CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

687. Rumah Kakek Hao



687. Rumah Kakek Hao

0Tuan muda Yu mulai melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu masuk desa itu bersama dengan asisten Daniel. Ada beberapa orang yang terlihat sedang duduk santai di depan rumah, dan ada juga orang-orang yang sedang sibuk menjemur pakaian, kayu bakar yang masih basah, menyapu lantai dan sebagainya. Terlihat dari orang-orang itu memandang asisten Daniel dan tuan muda Yu dengan sedikit aneh dan heran. Untuk apa juga orang yang kota yang berpakaian rapi seperti mereka berdua itu repot-repot turun kejalan yang becek dan licin di desa itu? Semuanya itu hanya akan membuat sepatu dan pakaian mahal mereka akan kotor terkena lumpur basah dari genangan air hujan.     
0

"Maaf, Tuan. Saya ingin bertanya? apakah anda tahu dimana rumah seorang kakek tua yang biasanya mencari kayu bakar di hutan di dekat desa ini?" Tanya asisten Daniel kepada salah satu orang laki-laki setengah baya yang sedang duduk santai di depan rumahnya. Laki-laki ini hanya terdiam dan menikmati udara pagi yang masih sejuk dan segar di desa itu.     

"Kakek tua pencari kayu bakar? Siapa namanya? Disini ada begitu banyak kakek-kakek tua atau nenek-nenek tua yang pekerjaannya mencari kayu bakar di hutan sebelah. Bagaimana saya tahu kakek mana yang mana yang tuan-tuan ini maksud?" Kata laki-laki penduduk desa itu yang merasa bingung dengan pertanyaan yang di berikan oleh asisten Daniel, karena memang ada Banyak laki-laki tua di desa itu yang sering mencari kayu bakar di hutan.     

"Hmm... Kami sama sekali tidak tahu namanya. Kami cuma bertemu dengannya satu kali. Kakek itu tinggi dan kurus, rambutnya semuanya berwarna putih penuh dengan uban, pakaiannya lusuh berwarna hitan dengan kancing pakaiannya yang tidak dikaitkan sama sekali sehingga tulang-tulang rusuk di dadanya terlihat jelas menonjol." Kata asisten Daniel yang berusaha memberikan gambaran ciri-ciri kakek tua yang menitipkan wanita yang terluka wantu itu untuk dibawa ke rumah sakit.     

Penduduk desa ini hanya tersenyum mendengarkan kata-kata asisten Daniel yang memberikan ciri-ciri orang yang dicarinya itu terlalu umum, sehingga laki-laki penduduk desa itu juga Sulit untuk membantu mereka berdua menemukan orang yang dimaksud.     

"Coba tuan berdua menoleh kebelakang. Lihatlah laki-laki tua yang duduk di depan rumah bercat hijau itu. Dia juga sudah tua, badannya kurus, rambut beruban berwarna putih, pakaian tidak hanya lusuh, tetapi juga sedikit sobek dan berwarna hitam. Apakah laki-laki itu yang sedang tuan-tuan cari? Jika salah, mungkin anda harus menyebutkan sesuatu yang lebih khusus dari orang yang tuan cari." Jelas laki-laki penduduk desa itu kepada asisten Daniel dan tuan muda Yu yang memandang kearah rumah yang di tunjukkan oleh penduduk desa itu.     

Di depan rumah itu memang ada seorang laki-laki tua yang sedang duduk sambil merokok di teras rumahnya. Tetapi laki-laki tua itu bukanlah orang yang sedang dicari oleh tuan muda Yu dan asisten Daniel saat ini.     

Hayden Yu dan asisten Daniel hanya menggelengkan kepala mereka. "Maaf bukan kakek itu yang kami maksud." Kata tuan muda Yu yang kemudian terdiam sejenak sambil berpikir untuk mengingat-ingat tentang sesuatu yang lebih khusus dan detail dari ciri-ciri fisik kakek tua itu.     

"Kakek tua itu memiliki bekas luka di dada bagian kirinya dan ada tahu lalat di bawah mata sebelah kanan, meskipun pakaiannya waktu itu lusuh dan kotor, tetapi sebenarnya kakek itu berkulit putih. Suaranya sedikit berat dan serak." Kata Hayden Yu berusaha memberikan sedikit penjelasan ciri-ciri yang lebih khusus yang dimiliki oleh kakek itu kepada penduduk desa tadi.     

