CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

98 Perusahaan JT Grup



98 Perusahaan JT Grup

0Tara mulai melangkahkan kaki masuk kedalam area perkantoran JT Grup.  ia tidak lagi bertanya ke resepsionis perusahaan untuk mengetahui dimana sang direktur Lee. ia sudah tahu benar letak ruangan kerja Jonatan sebelumnya.     
0

salah satu pegawai perusahaan menghampirinya untuk menghentikan langkah Tara. " nona anda mau kemana?" berusaha mencegah Tara masuk tanpa izin ke ruangan direktur Lee" Enyahlah kau, aku mau bertemu dengan Jonatan" menampik tangan sang pegawai yang memegang lengannya "tidak, anda tidak boleh masuk" ditariknya lengan Tara untuk kedua kalinya hingga membekas merah.     

Tara kali ini tidak bisa membiarkan dan memaafkan pegawai kecil ini yang membuat lengannya memar" Kau tikus kecil, beraninya melakukan ini kepadaku" ia mendorong pegawai wanita itu hingga tersungkur di lantai  dan menginjak telapak tangan yang wanita itu dengan heelsnya yang dipakainya.     

"Ough...sakit" rintih pegawai wanita itu sampai menangis menahan sakit.     

"Direktur Lee, tolong saya" teriak pegawai wanita itu di depan ruangan Jonatan.     

Jonatan yang semula duduk di meja kerjanya sedang memeriksa beberapa laporan dan menandatangani beberapa dokumen yang ada diatas mejanya. ia merasa sedikit terusik dengan suara berisik dari luar ruangan kerjanya" berisik sekali, ada apa diluar" berdiri dan melangkah ke arah pintu ruang kerjanya, tangannya membuka pintu.     

Ceklakk....pintu terbuka. ia melihat Tara yang sedang marah dan mencaci maki pegawai wanitanya yang sedang menggenggam telapak tangannya yang terluka karena heels Tara.     

ia berjalan menghampiri mereka" ada apa?" berdiri diantara kedua wanita yang sedang bertengkar ini dengan memandang ke arah pegawainya" pergi dan cepat obatilah lukamu"  ia membalikkan badan dan berjalan kembali keruangannya.      

Tara mengikutinya dari belakang" sayang...mengapa kau tak menjawab panggilanku" memeluk Jonatan dari belakang,  Penggung yang lebar dan parfum yang khas yang ia wanginya saja sudah hafal meski dari kejauhan.     

Laki-laki tampan ini cuma membalikkan badannya kemudian memeluk dan mencium Tara sepertinya biasanya ketika mereka bertemu, memandang sambil menunjuk kearah meja kerjanya" Sayang...apa kau tak melihat seberapa tinggi tumpukan berkas itu?" yah... tumpukan berkas itu sudah menjelaskan betapa sibuknya dia sampai tak sempat mengangkat telepon apalagi bersenang-senang dengan Tara.     

"Puh...masa bodoh" Tara tak mau pusing dengan seberapa banyak pekerjaan yang menumpuk diatas meja kerja Jonatan saat ini, yang ia mau hanya bersenang-senang dengan laki-laki ini hari ini.     

Tara menarik tangan Jonatan untuk mengikutinya melangkah keluar dari ruangan kerja yang memuakkan itu, hanya tumpukan kertas dan berkas saja yang berada di dalamnya benar-benar membosankan.     

Jonatan hanya mengikutinya saja, dalam pikirannya paling-paling Tara hanya akan minta ditemani untuk makan siang atau berbelanja baju, tas atau make up seperti biasanya.     

" Sayang...kau membawaku kemana?" keluhnya sedikit manja seperti biasanya. sepertinya Jonatan lebih cocok berpasangan dengan Tara dari pada mereka harus repot-repot mengganggu hubungan asmara antara Yohan dan Tiara, tetapi memang tidak sesimpel itu pemikiran mereka.     

wanita cantik ini tersenyum" ikut saja" ia melempar kunci mobil ke arah Jonatan setelah sebelumnya tadi meminta supirnya pulang kerumah naik taxi" eh...gak bawa sopir?" " sudah pulang" jawabnya yang langsung saja nyelonong masuk ke dalam mobil pribadinya.      

Jonatan membuka pintu mobil dan masuk kemudian mulai melajukan mobilnya" kita kemana sayang?" konsentrasi menyetir dan sesekali melirik kearah Tara sambil tersenyum" cantik juga kamu, apa ini gaya baru?" tanyanya penasaran, tak biasanya Tara berpakaian seperti itu.     

