CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

549. Kau anggap aku bercanda?



549. Kau anggap aku bercanda?

0Yohan terlihat sedang merenung dan dan berfikir, ketika mendengar perkataan dokter Glen yang sedikit membuatnya sedikit terkejut itu. Sebenarnya antara percaya dan tidak. Bisa saja laki-laki tampan di depannya ini sedang bercanda seperti biasanya, atau memang sedang serius. Tetapi jika di lihat dari pembicaraan mereka kali ini sepertinya yohan belum bisa percaya kepada ucapan konyol sahabatnya itu.     
0

Pletakkk....     

Sentilan kecil mendarat di kening dokter tampan itu, ketika dokter Glen mendekatkan wajahnya kepada yohan untuk bertanya perihal Emelly.     

"Sial! Kepalaku sudah pusing. Kau malah menambahkan dengan bercandamu yang konyol. Adik perempuanku bukan barang, jadi mana bisa di berikan? Kalau bisa mengendalikan anak nakal itu, coba saja sendiri." Kata yohan yang menjawab asal-asalan. Lagipula masalah perasaan laki-laki tampan ini tidak akan memaksakan kepada Emelly. Terserah gadis cantik itu ingin memilih siapa, yang jelas yohan hanya akan mengawasi saja dan melindunginya dari siapapun yang ingin menyakiti adik kesayangannya itu.     

"Puh... Kau menyebalkan." Kata dokter tampan ini sambil cemberut. Baru saja dokter Glen mau mendekati hati Yohan untuk mendapatkan hati Emelly. Mungkin paman dan Tante Kim bukan hambat besar bagi dokter tampan ini. Tetapi jika sekali saja yohan menolak, maka tidak ada satu laki-laki pun dapat mendekati adik perempuannya itu dengan mudah. Meskipun itu adalah seorang dokter Glen. Laki-laki yang sudah mereka kenal sifat dan sikapnya sejak kecil. Latar belakang keluarga dan juga pekerjaannya sudah tidak pelu di ragukan lagi. Tetapi sepertinya yuhan sedang tidak bisa diajak bicara untuk hari ini.     

"Sudah lupakan saja, apakah kau ingin aku menemanimu malam ini?" Kata dokter Glen menawarkan untuk menemati yohan menjaga tiara di ruangan rawat wanita cantik itu.     

"Tidsk perlu. Aku tahu kau  sudah lelah monyet kecil. Pulanglah, aku akan kembali ke ruangan istriku sekarang. Terimakasih untuk minumannya." Kata yohan sambil tersenyum. Laki-laki tampan ini kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar menuju pintu keluar.     

"Apakah kau yakin?" Tanya dokter glen sekali lagi, karena sedikit khawatir dengan keadaan sahabatnya itu. Yohan terlalu banyak menyembunyikan sesuatu, sehingga tidak banyak orang yang bisa tahu dan mengerti perasaannya. Yang di bisa di lihat oleh lain dari luar, hanya seorang presdir dingin, sombong dan semena-mena. Suka marah dan memecat pegawainya begitu saja. Siapa yang tahu, jika banyak kepedihan dan kesedihan yang yohan simpan sendiri di dalam hatinya dan hanya orang-orang di percayai saja, yang bisa tahu hal yang sebenarnya.     

Yohan hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh kebelakang sedikitpun, dan melanjutkan langkah kakinya kembali ke ruangan istrinya.     

Setelah yohan pergi dokter tampan itu kemudian mengambil tas kerjanya dan kunci mobil diatas meja. Glen berlari mengejar sahabatnya keluar, namun yohan sudah masuk ke dalam ruangan Tiara untuk beristirahat. Akhirnya dokter tampan ini memutuskan untuk pulang dan beristirahat di rumahnya saja. Mungkin besok pagi mereka mengobrol lagi, ketika perasaan yohan sudah tenang.     

------------     

KEDIAMAN KELUARGA JIANG     

Sonya dan Jerry jiang sedang duduk santai diatas tempat tidur. Keduanya bersiap untuk istirahat. Tetapi wanita cantik ini merasa belum tenang, jika belum mendengar kabar kejelasan tentang putrinya yang pergi kr kota J tadi pagi.     

Wanita cantik ini tahu bagaimana kebiasaan putri sulungnya itu. Jelas tara sangan berbeda jauh dengan Tiara. Tara meskipun bibirnya berkata setuju untuk pergi ke suatu tempat, belum tentu putri cantiknya itu akan benar-benar pergi ke tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Namun sonya pun seakan ragu untuk bertanya kepada suaminya. Sedari tadi wanita cantik ini sesekali melirik kearah Jerry jiang yang masih saja sibuk dengan handphone miliknya, meskipun istri Cantiknya ini sudah berada di sampingnya sejak satu jam yang lalu.     

"Sa... Sayang. Bolehkah aku menelepon putri kita Tara?" Kata Sonya bertanya kepada suaminya, meskipun dengan ragu-ragu. Sonya takut jika Jerry jiang akan marah, karena menganggap Istrinya ini lagi-lagi terlalu memanjakan putrinya itu dan membuat tara tidak bisa diatur dan memberontak kepada orangtuanya.     