"Oh, sepertinya saya tahu siapa orang yang tuan maksud. Ciri-ciri yang tuan sebutkan sangat mirip dengan kakek Hao. Jika kalian berdua ingin pergi ke rumahnya. Kalian harus berjalan lurus mengikuti jalan ini sampai bertemu dengan sebuah toko kecil. kemudian belok ke kiri ada sebuah kebun kosong, kalian berdua berdua belok kanan sampai ke ujung jalan. Disana ada sebuah gubuk kecil yang sederhana. Di sanalah kakek Hao tinggal." Jelas penduduk desa itu memberi tahu arah menuju rumah kakek Hao.     

"Ya Tuhan, itu alamat rumah apa rel kereta api. Jauh sekali, sedangkan jalan begitu licin dan di penuhi dengan kubangan lumpur. Sepatu tuan muda saja yang mahal itu sudah seperti roti yang di lumuri selai coklat. Bagaimana jika saat menuju rumah itu kami terpeleset dan jatuh? Ah... Itu pasti sangat kotor dan menjijikkan." Pikir asisten Daniel sambil bergumam dalam hati. Setelah melihat betapa panjang dan jauhnya jalan lurus dan sempit yang harus mereka lalui pertama kali.     

Tanpa banyak berfikir asisten Daniel mengambil beberapa lembar uang yang ada disaku jas yang dipakainya. Kemudian meraih tangan laki-laki penduduk desayang memberitahu arah menuju rumah kakek Hao.     

"Tuan, bisakah anda mengantarkan kami?" Kata asisten Daniel kepada laki-laki itu. Dengan begitu mereka tidak akan salah arah dan langsung menunju ke tempat yang mereka inginkan.     

"Tentu saja tuan." Kata laki-laki itu sambil tersenyum manis, Setelah melihat setumpuk uang yang di berikan asisten Daniel kepadanya.      

Laki-laki itu kemudian berjalan terlebih dahulu di depan tuan muda yidan asisten Daniel untuk menunjukkan arah. Jalan yang begitu licin akibat hujan itu, beberapa kali hampir membuat sang tuan muda terjatuh.     

"Tuan muda, hati-hati" kata asisten Daniel yang segera menangkap tubuh tuan muda Yu yang hampir saja jatuh.     

"Terimakasih Daniel." Kata tuan muda Yu yang menegakkan kembali posisi berdirinya.     

"Dasar lumpur sialan! Licin sekali, sungguh membuat orang hampir celaka saja." Kata asisten Daniel yang mulai menggerutu sendiri karena tidak hanya tuan mudanya yang hampir jatuh. Asisten Daniel sendiri sudah terpeleset berkali-kali, hingga jas nya yang berwarna putih itu sidah dangat kotor karena cipratan lumpur yang terlempar dari sepatu yang dipakainya.     

"Ha... Ha... Tuan-tuan berdua percuma saja menggerutu. Jalan disini memang seperti ini. Jadi bersabarlah. Jika ingin jalan mulus seperti pipi wanita cantik. Kalian bisa lewat kota saja." Kata laki-laki penduduk desa itu yang justru menertawakan keduanya karena sedari tadi asisten Daniel hanya marah-marah dan mengumpat tanpa henti sepanjang perjalanan ke rumah kakek Hao.     

"Tuan, apakah rumah kakek itu masih jauh?" Tanya asisten Daniel yang sudah mulai tidak sabar, sedang tuan muda Yu sedari tadi justru hanya diam saja tanpa bicara sepatah katapun. Mendengarkan ocehan Daniel saja, tuan muda Yu sudah pusing. Jadi lebih baik ia menyimpan tenaganya untuk hal lain yang lebih penting.     

*Akankah tuan muda Yu dan asisten Daniel bertemu dengan Kakek Hao, atau mereka berdua hanya menjadi korban penipuan?     

------------------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift) yang     

L. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintangⁿ     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat dan terimakasih ataqs dukungannya!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. CALON ISTRIKU YANG MANIS     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.