CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

101. Kediaman keluarga besar Kim (1)



101. Kediaman keluarga besar Kim (1)

0Setelah meninggalkan Tara sendiri di dalam ruangan kantornya, Yohan langsung tancap gas  mobilnya dengan cepat pulang ke villa pribadinya untuk menemui bibi alaen. ia ingin mengetahui apa maksud perkataan pelayannya itu di telepon tadi.     
0

Selain itu sang presdir juga beberapa kali mencoba menghubungi istrinya Tiara, tetapi Tiara tidak yang mengangkat panggilannya.     

" Sayang...ayo angkat teleponnya" gumamnya sembari menempelkan earphone di telinganya. hatinya resah selama Tiara belum memberikan kabar.     

Rasa khawatir mulai merasuki jiwa Yohan yang memaksa Laki-laki tampan ini memacu mobilnya lebih cepat lagi dan lagi, mungkin bisa di katakan sangat ngebut. Yang ia inginkan saat ini hanyalah mengetahui dimana istrinya dan bagaimana keadaannya.     

Bremm... bremm...ia sudah sampai di depan villa pribadinya.     

Bruaakk... Suara pintu mobil yang ditutup dengan keras. ia langsung turun dari mobil dan membanting keras pintu mobil.  Ia berlari masuk ke dalam rumah sambil berteriak memanggil istrinya.     

"Sayang, kamu dimana?" teriakannya keras hingga memenuhi ruangan.     

Sang Presdir berjalan dengan cepat menaiki tangga menuju kamar tidur mereka dengan tergesa-gesa karena hatinya sudah sangat gusar.     

Ceklak...membuka pintu dengan kasar dan masuk ke dalam kamar.     

"Sayang..."sekali lagi ia memanggil istrinya, namun tidak ada jawaban.     

Yohan tidak melihat siapapun berada di dalam kamarnya. Ia berjalan menuju kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi yang tertutup rapat.     

"Sayang...kamu di dalam?" teriaknya dari luar pintu, tetapi sekian kali tidak ada jawaban juga.     

Yohan terus mencari dan mencari seperti orang gila di dalam rumahnya, sambil berteriak memanggil nama istrinya. bahkan hampir satu persatu ruangan ia masuki hanya untuk mencari istrinya.      

Bibi Alaen yang mendengar teriakan tuan mudanya, langsung berlari menghampirinya. Dengan perasaan gugup dan bersalah karena tidak bisa mencegah kepergian Nyonya mudanya, bibi Alaen memberanikan diri untuk mendekati dan berbicara kepada tuan mudanya.     

"Tuan muda, maaf ini salah saya. Nyonya muda tidak ada dirumah. tadi tuan dan nyonya besar membawa nyonya muda dengan mereka" jelas bibi Alaen.     

Sang Presdir menghembuskan napas dengan kasar. Sudah jelas sekali, ia sekarang sedang emosi becampur panik.     

" Mama, membawa Tiara?." teriaknya.     

"Benar, tuan muda." Jawab bibi Alaen sambil menundukkan kepalanya. Ia juga sangat khawatir dengan keadaan nyonya mudanya itu, namun ia hanya pelayan kecil yang tidak bisa berbuat banyak.     

 Mendengar jawaban dari bibi Alaen, Yohan langsung berlari menuju mobilnya lagi. ia tahu kemana kedua orangtuanya itu akan membawa sang istri.     

" Papa dan Mama, kapan mereka akan membiarkan aku hidup tenang" gumamnya.     

Yohan masuk ke dalam dan langsung menyalakan mesin mobilnya. Ia melajukannya dengan cepat menuju ke kediaman keluarga besar Kim.     

Presdir yang biasanya cuma duduk dibelakang dan bermain ponsel dengan santai. Kini harus mengemudikan mobilnya secara langsung demi menemukan sang istri yang di bawa kabur oleh papa dan mamanya.     

Yohan mulai merasa tidak tenang, kali ini ia harus mendapatkan kabar tentang istrinya dengan cepat atau ia  bisa mati jantungan.     

Yohan memakai earphone di telinganya dan mulai menelpon ke handphone Papa dan mamanya.     

"Sial! Kenapa tidak di angkat sih" kata sang presdir yang mulai memuncak emosinya. Panggilan teleponnya tak kunjung di terima oleh papa atau mamanya.     

