CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

731. Tidak bisa berkelit



731. Tidak bisa berkelit

0Tara semakin kalut pikirannya. Menghubungi Jonatan berkali-kali pun rasanya tidak ada gunanya. Jangankan mengangkat telepon dari wanita cantik ini, membalas satu pesan yang di kirim oleh Tara saja tidak ada.     
0

"Sial! Haruskah aku pergi ke rumahnya lagi?" Tara masih berfikir ulang. Bagaimana jika nanti saat ia keluar dan menemui Jonatan di rumahnya, papanya meminta orang kepercayaan untuk menguntitnya tanpa sepengetahuan Tara. Ini akan sangat berbahaya bagi Tara maupun Jonatan.     

"Tidak, apa yang harus aku lakukan? Sekarang hari juga sudah semakin malam. Bahkan satu jam lagi sudah waktunya makan malam." Kata Tara dalam hati. Ia hanya harus mempersiapkan, jika sewaktu-waktu nanti papanya bertanya lagi soal laki-laki yang akan menikah dengannya.      

"Aaghh... Pusing! Aku terlalu fokus dengan Jonatan, sehingga tidak memikirkan hal ini." Kata Tara yang kesal dengan dirinya sendiri. Ia sampai lupa kalau Minggu depan sudah harus menyeret satu laki-laki untuk menjadi kambing hitam dan menikah dengannya. Tara sudah sangat terjepit dan tidak perduli lagi seperti apa rupa, jabatan, atau seberapa kaya laki-laki itu. Yang penting kali ini ia harus mendapatkan suami.     

Awalnya Tara sudah tidak menginginkan kehamilan itu berlanjut lebih lama lagi. Sebab baginya ini sangat menggangu. Tetapi aibnya ini keburu diketahui oleh papa dan mamanya, sehingga ia sudah tidak bisa kabur lagi dari tanggungjawab kecuali memilih untuk menikah dan melahirkan bayi itu.     

"Nona muda, tuan dan nyonya besar sudah menunggu anda di ruang makan untuk makan malam." Kata Xin er yang memanggil Tara dari luar pintu kamar Tara.     

"Iya... Katakan kepada mereka, aku akan turun sebentar lagi." Kata Tara.     

"Baik, nona muda."      

Xin er kemudian kembali lagi ke ruang makan untuk menyampaikan pesan dari Tara kepada tuan dan nyonya besarnya.     

"Sayang... Apakah kau sudah menemukan laki-laki yang merupakan papa bayi Tara?" Kata Sonya yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menikahkan Tara dengan laki-laki itu. Semakin lama perut Tara akan  kelihatan dan tidak disembunyikan lagi.     

"Sekalipun aku menemukannya. Aku tidak akan menikahkan Tara dengan laki-laki itu. Kata Jerry Jiang yang sudah mengecek ke hotel tempat Tara menginap malam itu.      

Jelas sekali malam itu adalah Jonatan yang menginap dengan Tara berdasarkan ciri-ciri dan saksi yang mengantarkan keduanya ke hotel malam itu. Yang ada Jerry Jiang akan menjebloskan jonathan ke penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu kepada Tara.     

"Sayang... Apa maksudmu? Jika kau sudah tahu siapa laki-laki itu. Bukankah akan lebih mudah. Tetapi mengapa kau malah menolaknya. Apakah karena dia miskin, dan tidak selevel dengan keluarga kita?" Tanya Sonya yang penasaran dengan penolakan Jerry Jiang kepada calon menantunya itu. Tetapi Sonya sama sekali tidak berfikir itu adalah Jonatan karena tara sebelum telah membantah, jika itu adalah anaknya dengan laki-laki lain. Hal ini berbeda dengan Jerry Jiang yang sejak awal sudah mencurigai bahwa itu adalah bayi milik Jonatan.     

"Aku memiliki sebuah alasan. Nanti juga kau akan tahu." Kata Jerry Jiang yang membungkam paksa mulut Sonya supaya  tidak banyak bertanya dan ikut campur dalam rencananya.     

Belum juga Sonya selesai bertanya kepada suaminya. Terlihat Tara sudsh turun dari tangga dan berjalan menuju kearah mereka berdua untuk makan malam bersama.     

