Kisah Istri Bayaran

Hati yang Melayang Jauh (3)



Hati yang Melayang Jauh (3)

0Gu Qingqing baru saja mendekati Leng Sicheng, kemudian segera melarikan diri lagi, seolah-olah tidak ingin menyentuhnya sama sekali. Tetapi, Gu Qingqing juga secara alami merasa bahwa mereka harus tidur bersama. Bukan sebagai suami atau kekasih, tetapi seolah mereka hanya sebagai kerabat.     
0

Udara dipenuhi dengan aroma tubuh Gu Qingqing. Aroma itu samar dan tidak kuat, tapi rasanya menyebar di mana-mana seperti udara. Aroma itu seolah-olah terjalin menjadi jaring halus dan padat yang melilit Leng Sicheng dengan erat. Meskipun tubuhnya sangat lelah dan bahkan pikirannya juga lelah, Leng Sicheng malah tidak bisa tidur sama sekali.     

Ketika Leng Sicheng belum kembali, ia selalu ingin cepat-cepat kembali. Tetapi, setelah ia sudah kembali, ia malah merasa lebih baik jika ia tidak kembali. Tentu saja, Leng Sicheng senang karena Gu Qingqing menunjukkan perubahan kecil seperti ini. Tetapi, ini hanyalah langkah pertama dalam perjalanan jutaan kilometer. Setelah itu, masih ada ribuan kesulitan tak terhitung yang menunggu Leng Sicheng menyeberanginya.     

Jam meja emas tua telah berdenting sebanyak dua belas kali. Hari lama telah berlalu, hari yang baru akan segera tiba. Leng Sicheng membuka matanya dan melihat ke arah langit-langit. Sementara itu, Gu Qingqing yang berbaring di sebelahnya telah masuk ke dalam dunia mimpi dengan nyaman.     

Leng Sicheng memanggil Gu Qingqing dengan lembut, tetapi wanita itu tidak menjawab. Ia sejenak menatap Gu Qingqing dengan dingin, kemudian perlahan-lahan mendekatinya. Punggung tangan Leng Sicheng menempel pada tangan Gu Qingqing, kemudian menempel pada lengannya. Namun, saat ia menyentuh Gu Qingqing, tampaknya wanita itu tidak bereaksi sama sekali.     

Leng Sicheng mendekati Gu Qingqing lagi dan memegang tangannya. Kemudian, priia itu memeluk bahu Gu Qingqing dan menariknya ke dalam pelukannya. Gu Qingqing akhirnya mengerutkan kening karena gerakan yang begitu besar, tetapi ia tidak bangun Mungkin ia agak lelah karena kesibukan beberapa hari ini dan baru saja berolahraga.     

Sepertinya, Gu Qingqing malah mencium aroma tubuh Leng Sicheng yang familier. Awalnya Leng Sicheng menarik dan memeluknya, tetapi sekarang ia berinisiatif mengulurkan tangannya dan memeluk Leng Sicheng. Gu Qingqing mengusapkan kepala kecilnya ke pundak Leng Sicheng, kemudian mencari posisi yang paling nyaman dan tertidur sendiri. Sementara itu, seberapa besar pun amarah Leng Sicheng, saat ini semuanya telah menghilang karena Gu Qingqing memeluknya dan mengusapkan kepalanya. Wanita mungil di pelukannya begitu harum.     

Gu Qingqing memiliki kemampuan seperti ini. Ia bisa membawa Leng Sicheng ke surga selama sedetik, kemudian memasukkannya ke neraka di detik berikutnya.     

Hanya saja, meskipun Leng Sicheng lelah, naluri lelaki itu muncul kembali lagi karena Gu Qingqing memeluknya seperti ini. Leng Sicheng hanya bisa memandang lampu kristal yang tergantung di langit-langit. Meskipun Gu Qingqing secara tidak sadar mendekat dalam tidurnya dan hati Leng Sicheng juga agak senang, pendekatan ini juga secara bersamaan membangkitkan reaksi Leng Sicheng.     

Bagaimanapun, Leng Sicheng malah tidak bisa segera menekan dan menjatuhkan Gu Qingqing. Ia bahkan tidak berani bergerak karena takut akan membangunkan Gu Qingqing. Leng Sicheng pun terus memandangi cahaya yang berkedip dari lampu kristal. Wanita di pelukannya adalah seseorang yang paling ingin disentuh, tetapi ia malah menjadi kaku seperti kayu.     

Leng Sicheng hanya bisa diam-diam mulai membisikkan 'mantra' untuk menenangkan pikirannya, "Sapi kecil di sekitar saku, kacang polong di saku..."     

  ----     

Kring… Kring… Kring...     

Terdengar sebuah suara deringan yang memekakkan telinga yang menandakan bahwa akhirnya akhir pekan telah tiba. Gu Qingqing ingin mematikan suara deringan yang menyebalkan ini tanpa sadar, tapi tiba-tiba sebuah kilatan cahaya melintas di benaknya. Tangannya seperti sedang melilit sebuah objek tubuh manusia.     

Leng Sicheng merasakan embusan napas panas dan jaraknya begitu dekat hingga ia juga bisa merasakan suara napas yang stabil. Terdengar suara detak jantung yang tenang dan kuat. Detak jantung mereka sepertinya saling bersahutan satu sama lain, seperti menampilkan permainan musik dalam sebuah konser.     

Gu Qingqing tiba-tiba membuka matanya dan ternyata mata Leng Sicheng yang dingin langsung muncul di hadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.