CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

71. Rumah Sakit (3)



71. Rumah Sakit (3)

0Tiara meminta suaminya memintakan izin pulang ke rumah sakit. ia benar-benar sudah bosan berada di dalamnya. Tiara memeluk lengan Yohan dan meminta kepadanya dengan manja.     
0

Yohan menghela nafas panjang. "Hmm... Baiklah" jawabnya dengan nada setengah hati. sebenarnya ia masih khawatir, tetapi apa yang di katakan oleh dokter Glen juga benar.     

Wajah wanita cantik ini terlihat sangat bahagia. ia benar-benar bosan jika harus berlama-lama tinggal di rumah sakit.     

Yohan memberikan kode kepada asisten Steve untuk segera membereskan barang-barang mereka.     

" Presdir semua sudah siap, saya akan mengantar Presdir dan nyonya Tiara pulang ke villa" ucap Steve yang baru saja selesai membawa barang-barang mereka ke dalam mobil.     

Yohan bergerak melangkah mengambil sebuah kursi roda yang sudah di siapkan oleh suster sebelumnya " Sayang duduklah! biar aku yang mendorongmu" ucapnya mesra, ia tak perduli meski ditempat itu masih ada asistennya Steve dan juga sahabatnya dokter Glen.     

Glen dan Steve cuma bengong melihat perubahan sikap dari sang presdir yang sangat drastis. Laki-laki yang dingin seperti gunung es kepada setiap wanita ini, bisa mencair sampai lumer di depan seorang Tiara.     

Resep apa yang digunakan wanita ini, sehingga bisa membuat sahabatnya berubah seratus delapan puluh derajat menjadi laki-laki yang hangat dan penuh perhatian.     

Tiara hanya mengiyakan saja perkataan suaminya itu. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan dengan perlahan dengan di papah oleh Yohan menuju kursi tidak yang telah di siapkan oleh Yohan sebelumnya. ia mulai meletakkan tubuhnya dan duduk di kursi roda.     

Yohan memang sangat keterlaluan. ia tidak mempertimbangkan perasaan para jomblo yang berdiri di samping mereka berdua saat ini. siapa lagi kalau bukan dokter Glen dan asisten Steve.     

Dokter Glen mulai mengomel karena merasa tersiksa melihat kemesraan Yohan dan Tiara. Hati jomblonya bergejolak, ingin melakukan protes.     

"Haiist...bisa tidak kalian ini, tidak membuat kami para jomblo ini tersiksa" protes Glen yang merasa Yohan dan Tiara terlalu manis dan romantis jika dilihat mata mereka, buat iri saja.     

Namun sang Presdir hanya menanggapi protes sahabatnya itu dengan sikap yang dingin dan tidak perduli. sang Presdir malah sesekali menyindir tajam kepada sahabatnya itu.     

" Ah...itu sih deritamu. Kenapa kau tak menikah saja? wajah juga tak jelek, karir mapan dari keluarga terpandang. masak iya tidak laku" jawab Yohan dengan santai tanpa beban.     

Ya begitulah Yohan, kalau bicara dengan Glen atau orang lain suka seenak hati ya saja. Tampa memikirkan perasaan orang lain.     

Jleebb...menancap rasanya nusuk banget "Aiyaya sebel deh... Yohan, bisa tidak jangan sadis begitu. aku jomblo bukan karena tidak laku tetapi belum ketemu yang cocok saja, yang seperti Tiara masih ada tidak" jawab dokter Glen dengan wajah cemberut dan sedikit merajuk manja kepada sahabatnya.     

Kening sang presdir Seketika mengerut mendengar perkataan dokter Glen. tatapan tajam ia lemparkan ke arah dokter Glen. jelas ia merasa tidak senang dan cemburu, jika ada laki-laki lain yang memuji istrinya.     

" Gak ada, cuma satu dan itu punyaku" jawab ketus. tanda ia mulai cemburu.     

Sang Presdir melanjutkan mendorong kursi roda Tiara.     

Ya begitulah dokter Glen tidak pernah mempermasalahkan ucapan Yohan yang suka seenaknya sendiri tanpa saringan, mungkin karena mereka bersahabat sejak kecil jadi sudah mengetahui watak dan sifat masing-masing     

Steve yang menjadi penonton dan pendengaran setia cuma tersenyum saja, sedang Tiara yang menjadi topik pembicaraan sepertinya juga cuek saja. baginya pulang ke rumah saja keinginan dia saat ini.     

