CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

727. Aku ingin pulang



727. Aku ingin pulang

Dokter Glen berjalan mendekati Yohan yang terlihat masih begitu acuh dengan kedatangan dokter tampan ini. Kebiasaannya dua sahabat ini tidak akan puas, sebelum saling menggoda, sampai salah satu diantara mereka merajuk dan jengkel.     

 "Hei, Papa muda. Seribu sekali, baca apa? Ini baby mu sedang bangun dan mencari mamanya." Kata dokter Glen yang memperlihatkan video call antara dirinya dengan Emelly juga nyonya Kim.     

Yohan segera mendongak dan melihat ke layar handphone dokter Senyuman manis mengembang di bibirnya.     

"Hai, Kim Tan sayang. Maaf papa masih belum bisa pulang untuk menggendong anak papa tersayang. Jangan nakal ya, mama masih tidur. Nanti jika mam sudah sembuh, papa dan mama akan segera pulang." Kata Yohan yang merasa sangat senang melihat putranya, meskipun hanya lewat video call saja.     

"Sayang, katakan iya kepada papa. Papa jangan khawatir, aku tidak akan nakal. Papa jaga baik-baik mama disana." Kata Emelly yang mewakili baby Kim Tan untuk berbicara dan menjawab kata-kata Yohan.     

"Aku juga merindukanmu Tante kecil." Kata dokter glen menyela pembicaraan antara Yohan dengan adiknya itu sambil tersenyum genit.     

Seketika Emelly cemberut dan memalingkan wajahnya. Gadis cantik ini masih jengkel dengan Dokter glen sejak bertemu di Rumah sakit H kota J itu, Sampai sekarang rasa sakit hati rame Belum juga hilang.     

"Haits... Tante jahat sekali. Aku bilang rindu malah di cuekin." Kata dokter Glen yang merasa kecewa dan sedih.     

"Rasakan kamu! Makanya jadi laki-laki jangan playboy." Kata Yohan bergumam pelan sambil tertawa melihat tingkah laku adik perempuannya dan juga sahabatnya itu sudah seperti anak kecil yang sedang bertengkar Sampai tidak mau saling menyapa satu sama lain.     

"Dasar kalian berdua ini ya, sama-sama jahat dan tega kepadaku. Aku pergi dulu, baby gendut. Nanti jangan lupa kembalikan handphone ku ke ruangan ku, jika sudah selesai." Kata dokter Glen yang berjalan keluar ruangan untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.     

Tiara yang baru saja terbangun melihat Yohan sedang berbicara sendiri sambil menatap ke layar handphonenya dengan tersenyum bahagia. Yohan berbicara dengan beberapa kali menyebutkan nama anak mereka, baby Kim Tan. Rasa penasaran dan juga rindu Tiara pun muncul. Sejak bangun tidur hingga siang ini ia belum sama sekali bertemu putranya. Pasti bayinya itu sudah sangat haus dan lapar karena belum mendapatkan ASI darinya.     

"Yo... Yohan. Apakah itu baby Kim Tan. Bolehkah aku melihatnya?" Kata Tiara memanggil suaminya itu dengan suara sedikit serak, khas orang yang baru saja bangun tidur dengan tenggorokannya yang masih kering.     

"Apa?" Kata Yohan yang hanya memandang sebentar kearah Tiara dan tidak terlalu jelas mendengarkan apa yang Tiara katakan tadi, karena terlalu fokus dengan layar handphonenya dan memangdang Kim Tan yang sangat imut dan lucu itu.     

"Sial! Kenapa dia hanya melirik ke arahku saja dan tidak bergerak sama sekali. Dia ini pura-pura tuli atau apa? Sangat menyebalkan! Jangan-jangan dia ingin aku memanggilnya sayang seperti tadi malam, baru ia mau mengabulkan keinginanku. Brengs*k, aku benar-benar terjebak dalam permainan laki-laki bernama presdir Kim ini." Kata Tiara menggerutu dalam hatinya. Di satu sisi Tiara sangat ingin melihat putranya, tetapi disisi lain ego dan harga dirinya terlalu tinggi untuk di tundukkan oleh Yohan. Meskipun hanya sekedar untuk memanggil dengan sebutan sayang saja kepada suaminya sendiri.     