"Ah, brengsek." Sang Presdir mulai kesal dengan dirinya sendiri. Mengapa ia sangat tidak pecus dalam melindungi istrinya sendiri. Ia mencoba sekali lagi menelepon papanya.     

**     

Dreett... drettt... handphone tuan Kim bergetar. Ia mengambil handphone miliknya yang berada di dalan saku celana. Tuan Kim melihat siapa yang telah melakukan panggilan telepon kepadanya.     

Tiba-tiba senyum manis terukir di sudut bibirnya, setelah membaca nama sang penelepon.     

"Hemm...sayang. lihatlah! anak kesayangan kita seperti sudah tahu, kalau kita membawa kabur istri kesayangannya" kata tuan Kim sambil menunjukkan layar handphone yang tertulis nama pemanggil " My son" kepada sang istri.     

Kim Haesu cuma tersenyum, sepertinya rencana mereka telah berhasil.     

"Sudah biarkan saja, biar anak nakal itu tahu rasa! kita tunggu saja dia sampai di rumah." Jawab Kim Haesu.     

Tuan  dan nyonya Kim juga Tiara. Mereka baru saja sampai di kediaman keluarga besar Kim dan baru saja turun dari mobil, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah saat Kim Yohan menelepon sang papa.     

Tuan Kim memandang ke arah menantunya yang terlihat sedikit pucat dan lelah. Mungkin karena ia memang masih dalam tahap pemulihan dan perlu banyak istirahat.     

" Tiara sayang...ikutlah dengan An an. dia akan mengantarmu ke kamar Yohan. istirahatlah! kau tidak boleh terlalu lelah" kata tuan Kim sambil yang menunjuk kearah pelayan wanita yang baru saja mendekat ke arah mereka.     

Tiara cuma tersenyum dan mengikuti apa yang di perintahkan oleh papa mertuanya itu.     

Belum juga berjalan jauh, Nyonya Kim sudah memanggil kembali pelayan wanita yang berjalan di bekang Tiara.     

" An an...siapkan sup hangat untuknya, jika kau sudah mengantarkannya ke kamar. dia baru saja sembuh, tumbuhnya perlu banyak nutrisi. Antarkan juga, sup itu ke kamarnya nanti" kata Nyonya Kim kepada pelayannya.     

Ia melemparkan sedikit senyuman saat melihat ke arah menantunya.     

Ah...Tiara kaget, dalam perasaannya antara percaya dan tidak percaya. "Eh...benarkah yang aku melihat? mama mertua sedang tersenyum kepadaku?" pikirnya dalam hati tanpa berani mengucapkan. meskipun begitu sedikit senyuman itu sudah membuat hati Tiara sangat senang.     

Tiara dan pelayan itu berjala. Menaiki anak tangga dengan pelan dan hati-hati.     

"hati-hati Nona" kata sang pelayan yang membantunya menaiki anak tangga.     

"Terimakasih, An an" kata Tiara sambil tersenyum.     

Dalam pikiran pelayan ini, sebenarnya ia juga sedikit bingung. Kenapa tuan besarnya mengatakan jika ia harus mengantarkan wanita di depannya ini ke kamar tuan mudanya. Siapa sebenarnya wanita ini? An an semakin penasaran. Tetapi siapakah an an, ia hanyalah pelayan kecil yang tak patut ikut campur dalam urusan tuannya.     

Mereka berdua sudah sampai di depan kamar Yohan. An an membukakan pintu kamar dan mengajak Tiara masuk ke dalamnya.     

"Nona, kita sudah sampai. Ini adalah kamar tuan muda. Silahkan, nona beristirahat. Saya akan mengambilkan sup hangat untuk anda." Kata An an yang kemudian pergi meninggalkan Tiara sendiri di kamar itu.     

"Oh, inikah kamar suamiku? Sangat indah dan nyaman" Gumamnya dengan memandangi secara menyeluruh ruangan yang di dominasi cat warna abu-abu dan juga ada sedikit warna putih di sisi dinding lainnya dekat balkon. Benar-benar ruangan yang sejuk dan dingin seperti karakter suaminya.     

Tiara berjalan mendekati tempat tidur berukuran besar tak jauh beda dengan yang ada di villa pribadi milik Yohan. Ia kemudian duduk di tepi tempat tidur itu.     

-----------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada penulis ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift)     

2. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintang     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. GADIS TOMBOMANISKU (SI TOMBOY MANIS)     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.