Kisah Istri Bayaran

Hati yang Melayang Jauh (2)



Hati yang Melayang Jauh (2)

0Leng Sicheng menarik napas dalam-dalam hingga beberapa kali, baru ia bisa meredakan tekanan depresi di dadanya. Setelah menikah selama tiga tahun, Leng Sicheng selalu ingin bisa memiliki hubungan dekat dengan Gu Qingqing. Bahkan, jika tidak ragu-ragu, ia membuat 'skandal' di luar sana juga karena ingin Gu Qingqing lebih memperhatikannya.     
0

Sekarang, ketika Leng Sicheng merasa keadaan akhirnya sesuai dengan keinginannya, perilaku Gu Qingqing terhadapnya malah berubah sedikit. Mengapa bisa begitu? Gu Qingqing tetap menolak untuk dekat dengan Leng Sicheng dan bahkan tidak memberikan sedikit kemungkinan untuk memiliki anak dengannya.     

Seberapa keras Leng Sicheng harus bekerja keras? Leng Sicheng arus menghabiskan berapa banyak waktu, tenaga, dan pikiran sampai akhirnya ia baru bisa benar-benar membuka hati Gu Qingqing?     

Leng Sicheng mengambil handuk dan menyeka rambut cokelatnya hingga sedikit berantakan, seperti hatinya yang berantakan. Ada handuk yang menutupi wajahnya dan bisa menutupi rasa sakit yang terpancar dari matanya. Ketika Leng Sicheng kemudian menyingkirkan handuknya, ekspresinya telah kembali tenang seperti sebelumnya. Tatapan matanya juga kembali tenang seperti sebelumnya.     

Leng Sicheng melempar handuk ke keranjang cucian, lalu melangkah maju ke pintu. Gu Qingqing sedikit tercengang saat melihat Leng Sicheng berbalik. Mungkin karena beberapa hari ini mereka tidur bersama, Gu Qingqing telah lupa bahwa Leng Sicheng sebelumnya selalu tidur di ruangan buku.     

"Apakah kamu sudah lapar? Supnya harusnya masih belum selesai dimasak, kan?" tanya Gu Qingqing.     

Leng Sicheng menghentikan langkah kakinya. Ia sepertinya mendengar Gu Qingqing tanpa sadar merasa bahwa mereka harus tidur bersama. Ada sedikit gelombang fluktuasi di hati Leng Sicheng, namun ia masih sedikit tidak yakin. Ia menoleh, mengangkat alisnya, dan membalas dengan nada dingin, "Mengapa? Kamu ingin tidur denganku?"     

Gu Qingqing terkejut. Ia tiba-tiba teringat bahwa Leng Sicheng mungkin ingin pergi ke ruang buku, jadi ia segera menggelengkan kepala, "Aku tidak..."     

...bermaksud begitu.     

Gu Qingqing masih belum sempat menyelesaikan kata-kataya, tapi Leng Sicheng sudah menarik kembali pandangannya. Bulu matanya sedikit turun dan ekspresinya tetap dingin, tetapi kakinya yang bersiap untuk pergi melangkah dengan cepat ke arah ranjang besar. Leng Sicheng menjatuhkan tubuh rampingnya ke ranjang dan berpura-pura memasang ekspresi tidak sabar sambil mengerutkan kening.     

"Aku harus bangun pagi besok. Kamu sebaiknya jangan menggangguku!" kata Leng Sicheng. Kemudian, ia menutup matanya dan bahkan tidak melihat Gu Qingqing lagi.     

"Aku tidak..."     

Gu Qingqing melihat Leng Sicheng telah berbaring sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya. Ia pun berbalik dan membersihkan diri di kamar mandi. Bahkan, ia mengambil pengering rambut dan juga mengeringkan rambut di kamar mandi karena takut akan membangunkan Leng Sicheng.     

Ketika Gu Qingqing keluar, ia melihat Leng Sicheng tampaknya telah tertidur. Pengatur suhu di kamar mengembuskan udara yang hangat. Leng Sicheng bernapas dengan teratur dan berbaring terlentang dengan kedua tangan di dadanya. Pria itu tidur nyenyak dengan mata tertutup.     

Tirai tidak ditutup dan juga ada sedikit celah jendela yang tidak tetutup. Gu Qingqing berjalan ke tepi jendela dan menutup jendela dengan lembut, lalu menoleh dan melirik ke belakang. Cahaya bulan yang hangat menyinari ruangan melalui jendela. Mungkin karena cahaya bulan terlalu kabur, seluruh sudut wajah Leng Sicheng yang tajam jadi terlihat lebih lembut.     

Gu Qingqing merasakan sekali lagi betapa tampannya Leng Sicheng dan betapa memesonanya Leng Sicheng, seperti bintang. Tetapi, karena itu juga, Gu Qingqing baru merasakan betapa jauh jarak Leng Sicheng darinya. Seperti Gu Qingqing yang saat ini berdiri di samping ambang jendela dan memandang bintang-bintang yang begitu jauh.     

Gu Qingqing perlahan naik ke sisi lain tempat tidur dengan lembut dan mengangkat selimut. Ia ingin mendekati Leng Sicheng, tetapi ia juga takut pria itu tahu bahwa dirinya mendekatinya dan marah. Gu Qingqing pun hanya bisa bergerak sedikit di balik selimut.     

Ketika Gu Qingqing tak sengaja bersentuhan dengan Leng Sicheng, ia cepat-cepat menjauh dari pria itu. Ia samar-samar mencium bau tubuh Leng Sicheng yang menguarkan aroma sabun dan sampo yang sama dengannya. Gu Qingqing menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan tertidur.     

Ketika Gu Qingqing tertidur, Leng Sicheng tiba-tiba membuka matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.