leng, saya benar-benar menyukai Tuan! Saya tahu Tuan sudah menikah. Saya juga tidak punya niat untuk menghancurkan pernikahan Tuan. Saya hanya… ingin berada di sisi Anda. Bisa melihat Tuan setiap hari saja sudah membuat saya puas!"     

"Tetapi, istriku sangat hebat. Jika kamu ingin menjadi orang ketiga, kamu harus berlutut di lantai dan menawarkan teh untuknya setiap hari!"     

Leng Sicheng berdiri di kejauhan, tersenyum keji, dan menyaksikan Chen Wenjie yang terjatuh di lantai dan sedang menangis dengan lemah. Chen Wenjie membeku lagi dan membatin, Apakah hubungan Leng Sicheng dengan istrinya tidak harmonis karena sifat istrinya terlalu kuat?     

Chen Wenjie bangkit dari lantai, berjalan beberapa langkah, dan mengulurkan tangan untuk mencoba memeluk Leng Sicheng, "Tuan Leng, saya tidak peduli! Selama ada cinta sejati, bahkan jika dia… lebih keras terhadap saya, saya juga tidak akan cemberut sama sekali."     

Chen Wenjie mengedipkan kelopak matanya hingga setetes air mata mengalir dan menetes ke lantai untuk mengekspresikan kesedihannya, kesetiaan, dan rasa sakitnya. Leng Sicheng malah merentangkan kakinya dan menyingkirkan tangan Chen Wenjie yang mencoba memeluknya dengan senyuman keji. "Kamu telah berada di dunia hiburan selama bertahun-tahun, kan?" tanya Leng Sicheng.     

Chen Wenjie mengangkat kepalanya dengan sedikit bingung saat mendengar pertanyaan itu. Apakah Leng Sicheng sudah tahu bahwa aku sebelumnya juga pernah merayu salah satu sutradara dan juga bos untuk naik posisi? pikirnya dengan panik.     

Leng Sicheng hanya tersenyum dengan dingin. "Aktingmu bagus. Tidak heran jika kamu dipilih oleh sutradara film ini. Dan..."     

Leng Sicheng tiba-tiba berjongkok dan mengatakan kata-kata lembut di depan Chen Wenjie. Setiap kali ia mengucapkan kata demi kata, wajah Chen Wenjie menjadi semakin pucat, "Istriku mengatakan, tidak peduli berapa banyak wanita yang aku permainkan di luar, dia tidak akan peduli. Tetapi… Dia. Takut. Terkena. Penyakit."     

Kepala Chen Wenjie mendadak berdengung dan darahnya seakan mendadak surut dalam sekejap. Ia tidak menyangka bahwa Leng Sicheng akan bersikap begitu terus terang, jahat, dan kejam. Chen Wenjie bahkan tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Bisakah aku bilang aku tidak mempunyai penyakit dan tidak pernah tidur dengan pria lain? Diriku murni dan tidak ternoda? Benar-benar lelucon! pikirnya.     

"Jika sudah tahu, keluarlah dari sini," perintah Leng Sicheng. Ia menarik kembali tatapannya dan tidak lagi tertarik untuk memandang Chen Wenjie. Kemudian, ia melangkah maju dan menjatuhkan tubuhnya yang ramping untuk duduk di sisi lain sofa yang lembut.     

Chen Wenjie gemetar sampai harus menggunakan tangan dan kakinya untuk bangkit. Ia segera berjalan ke pintu dengan terhuyung-huyung. Namun, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang dingin dari belakang, "Kamu besok syuting iklan di luar lapangan, kan?"     

Chen Wenjie mendadak membeku dan berhenti bergerak. Lalu, ia memalingkan kepalanya ke belakang. Ia malah melihat sebuah cahaya gelap yang melintas dalam mata Leng Sicheng, seolah-olah sedang merencanakan sesuatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.