Kisah Istri Bayaran

Ambang Batas Cinta dan Rasa Sakit (8)



Ambang Batas Cinta dan Rasa Sakit (8)

0Leng Sicheng mengelap rambutnya hingga bersih dan dengan cepat mengangkat selimut. Sebuah tempat tidur dan sebuah selimut untuk dua orang, Leng Sicheng berada di tengah tempat tidur, namun tempat tidur ini tidak sebesar yang di rumah tua. Bahkan, jika Gu Qingqing menyusut ke satu sisi, ia tetap tidak menghindari bersentuhan dengan Leng Sicheng.     
0

Meskipun Gu Qingqing hari ini merasa tidak sesakit kemarin, ia masih merasa tidak nyaman. Ia meringkuk menjadi bola, tetapi telapak tangan dan kakinya masih dingin. Terkadang kakinya yang dingin akan menyentuh Leng Sicheng.     

Leng Sicheng segera mengernyit dan bertanya dengan ekspresi tidak senang, "Ada apa lagi denganmu?"     

"Aku..."     

Gu Qingqing masih merasa kedinginan, tetapi mana mungkin ia berani meminta Leng Sicheng untuk menghangatkan tubuhnya? Ia tidak berbicara, tetapi hanya menciut ke samping dan menarik selimut. Tiba-tiba terdapat angin yang berembus di celah antara mereka berdua. Rasanya begitu dingin hingga Gu Qingqing hampir mati.     

Gu Qingqing kedinginan dan tidak bisa menahan diri untuk menggerakkan tubuhnya lagi. Leng Sicheng bertanya dari belakangnya dengan suara yang dalam, "Sebenarnya ingin tidur atau tidak? Aku harus berangkat besok pagi!"     

Gu Qingqing tahu. Ia tahu itu. Ia tahu Leng Sicheng tidak menyukainya sama sekali dan juga tidak akan secara khusus kembali untuknya. Lupakan soal Leng Sicheng yang tidak menidurinya, tetapi bagaimana mungkin pria itu akan mengkhawatirkan kondisi kesehatan tubuhnya? Gu Qingqing juga tidak pernah bermimpi seperti ini, bermimpi bahwa Leng Sicheng benar-benar sangat mencintainya.     

Leng Sicheng tampak tidak senang. Meskipun ia sangat kesal, ia masih mengulurkan tangannya. Satu tangannya merangkul bahu Gu Qingqing dan tangannya yang satu lagi diletakkan di perut Gu Qingqing. Ia mengeluh dengan suara yang dingin, "Lupakan saja. Daripada kamu menggangguku, berbaring dengan baik dan jangan bergerak!"     

Gu Qingqing jelas terkejut. Sebelum ia sempat melawan, tubuhnya sudah dipeluk oleh tubuh Leng Sicheng yang kuat dan hangat. Meskipun Gu Qingqing ingin melawan, tubuhnya yang lemas dan terasa dingin membuatnya tidak bisa bergerak.     

Gu Qingqing merasa sangat hangat dalam pelukan Leng Sicheng. Telapak tangan Leng Sicheng seperti kompor kecil. Meskipun tubuh Gu Qingqing masih merasa tidak nyaman, akhirnya ia tertidur tanpa ragu lagi.     

Bagaimanapun, Leng Sicheng besok akan berangkat ke luar negeri. Entah berapa hari sampai dia pulang. Tidak tahu juga kapan aku baru bisa bertemu dengannya setelah dia kembali ke Tiongkok…     

Gu Qingqing menggelengkan kepalanya dan tidak banyak berpikir lagi. Karena kehilangan darah dan juga kelelahan karena baru saja selesai bekerja, ia segera tertidur.     

———     

Pukul 5 keesokan paginya, Sekretaris Cheng datang ke Vila Xishan dan mengetuk pintu. Saat tangannya masih terulur di udara, kunci pintu tiba-tiba terbuka. Sekretaris Cheng sontak terkejut. Tangannya bahkan masih dalam postur terangkat, seperti ingin memukul orang.     

Leng Sicheng keluar dari pintu dengan ekspresi dingin. Ternyata ia telah berganti pakaian. Karena lampu ruangan tidak dinyalakan dan tirai ditutup, suasana tampak sangat redup.     

Sekretaris Cheng melangkah maju dan baru saja hendak memanggil. Namun, Leng Sicheng segera mengulurkan jari telunjuknya dan menyuruhnya untuk diam, "Ssst!"     

Tak lama setelah itu, Leng Sicheng perlahan-lahan berjalan keluar dan menutup pintu. "Pergilah berkemas. Kemasi semua barang dalam 20 menit dan tunggu di lantai bawah. Cepat!"     

Sekretaris Cheng segera berbalik dan pergi. Di zaman sekarang, menjadi seorang sekretaris masih harus seperti pembantu, bahkan sampai harus mengemasi bagasi.     

Leng Sicheng baru saja berbalik dan kembali. Gu Qingqing yang di dalam ruangan, tampaknya merasakan gerakan, lalu sedikit mengernyit dan berusaha membuka matanya. Leng Sicheng awalnya ingin pergi dengan tenang. Mungkin ia masih bisa memberinya ciuman perpisahan sebelum pergi. Tetapi, ia tidak menyangka bahwa Gu Qingqing akan bangun.     

Gu Qingqing dan Leng Sicheng saling memandang dan tatapan mereka bertemu di udara. Mungkin karena ruangan terlalu gelap, Gu Qingqing tidak dapat melihat ekspresi yang berlebihan di mata Leng Sicheng.     

Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Jendela ruangan tertutup rapat dan lampu tidak dinyalakan. Udara pun seolah-olah menjadi padat dan menyesakkan. Setelah sesaat diselimuti keheningan, Gu Qingqing berbicara terlebih dahulu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.