" Ha..ha...apa kamu tergoda? jadi apa hadiahku?" mencubit kecil pipi Jonatan" Kau minta apa?" menjawab pertanyaan Tara dengan tenang santai, ia tahu persis wanita di sampingnya ini hanya suka dengan kemewahan dan senang-senang saja dalam hidupnya" aku mau liburan denganmu" jawabnya, mendadak mendekat, merangkul dan mencium pipi Jonatan.     

Laki-laki ini langsung dengan sigap mengerem dan menepikan mobilnya" apa kau gila...itu berbahaya" dengan muka marah dan sedikit emosi" Haiist...tenanglah, kita sudah sampai" menunjuk kearah restoran mewah seberang jalan"kita makan siang dulu" ia membuka pintu kemudian turun dari mobil dikuti dengan Jonatan menuju restoran untuk menikmati makan siang.     

mereka sudah masuk duduk di kursi di sudut ruangan. restoran makanan barat pilihan Tara ini cukup terkenal dengan kelezatan olahan makanannya, mereka memesan beberapa makanan kepada pelayan.     

Beberapa saat kemudian makanan tersaji di meja, mereka menikmati menu makanan yang ada sambil mengobrol tentang permintaan Tara untuk liburan bersamanya.     

" Sayang...maaf tidak bisa, proyek ini baru dimulai. aku harus fokus untuk itu dulu, jika sudah berlangsung...kita akan pergi liburan"      

mendengar jawaban itu Tara sedikit kecewa, tetapi apa yang di katakan Jonatan memang benar. sebaiknya ia juga fokus untuk mendapatkan perhatian keluarga Kim Yohan.     

"Baiklah, aku setuju" jawab Tara dengan santai.     

" Sayang...maaf tidak bisa, proyek ini baru dimulai. aku harus fokus untuk itu dulu, jika sudah berlangsung...kita akan pergi liburan"      

mendengar jawaban itu Tara sedikit kecewa, tetapi apa yang di katakan Jonatan memang benar. sebaiknya ia juga fokus untuk mendapatkan perhatian keluarga Kim Yohan.     

Setelah mereka berdua selesai makan siang, keduanya meninggalkan restoran dan berencana jalan-jalan sebentar karena Jonatan masih sibuk hari ini.     

Tara dan Jonatan berjalan menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju pusat perbelanjaan terbesar di kota S. Jonatan mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat.     

Selama perjalanan mereka berdua saling mengobrol tentang pelaksanaan rencana berikutnya," Setelah ini, apa rencanamu?" Kata Tara sambil membenahi make up yang sedikit hilang karena selesai makan.     

" Tentu saja aku akan mulai melaksanakan pembangunan hotel sesuai yang tertera dalam kontrak" jawab Jonatan kepada Tara.     

"Haiiiist...kau serius sekali dengan proyek ini" keluh Tara yang gagal bersenang-senang dan liburan dengan Jonatan.     

Wanita cantik ini masih saja sibuk dengan make-up nya. Warna merah menyala untuk bibirnya memang paling cocok untuk karakter Tara yang berani dan menggoda.     

Gluk...gluk...suara Jonatan yang tengah bersusah payah menelan liurnya. Tara yang begitu cantik dan seksi membuatnya kalang kabut membubarkan pikiran mesumnya.     

"Sayang sekali aku sedang sibuk, kalau tidak! Sudah aku makan kamu" Gumamnya lirih.     

"Hah...kamu ngomong apa?" Tanya Tara yang samar-samar mendengar perkataan Jonatan.     

"Tidak ada, sebaik-baiknya kita fokus kepada pekerjaan masing-masing saja dulu." Jelas Jonatan.     

" Ya sudahlah...aku juga akan sibuk dengan urusanku sendiri nanti" sedang berpikir bagaimana ia bisa dengan cepat mendapat perhatian Yohan dan keluarganya, meskipun ia tahu ini tidak mudah.     

Mungkin lebih baik besok, aku mengajak papa berkunjung lagi ke rumah keluarga besar Kim lagi. tapi...apa mungkin papa akan setuju? harga dirinya terlalu tinggi untuk melakukan itu, pikirnya.     

-----------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada penulis ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift)     

2. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintang     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. GADIS TOMBOMANISKU (SI TOMBOY MANIS)     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.