CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

803. berhasil membantu orang lain, gagal membantu diri sendiri



803. berhasil membantu orang lain, gagal membantu diri sendiri

0perkataan asisten Steven Yohan mulai tersenyum. sepertinya Ia memiliki kesempatan untuk bertanya lebih banyak dan lebih dalam lagi.     
0

"Oh itu sangat bagus. Aku pasti mendukungmu jika memang engkau sudah memiliki wanita yang engkau sukai. Ngomong-ngomong Apakah engkau sudah memiliki kekasih?"      

Asisten steve hanya tersenyum saja. Sampai saat ini. ia belum juga memiliki wanita yang berhasil bertahta di dalam hatinya. Sebenarnya saat ini ia sedang menyukai seseorang tetapi rasanya, ia belum cukup pantas untuk mendapatkannya.     

"Emm... Belum." dengan sedikit malu-malu asisten tampan ini menjawab pertanyaan dari Yohan.      

"Ya, Tuhan. Aku sudah sangat berdosa kepadamu. Ini pasti karena aku terlalu banyak memberikan pekerjaan kepadamu sehingga engkau tidak memiliki waktu untuk melakukan kencan dengan seorang wanita. Maaf." Kata Yohan dengan memperlihatkan ekspresi wajah yang begitu menyesal dan sedih. meskipun sebenarnya hal itu hanya akting saja, sebagai penunjang keberhasilan misinya kali ini.     

"Tidak! Itu sama sekali tidak benar. anda sudah sangat baik kepada saya. semua pekerjaan itu memang sudah selayaknya saya kerjakan sebagai asisten anda, Presdir." Jawab Steve dengan tergesa-gesa, untuk menghilangkan rasa canggung diantara mereka saat ini. Bagaimana bisa sang presdir berkata seperti itu. Menurutnya yang dilakukan oleh sang presdir selama ini sudah benar. Soal status asisten steve yang masih lajang sampai saat ini, bukanlah karena kesalahan sang presdir, atau terlalu banyaknya pekerjaan yang steve lakukan. Melainkan memang asisten Steve belum menemukan orang yang cocok saja. Jadi, sang presdir tidak perlu ada rasa bersalah. Apalagi sampai meminta maaf kepadanya.     

"Aku akan membantumu. Bagaimana menurut dengan gadis nakal ini?" Yohan mulai bermain mata dan melirik kearah Emelly yang sejak tadi sudah deg degan di dalam hatinya. Ia hanya bisa meremas-remas jari-jarinya sendiri untuk mengurangi rasa kesalnya.     

Belum juga asisten steve menjawab pertanyaan asisten steve. Yohan melihat mama beranjak dari tempat duduknya, seolah tidak tertarik dengan isi pembicaraan mereka.     

"Kalian lanjutkan ngobrolnya. Mama, akan masuk kedalam untuk menemui papamu." Nyonya Kim beranjak pergi dari tempat itu. Ia tidak mau mencampuri urusan anak-anaknya untuk saat ini. Lagipula mereka mungkin hanya sedang bercanda saja.     

"Mom, aku ikut. Kepalaku sedikit pusing." Emelly dengan cepat mencari alasan yang tepat untuk beranjak berdiri dari tempat duduknya. Baginya ini adalah waktu yang tepat untuk melarikan diri. Jika ia tetap di tempat itu, kakaknya itu pasti akan membuatnya malu di hadapan asisten steve.     

Sekali lagi kakak laki-lakinya menahan gadis cantik ini dengan meraih lengannya.     

"Kau sakit? Bagaimana jika aku meminta asisten steve mengantarmu ke rumah sakit?" Yohan mendongak memandang Emelly yang belum juga menjawab pertanyaannya.     