"Yohan... Apa kau mendengarku?" Kata Tiara berteriak memanggil Yohan sekali lagi. Tetapi kali ini dengan suara yang sedikit di rendahkan, dan tidak memakai kata perintah sama sekali.     

"Ya, ada apa? Apa kau perlu sesuatu, sayang?" Tanya Yohan yang berjalan mendekat kearah Tiara, ketika ia sudah selesai berbicara melalui video dengan Emelly dan Kim Tan, juga mamanya.     

"Aku mau pulang." Kata Tiara sambil memandang Yohan dengan wajahnya yang terlihat kasihan, meskipun sebenarnya di dalam hatinya sedang marah besar karena diabaikan beberapa kali saat memanggil suaminya itu. Hingga keinginannya untuk berbicara dengan putranya melalui video call itu hilang, karena Yohan sudah mengakhiri obrolan mereka.     

"tentu saja kita akan pulang nanti, ketika Dokter sudah memperbolehkan kamu pulang." Jelas Yohan kepada Tiara. Bukan Yohan tidak mau membawa Tiara pulang sekarang, tetapi Yohan hanya tidak mau mengambil resiko Tiara sakit lagi.     

"Tidak, aku ingin pulang sekarang. Aku rindu Kim Tan. Dia pasti menangis mencariku. Aku belum memberikan bayiku ASI dari tadi pagi." Kata Tiara bersikeras ingin pulang hari ini juga, dengan alasan Putra.     

"Sayang, kau jangan khawatir. Bayi kita baik-baik saja. Di rumah ada mama dan Emelly yang bisa merawatnya." Kata Yohan yang berusaha menenangkan tiara.     

"Kim Tan anak yang baik. Dia tidak ingin kau khawatir, soal ASI. Mama bisa memberikan ASI yang kau simpan untuk Kim sementara waktu. Jika itu masih kurang, kau bisa mengambilnya lagi." Kata Yohan dengan tersenyum manis. Ia tidak mau Tiara yang keras kepala ini menemukan alasan untuk pulang paksa dari rumah sakit sebelum benar-benar sembuh, hanya dengan alasan ingin memberikan ASI kepada putranya karena sebenarnya memberikan ASI dengan banyak cara.     

"Ini, steve telah mengantarkannya saat kau masih tidur tadi." Kata Yohan yang menyodorkan alat pemompa ASI kepada istrinya.     

"Puh! Apa-apa Yohan ini. Bagaimana bisa ia memberikan ini kepadaku. Aku benar-benar malu." Kata Tiara dalam hatinya.      

Tiara memang sering memompa ASI dan meminta pelayan untuk menyimpannya, jika Kim Tan masih tidur.     

"Kenapa wajahmu memerah seperti itu? Jangan-jangan kamu ingin aku membantumu untuk mengambilnya ya?" Kata Yohan yang mulai menggoda Tiara dengan genit.     

"Apa-apaan kamu ini, pergi sana! Dasar mesum!" Kata Tiara yang jengkel sekaligus malu mendengar kata-kata Yohan. Bagaimana bisa suaminnya itu mengatakan hal yang begitu vulgar di telinga Tiara saat ini. Hal ini membuat Tiara malu dan tidak nyaman.     

Yohan hanya tersenyum saja melihat waja Tiara yang malu dan merona itu. Semakin malu, semakin Yohan yakin. Bahwa sebenarnya Tiara secara tidak langsung mulai menerima keberadaan Yohan di sampingnya.     

"Ini kamu lakukan sendiri. Aku keluar dulu untuk mengantarkan handphone Glen ke ruangannya. jika kau sudah selesai, Panggil saja aku." Kata Yohan yang memilih untuk keluar kamar, supaya Tiara tidak merasa canggung saat mengambil ASI.     

Tiara hanya tersenyum melihat yohan keluar ruangan.     

"Aku kira di selain mesum tidak peka juga. Ternyata masih tahu diri, dan apa yang aku inginkan." Kata Tiara yang di dalam hatinya sedikit merasa senang.     

*Akankah benih-benih cinta diantara mereka berdua akan bersemi kembali di kehidupan Tiara yang baru ini?     

------------------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift) yang     

L. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintangⁿ     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat dan terimakasih ataqs dukungannya!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. CALON ISTRIKU YANG MANIS     

2. PERFECT HUSBAND : THE CEO'S SWEET WIFE     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.