"Hmm..." Jawab laki-laki ini hanya dengan dehaman kecil dari mulutnya, yang tidak jelas entah iya tengah memberi izin kepada istrinya ini atau sudah melarangnya untuk menghubungi Tara malam ini walaupun hanya sekedar untuk menanyakan kabar atau mengetahui keberadaan putri Cantiknya itu saat ini.     

"Sial! Apa maksudnya menjawabku seperti itu. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang ia pikirkan. Susah payah Aku berusaha untuk menyenangkan hatinya, tetapi Jerry justru berlaku seenak hatinya sendiri. Sudahlah lebih baik aku menghubungi Tara dan berbicara di sampingnya saja. Dengan begitu Jerry akan tahu apa yang sedang aku bicarakan dengan Tara." Kata wanita cantik ini dalam hati. Sonya tidak tahu harus berbuat apa? Wanita cantik ini sama sekali tidsk mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya.     

Sonya memiringkan tubuhnya dan meraih handphone diatas meja. Kemudian melakukan panggilan kepada Tara. Jerry jiang hanya sengaja melirik sedikit, sambil menunggu telepon itu tersambung dan mendengarkan percakapan antara mama dan putrinya itu.     

"Hallo, sayang. Bagaimana kabarmu? Dimana kau sekarang?" Tanya sonya dengan lembut kepada putrinya Tara.      

Wanita cantik ini berharap, jika tara dalam keadaan baik-baik saja. Mengingat papanya hanya memberikan uang saku sangat sedikit, di bandingkan dengan kebiasaan hidup Tara yang suka dengan segala bentuk kemewahan, mulai dari makanan tempat tinggal, hingga hiburan. Itulah yang membuat sonya khawatir, dan takut jika putri Cantiknya ini tidak bisa bertahan hidup dengan segala bentuk kekurangan dan keterbatasan keuangan.     

"Oh, ternyata mamaku yang cantik dan baik hati ini masih ingat, jika memiliki putri seperti aku. Hmm... Aku mengira, jika aku akan mengalami nasib seperti tiara yang terbaung dan terabaikan." Jawab tara dengan komentar pedasnya kepada Sonya, sebagai bentuk protes kepada wanita cantik ini dan suaminya yang seolah sudah tidak perduli kepadanya.     

"Sayang, mengapa kau berkata seperti itu? Kami tidak mungkin membuangmu. Kau tahu posisi mama saat ini, tidak jauh berbeda denganmu. Soal tiara, dia sudah bahagia bersama keluarga Kim. Katakan dimana kau sekarang? Biar mama meminta Dion untuk menjemputmu." Jawab Sonya kepada Tara yang sedang marah kepada mama dan papanya saat ini. Wajar saja, jika putri Cantiknya ini sampai mengeluarkan kata-kata kasar seperti itu. Lagipula sonya juga sudah biasa mendengar ocehan tara yang seenak hatinya, jika berbicara kepada orang lain. Tidak perduli dengan siapapun dia berbicara, sekalipun itu dengan kedua orang tuanya.     

"Sudahlah mom, jangan berpura-pura lagi. Katakan kepada suami mama yang tercinta itu. Aku sekarang sudah sampai di kota J dan berada di villa Keluarga Jiang. Jika papa tidak percaya juga, papa bisa telepon ke villa dan bertanya langsung kepada Rose pelayan Kesayangannya itu." Kata tara kepada Sonya.      

Wanita cantik ini semakin tidak ada sopan santunnya saja berbicara kepada mamanya ini. Apalagi hati tara sedang jengkel karena mobil impiannya itu tidak kunjung di kirim juga oleh papanya. Intinya saat Sonya menjadi pelampiasan kemarahan tara atas kekecewaan Wanita cantik ini kepada papanya.     

"Syukurlah, jika kau sudah tiba di villa dan dalam keadaan baik-baik saja. Kalau begitu cepatlah beristirahat, kau pasti lelah." Kata sonya kepada Tara dan sebagainya penutup pembicaraan mereka berdua.     

Tetapi sebelum Sonya memutuskan panggilan teleponnya, Tara segera mencegahnya. Ini adalah kesempatan bagi Tara untuk berbicara kepada papanya. Tara tahu, jika saat ini papanya itu pasti sedang berada di dekat mamanya.     

"Tunggu! Mama... Berikan teleponnya kepada papa. Aku ingin berbicara sebentar." Kata Tara dengan cepat. Jika tidak, ia pasti akan kesulitan kembali untuk menghubungi papanya. Apalagi papanya seperti dengan sengaja menghindari telepon darinya dan juga tidak membalas pesan singkat ataupun chat yang wanita cantik ini kirimkan. Meskipun tara sudah menelepon dan mengirimkan pesan singkat hingga puluhan kali.     

*Akankah Jerry jiang menerima telepon dan berbicara dengan putri sulungnya itu? Ataukah laki-laki ini memiliki rencana lain dengan sengaja menghindari Tara?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.