Sekarang mereka sudah sampai di parkiran mobil. Yohan menggendong Tiara masuk kedalam mobil meskipun sebenarnya Tiara bisa jalan sendiri.     

"Turunkan aku! Biar aku berjalan sendiri, malu dilihat orang" ucap Tiara yang sedikit tidak enak rasa dengan dokter Glen dan asisten Steve.     

"Sudah, kalau kamu tidak mau. aku akan meminta Glen menyiapkan ruang perawatan untukmu di dalam" Ucapnya.     

sang Presdir mulai mengancam sekali lagi kepada sang istri yang susah diatur itu.     

Asisten Steve dan dokter Glen cuma tersenyum dan menyarankan kepada Tiara, supaya mengikuti kemauan Yohan.     

" Sudahlah, Tiara. Kamu jangan banyak protes, atau dia akan lebih kejam lagi kepadamu ha..ha.." tawa dokter Glen.     

Sang presdir, Tiara dan asisten Steve sudah berada di dalam mobil dan siap menjalankannya.     

Dokter Glen melambaikan tangan" kalian bisa menghubungi aku kapan saja" ucapnya.     

Tiara cuma membalas dengan senyuman sedang Yohan cuma melihat kearah dokter Glen sembari menutup pintu mobil.     

Steve mulai menyalakan mesin mobil dan melajukannya. Yohan menyandarkan kepala istrinya di bahunya.     

"Sayang, tidurlah. Jika Sudah sampai rumah, aku akan membangunkanmu."     

Yohan mengecup kening istrinya dan memintanya untuk beristirahat sejenak.     

Baru separuh perjalanan perut Tiara terasa mual dan sudah tidak tahan lagi ingin muntah.     

"Hueek"     

Tiara muntah tepat di mengenai celana dan sepatu Yohan. sang presdir mengernyitkan dahinya. ingin marah, tetapi rasa sayangnya kepada istrinya membuat ia harus mengendalikan dirinya.     

" Ah...maaf" ucap Tiara dengan wajah pucat dan lemas.     

Sebenarnya Yohan juga merasa jijik, tetapi dia menahannya karena tak tega melihat Tiara.     

Yohan mengambil tisu basah yang ada membersihkan bibir dan wajah Tiara.     

"Hueek"     

Tak berapa lama Tiara kembali muntah, kali ini Yohan sudah mulai panik, takut terjadi apa-apa dengan Tiara.     

"Sayang, kamu tidak apa-apa? apa kita sebaiknya kembali ke rumah sakit?" ucap Yohan.     

Tiara menggelengkan kepalanya.     

"Steveee...kamu bisa nyetir mobil tidak sih, turunkan kecepatan" teriak Yohan, seketika tubuh Steve merasa bergidik gemetar mendengar teriakannya.     

" Ma ..maaf, baik Presdir" jawab Steve yang langsung menurunkan kecepatan mobil di level yang paling rendah.     

tak selang berapa lama Tiara kembali muntah lagi dan lagi.     

"Steveeen Chou....turunkan kecepatannya atau aku akan melempar mu sekarang" teriak Yohan lagi dan lagi.     

" Ma...maaf Presdir, i..ini sudah yang paling pelan" jawab Steve gemetar sampai bercucuran keringat dingin. Presdir satu ini memang sangat menakutkan saat marah.     

ini mobil sudah bergerak sangat lambat seperti siput, tetapi Presdir masih saja marah-marah minta untuk dipelankan lagi kecepatannya. Sebenarnya nyonya Tiara ini sakit apa? tidak biasanya dia seperti ini. Aduh! Bagaimana kalau kita turun saja dan mendorong mobil bersama-sama (gumam Steve dalam hati).     

Tiara memberi isyarat dengan menggelenkan kepala kepada Yohan, agar ia diam dan tenang, agar Yohan tidak panik lagi.     

mobil pun tetap melaju meski sangat pelan, waktu yang diperlukan untuk sampai rumah adalah 3 kali lipat waktu yang biasanya.     

" Akhirnya sampai juga" itu gumamnya     

Steve segera turun untuk membuka pintu mobil, sungguh hari ini adalah hari paling menakutkan bagi dia selama 5 tahun menjadi asisten Presdir.     

-----------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada penulis ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift)     

2. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintang     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. GADIS TOMBOMANISKU (SI TOMBOY MANIS)     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.