Kisah Istri Bayaran

Perubahan Tak Terduga (6)



Perubahan Tak Terduga (6)

0Leng Sicheng batuk dan berdeham. Ia masih berpura-pura 'dingin dan arogan' dan berkata dengan suara dingin, "Akhirnya rela menelepon?"     
0

Dari seberang panggilan, terdengar sebuah kekehan yang mengejek, "Benar. Jika tidak ada apa-apa, aku juga tidak akan meneleponmu."     

Itu suara seorang pria! Leng Sicheng sedikit mengernyit, lalu menundukkan kepala dan melihat bahwa ternyata Mo Dongyang yang memanggilnya. Ia pun hampir melempar teleponnya. Suaranya langsung menjadi lebih dingin, "Jika tidak ada apa-apa, aku akan menutup teleponnya!"     

"Jangan!" cegah Mo Dongyang, "Aku sangat bosan. Kamu tidak datang ke STAR untuk minum bersama?"     

Alis Leng Sicheng sudah benar-benar berkerut dan ia segera berkata, "Aku tutup teleponnya!"     

Karena Bos Qiu hendak pergi, tidak ada yang mengatur mereka untuk pergi ke STAR. Banyak orang yang berkata dengan bosan, "Pulang, pulang."     

Leng Sicheng berdiri dan mengambil jasnya yang tergeletak di samping. Ada seseorang yang melihatnya hendak pergi, lalu segera melangkah ke depan untuk mencari perhatiannya, "Presiden Leng mau pergi ke mana? Mau pulang ke rumah juga?"     

"Iya, iya. Dengar-dengar, Presiden Leng juga sudah menikah…"     

Mata Leng Sicheng sangat tidak bersemangat saat menjawab, "Pergi ke STAR."     

———     

Sementara itu, di atas sofa kulit yang lembut dalam sebuah ruang privat mewah STAR, ada seorang wanita yang melekat di tubuh Mo Dongyang. Wanita itu mengenakan gaun ketat bermotif macan tutul, sepatu hak tinggi dari kulit buaya, dan syal panjang. Bibirnya merahnya perlahan-lahan mendekati wajah Mo Dongyang.     

Masih tersisa jarak 1 sentimeter sebelum mereka berciuman, tetapi wanita itu malah tersenyum dan memalingkan wajahnya ke samping. Lalu, wanita itu mengambil segelas anggur dengan malas. Mo Dongyang juga tersenyum dan ikut mengambil gelas anggur merahnya. Hanya dua kancing terakhir di kemeja Mo Dongyang yang tidak dikancingkan hingga menunjukkan sebagian besar otot dadanya yang terlatih dengan kulit berwarna madu.      

Wanita itu mengangkat gelasnya dan mengajak bersulang, "Untuk malam kita yang indah, dan kamu yang lebih cantik dari langit malam. Bersulang."     

Saat wanita itu hendak bersulang, Mo Dongyang menggelengkan kepala dan sengaja mengulurkan tangannya, "Jika ingin minum, harus bersulang satu sama lain sambil menyilangkan tangan."     

Mereka berdua baru saja mengangkat tangan mereka, mengulurkan tangan, dan menyesap anggur dari gelas satu sama lain. Namun, pintu ruangan privat itu tiba-tiba terbuka. Leng Sicheng muncul dan tampak dikelilingi 'dendam'. Ia melangkahkan kakinya dengan ganas, seakan menginjak roda api, dan bergegas masuk.     

"Uhuk!" Mo Dongyang tersedak dan memuntahkan anggur yang baru saja ia minum. Dalam hati, ia merutuk, Ya ampun! Kenapa tidak datang lebih awal atau lambat? Setelah aku akhirnya mendapatkan 'ratu dansa' ini, Leng Sicheng malah datang! Tadi ada 'audisi tari' di sini dan diikuti begitu banyak gadis cantik, tapi Leng Sicheng juga tidak datang. Mengapa baru muncul sekarang?     

Leng Sicheng memasuki pintu, namun ia sama sekali tidak melihat Mo Dongyang. Karena ini adalah ruangan untuk pasangan, itu berarti tersedia privasi yang luar biasa. Hanya ada satu sofa untuk dua orang beristirahat, berdekatan, dan berhubungan.     

Begitu Leng Sicheng masuk ke ruangan, ia langsung mengambil gelas anggur baru dari lemari anggur tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian, ia meraih anggur merah yang mereka minum. Ia menuangkan setengah botol anggur itu hingga mengisi penuh gelasnya.     

Leng Sicheng duduk dan langsung memenuhi setengah sofa hingga menggencet kedua orang yang baru saja berdekatan ke sudut sofa. Kemudian, ia mengangkat lehernya dan meminum anggurnya. Begitu minumannya habis, ia menuangkan segelas penuh anggur lagi.     

Sementara itu, Mo Dongyang benar-benar kesal setengah mati. "Oi, oi, oi! Hemat sedikit minumannya! Ini adalah anggur merah Bordeaux Manor yang berusia 82 tahun! Mana ada orang yang minum seperti kamu ini?!"     

Leng Sicheng tidak mempedulikan Mo Dongyang. Ia menghabiskan anggur merah di gelasnya dengan sekali teguk, lalu terus menuangkan lagi sebotol anggur merah itu hingga habis. Setelah itu, Leng Sicheng memalingkan matanya dan membalas, "Untuk apa mengoleksi benda lusuh seperti ini?"     

Leng Sicheng sedang membicarakan tentang anggur, tetapi matanya tertuju pada wanita di pelukan Mo Dongyang. Mo Dongyang tersenyum dan balik bertanya, "Mengapa? Suasana hatimu sedang tidak baik? Karena… mereka akan kembali?"     

Karena Leng Sicheng tidak memedulikannya, Mo Dongyang tersenyum lagi dan melanjutkan, "Atau, karena dia?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.