"Steve, antarkan gadis nakal ini untuk berobat ke rumah sakit." Yohan tidak kehabisan akal untuk membuat dua orang muda-mudi ini semakin dekat dan mengenali perasaan mereka masing-masing. bukan berarti Yohan tidak mendukung dokter glen untuk bersama dengan adik perempuannya itu. Tetapi sahabatnya itu terlalu sibuk dengan kebimbangan perasaannya sendiri dan tidak dapat mengambil keputusan tegas untuk memutuskan siapa yang pendamping hidupnya. Mungkin dengan kehadiran asisten steve yang selangkah lebih maju ke depan. Bisa membuat dokter tampan dan juga Emelly itu sadar. Siapa yang sebenarnya memiliki hati mereka (orang yang mereka cintai). Sebab rasa cinta yang di gantung tanpa kepastian, hanya akan menghadirkan luka dihati mereka.     

"Baik, Presdir." Asisten steve hanya tersenyum. Steve segera berdiri dan siap melaksanakan perintah sang presdir. Namun segera menolak untuk diantar ke rumah sakit. Sebab sebenarnya sakit kepala itu hanya kebohongan saja. Emelly tidak menyangka kalau kakaknya sangat menyebalkan dan selalu saja menggagalkan aksinya untuk kabur.     

"Tidak. Kak Steve, aku hanya perlu istirahat saja. Tidak perlu sampai mengunjungi dokter." Emelly menolak uluran tangan asisten steve dengan senyum cengar-cengir karena malu bercampur bingung.      

Asisten steve akan menarik uluran tangannya yang berada di hadapan Emelly dan sang presdir. Tetapi Yohan yang menyadarinya, segera mengangkat tangan Emelly yang ia genggam dan meletakkannya di atas telapak tangan kanan Asisten tampan itu.      

"Antarkan dia ke kamar, dan pastikan ia tidak pingsan atau terpeleset di tangga saat berjalan." Kata Yohan kepada asisten steve. Meskipun kata-kata itu di tunjukkan kepada Emelly.     

"Eh!" Emelly hanya bengong dengan bibi melongo.      

"Siap presdir." Jawab Steve dengan senyuman lebar bahagia. Apapun tujuan sang presdir kali ini melakukan hal itu. Steve menerimanya dengan senang hati. Suatu kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bisa di beri kepercayaan untuk menjaga adik cantik perempuan sang presdir ini.     

"Kalau begitu, ayo cepat. Kalian bertiga terlalu banyak drama." Ucap nyonya Kim yang sengaja menyindir ketiganya. Jika memang Yohan ingin Emelly berkencan dengan Steve. Mengapa tidak langsung mengatakannya saja, daripada membuang-buang waktu dengan saling menyindir dan menciptakan drama yang tidak penting seperti itu. Begitu juga Emelly yang menurut nyonya Kim tidak bisa Jujur kepada perasaannya sendiri, antara Glen atau asisten steve.      

Nyonya Kim berjalan terlebih dahulu meninggalkan tempat itu, sedangkan Emelly dan asisten steve mengikuti di belakangnya.     

Yohan yang sendiri, segera beranjak dari tempat itu dan berjalan mendekati istrinya yang sedang berdiri di tepian kolam ikan, sambil menggendong bayi mereka.     

"Sayang, bagaimana kalau kita melanjutkan lagi hal yang telah tertunda tadi." Bisik Yohan dengan hembusan nafas hangatnya di telinga wanita cantik ini. Kedua lengan kekarnya telah melingkar hangat di pinggang ramping Tiara. Seperti seekor ular yang melilit mangsanya dan tidak ingin melepaskannya.     

"Aku harap kau masih ingat kesepakatan kita." Kata Tiara mengingatkan kepada Yohan soal kesepakatan mereka berdua saat di rumah sakit, sebelum Tiara bersedia untuk pulang ke kediaman keluarga besar Kim waktu itu. Ya! tidak ada hubungannya fisik, atau hal intim lainnya yang akan terjadi diantara mereka berdua, Tanpa izin dari Tiara. Hati Tiara masih saja begitu dingin, meskipun Yohan sudah berusaha mengembalikan ingatan Istrinya dengan segala cara. Tetapi sampai sekarang Tiara masih saja sangat siaga dan belum bisa mempercayai dirinya sepenuhnya.     

------------------------------     

Hai, readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift) yang     

L. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintangⁿ     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat dan terimakasih ataqs dukungannya!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. CALON ISTRIKU YANG MANIS     

2. PERFECT HUSBAND : THE CEO'S SWEET WIFE     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.