Mereka bertiga makan malam bersama. Tetapi suasananya sepi seperti makan malam sendiri-sendiri. Tidak ada satupun suara yang terucap dari masing-masing mulut ketiganya. Kecuali suara berisik perpaduan gerakan alat makan mereka bertiga.     

"Ini ada apa? Mengapa papa dan mama cuma diam saja? Ini aneh sekali." Kata Tara dalam hatinya yang malah merasa curiga, ketika papa dan mamanya tidak banyak bicara. Padahal ekspresi wajah mereka berdua tersirat ada banyak pertanyaan yang siap di lontarkan kepada Tara.     

"Eh'em" suara Jerry Jiang yang sedang berdeham keras, sebagai tanda akan memulai percakapan yang sedikit serius. Tetapi ini semua hanyalah persepsi Tara saja.     

Mata Tara melirik ke arah papa dan mamanya. "Aku harus mencari pembahasan yang menarik, sebelum papa mendahului percakapan tentang laki-laki calon suamiku. Arhhg.. sial, benar-benar sangat merepotkan." Kata Tara dalam hati.     

"Oh, ya mama. Aku tadi jalan-jalan dan melihat tas yang sangat cantik. Bagaimana kalau besok kita kesana untuk membelinya?" Kata Tara sambil tersenyum manis. Ya, tentu saja orng yang paling mudah untuk diajak bicara dan diambil hatinya saat ini adalah mamanya. Berbicara dengan papanya sama saja memancing di air keruh alias cari masalah.     

"Tara, besok papa sedang ada waktu kosong. Bagaimana jika kau mempertemukan papa dengan kekasihmu itu? Hmm... Papa yang akan membawa seseorang untukmu." Kata Jerry Jiang dengan begitu tenang dan santai. Meskipun ia tahu bahwa kata-katanya ini seperti racun untuk Tara saat ini yang bisa membunuh Tara secara perlahan-lahan.     

"A-apa?! Dia ... Dia sangat sibuk papa. Aku rasa besok dia tidak akan bisa bertemu." Kata Tara yang kebingungan mencari alasan untuk menolak keinginan papanya untuk bertemu kekasihnya atau lebih tepatnya calon suami Tara karena memang Tara belum menemukan orang yang tepat untuk Beradu acting dengan Tara soal pernikahan.     

"Oh, ya?! Sesibuk apa laki-laki yang kau temui di restoran siang tadi. Kau pikir papa tidak tahu siapa dia. Cuma pemuda pengangguran yang luntang-lantung kesana kemari tidak jelas tujuan hidupnya." Kata Jerry Jiang menyindir kepada Tara.     

"A-apa?! Bu-bukan dia. Dia hanya temanku saja. Papa salah paham, aku mana mungkin punya hubungan dengan pemuda Seperti itu. Papa tentu sudah tahu seperti apa selera ku, soal laki-laki." Kata Tara yang berusaha mengelak ada hubungannya dengan laki-laki yang ia temui di restoran. Ia bahkan sampai berbicara dengan gagap karena takut kalau papanya menyelidiki lebih dalam soal laki-laki bayaran yang ia mintai bantuan untuk membuat dokumen palsu untuk Jonatan.     

"Oh, ya. Papa harap juga seperti itu. Katakan padanya untuk datang ke kantor papa jam 1 siang besok. Aku ingin tahu, laki-laki brengsek Seperti apa yang kau pilih untuk menjadi suamimu." Kata Jerry Jiang sambil tersenyum menyeringai.     

"Tetapi papa? Aku tidak yakin ia bisa datang." Kata Tara yang masih mencoba untuk membujuk Papanya supaya tidak memaksa untuk bertemu besok.     

"Sesibuk apapun dia tentu akan meluangkan waktunya besok untuk menemui calon papa mertuanya. Bukankah begitu, Tara sayang?" Kata Jerry Jiang yang semakin memaksa dan tidak bisa untuk di tawar-menawar lagi. Ia tahu kalau Tara dari tadi hanya mencari-cari alasan saja dan mengulur waktu.     

*Apakah kali ini Tara bisa berkelit lagi, atau hanya bisa pasrah pada nasib?     

------------------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift) yang     

L. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintangⁿ     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat dan terimakasih ataqs dukungannya!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. CALON ISTRIKU YANG MANIS     

2. PERFECT HUSBAND : THE CEO'S SWEET WIFE     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.